Sudianto Oei: Inisiasi Lokal, Dampak Global

Founder & CEO Hypernet Technologies

 

Sempat ditentang, Sudianto Oei akhirnya malah didukung orang tuanya dengan memberikan modal untuk mendirikan warung internet (warnet), ketika berhasil membuktikan diri bisa mendapatkan penghasilan dari internet. Dari situlah cikal bakal Hypernet Technologies yang kini menjadi bagian dari PT XL Axiata sejak 2022 lalu. Bertumbuh cukup pesat, perusahaannya termasuk yang dapat bertahan dari dampak pandemi Covid-19. Menyasar Business to Business (B2B), dia optimis target pertumbuhan 40% hingga akhir tahun dapat tercapai.

 

Memulai dengan menjadi penyedia Internet Service Provider (ISP), Sudianto mengakui saat ini layanan Hypernet berkembang cukup luas. Di antaranya memberikan optimasi layanan penyediaan serta pengelolaan sumber daya informasi dan teknologi. Baik berupa perangkat lunak dan perangkat keras (software & hardware), beserta sumber daya manusia yang dibutuhkan ataupun memberikan edukasi SDM yang dimiliki pelanggan.

 

Layanan teknologi dan informasi yang ditawarkan mencakup mengelolaan internet, WiFi, cloud, layanan teknologi informasi profesional, dan layanan aplikasi bisnis lainnya. Selama ini, Hypernet telah melayani pelanggan dengan kebutuhan korporasi di berbagai bidang, antara lain perhotelan, pariwisata, kesehatan, keuangan, hingga ritel.

 

BACA JUGA:

Silvano Christian: Responsif Menjawab Tantangan

M Imron Rosyadi Nur: Bekerja Extramile dengan Prinsip Kehati-hatian

 

Managed service ini sebenarnya model bisnis yang menggabungkan all in one solution menjadi satu package. “Makanya tagline kami di Hypernet adalah ‘terima beres’. Jadi customer tahunya kalau pakai Hypernet terima beres saja. Itu sebenarnya esensi mengapa kami mengubah konsep bisnis dari ISP yang hanya menyediakan jaringan internet menjadi all in one package untuk IT solution menjadi managed service. Dan korporasi memang maunya seperti itu, mereka tidak mau banyak vendor,” ungkap lulusan Teknologi Informasi Universitas Binus ini kepada Women’s Obsession.

 

Kemitraan Strategis

Menjadi bagian dari Axiata Group, Hypernet berkolaborasi dengan Linknet yang juga telah diakuisisi tahun lalu. “Prioritas kolaborasi memang internal group, tapi sebenarnya Hypernet tidak hanya ke Linknet. Kami berkolaborasi juga dengan vendor-vendor lain, terutama dari global player. Dengan Linknet sebenarnya lebih ke arah kolaborasi, supaya kami bisa masuk ke segmen yang menjadi fokus prioritas, yakni finance dan hospitality atau pariwisata,” papar Sudianto.

 

Melihat market UMKM yang cukup besar, Hypernet menawarkan value added, seperti Open WiFi dan security. Menurutnya, mereka tidak hanya membutuhkan internet, tetapi juga layanan lainnya. Dengan memanfaatkan data dari sistem, mereka bisa menyusun targeted marketing atau berjualan untuk ads dan mengubah cost menjadi value added. Tantangan utama menembus pasar UMKM adalah mindset yang harus diubah bahwa layanan internet itu mahal dan rumit.

 

 

Namun dengan XL sebagai operator, Hypernet bisa menyediakan paket dengan harga yang affordable dan tetap bersaing. Menawarkan business process outsourcing, Hypernet juga memberikan solusi bagi klien yang membutuhkan, sehingga mereka bisa fokus pada core business-nya. Untuk back end, masalah infrastruktur, jaringan, server, bisa di-handle tim Hypernet.

 

Dengan XL yang membangun jaringan, ekspansi Hypernet ke pelosok Tanah Air pun bisa diwujudkan. Di luar Jawa – Bali, Kalimantan dan Sulawesi menjadi sasaran ekspansi long term. Kalimantan karena ada Pembangunan Ibu Kota Negara baru, sedangkan Sulawesi mulai berkembang industri pariwisata dan pertambangan nikel serta tembaga. “Itu jadi target kami untuk penetrasi market baru. Pada saat area itu growing industrinya, biasanya UMKM juga pasti akan ikut berkembang di sana,” ucapnya.

 

BACA JUGA:

Figur Tangguh: Penuh Inovasi dan Motivasi untuk Kebermanfaatan

Legislator Berdedikasi: H. Muhammad Nasir Djamil Mengawal Keadilan Untuk Rakyat

 

Value Leaders VS Price Leaders

Sudianto selalu mengatakan kepada timnya, terutama tim komersial, harus menjadi value leaders  bukan price leaders. Dia meyakini daripada memberikan harga murah, lebih baik menonjolkan value yang bisa diandalkan. Salah satunya berkolaborasi dengan grup, pemain global, pemilik teknologi baru, sehingga bisa memberikan inovasi baru ke pelanggan.

 

“Kami tidak menyebut tim dengan sebutan account manager atau sales, melainkan solution business partner. Karena kami ingin jadi business partner mereka untuk memberikan solusi. Jadi, tujuannya adalah bertumbuh bersama, esensinya lebih ke sana. Pelanggan akan melanjutkan kontrak kalau mereka merasa mendapatkan benefit dari Hypernet. Kami harus punya mindset bagaimana caranya supaya kontrak kami terus-menerus diperpanjang, sehingga benefitnya harus ditambah pula,” jelasnya tentang strategi bisnis Hypernet.

 

Layanan yang akan menjadi unggulan Hypernet tahun depan di antaranya adalah cyber security. Dia mengibaratkannya seperti membeli asuransi, baru berasa impact-nya kalau nanti ada kejadian, padahal proteksinya untuk jangka panjang.

 

 

“Apalagi dengan regulasi baru UU PDP (Perlindungan Data Pribadi). Jadi bagi korporasi sudah menjadi mandatory obligation, kewajiban untuk melindungi data-data karyawan dan konsumennya. Cara melindungi data digital itu bagaimana? Harus dengan cyber security. Dari situ, kami melihat ada opportunity yang bisa kami masuki,” kata pria yang hobi bersepeda dan bermain golf ini.

 

Masalah keamanan data juga diterapkan dengan ketat di Hypernet, terutama dengan ISO 27000. Tahun depan ada lagi ISO baru yang sudah diupdate, yakni ISO 27701. “Itu lebih spesifik lagi untuk masalah yang menunjang perlindungan data pribadi. Kami juga mendorong tim untuk rutin melakukan langkah-langkah pengamanan sehari-hari. Karena kami menangani data customer secara langsung, bukan data kami saja. Jadi, jangan sampai nanti itu jadi masalah,” tandasnya.

 

Namun, cyber security ini pun memiliki beberapa level yang tentunya berkaitan dengan harga. Customer pun bisa menyesuaikan tingkat keamanan yang dibutuhkan. Misalnya, untuk UMKM tentunya tidak membutuhkan keamanan seperti bisnis perbankan. 

 

Nur A | Foto: Fikar Azmy

 

Baca selengkapnya di e-magazine Women's Obsession edisi November 2023