Ketika Robot Menyajikan Makanan

Seorang pelanggan memasuki restoran dan memindai kode QR lewat ponsel pintarnya di pintu masuk. Tak lama kemudian tampak robot sebesar oven microwave bergerak untuk menerima dan mengantarkan pesanan di bagian tengah ruangan. Suasana ini sekarang hadir di dunia nyata: restoran yang mempekerjakan robot.

Kemampuan yang dimiliki robot mulai menggeser peran manusia di dalam bisnis jasa layanan. Sekarang ajang bersantap otomatis menjadi lebih umum. Di Shanghai Cina, ini sudah terwujud. Robot.he menggantikan tugas pelayan mengantarkan pesanan ke meja. Menurut pemilik restoran, keuntungan yang dimiliki robotlah yang menjadi alasannya. Mereka bisa memangkas biaya gaji pegawai salah satunya.

Lain halnya dengan Spyce di Boston, Amerika. Lebih dari sekadar menyajikan, di restoran ini robot dapat memasak makanan kompleks sesuai permintaan. Sementara, Creator di San Francisco memiliki robot pembuat burger, dengan kaca transparan besar dan bahan-bahan dalam tabung silinder.

Setiap perangkat menghasilkan burger keju seharga US$6. Mesin ini juga mampu membuat berbagai jenis burger dengan kombinasi rasa, bahan, dan bumbu berbeda. “Kami ingin merancang perangkat yang mampu membuat makanan sesuai perintah,” jelas pemilik restoran Alex Vardakostas.

Contoh lainnya adalah Cafe X yang menampilkan lengan robotik meracik minuman kopi di belakang panel kaca. “Kami ingin orang melihat robot membuat minuman, sehingga mereka tidak merasa seperti beli di mesin penjual otomatis,” ujar sang CEO Cafe X Henry Hu. Soal kualitas rasa, banyak yang awalnya skeptis bahkan khawatir. Salah satu pemilik restoran mengira pengunjung ramai datang ke restoran, karena ingin tahu dan merasakan layanan dari robot. Ternyata alasannya adalah kualitas makanan yang disajikan.

“Karena robot yang membuat porsi dan memasak, kami dapat memastikan masakan itu diproses secara konsisten dan akurat. Keuntungan lainnya, teknologi ini memungkinkan karyawan untuk fokus menciptakan koneksi lebih dengan para pengunjung,” ujar pendiri Spyce Brady Knight.

Meskipun robot banyak mengambil alih peran di bidang usaha makanan, tapi beberapa tugas tentu saat ini masih harus ditangani oleh manusia. Misalnya mengantarkan pesanan ke rumah. Satu hal lagi, robot mungkin tidak bisa memberikan pelayanan keramahan sama seperti pramusaji, hanya dapat menciptakan pengalaman futuristik. Ke depan, tidak berarti semua pekerjaan diotomatiskan, tetapi ini merupakan pengingat bahwa otomasi akan terus membentuk tenaga kerja dengan cara tertentu maupun mengubah pengalaman pelanggan. Tertarik untuk mencoba makan di salah satu automated restoran ini?