Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE: Belajar Sepanjang Hayat

Rektor Universitas Padjadjaran

 

Ketika dilantik menjadi rektor perempuan pertama Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE diberi target untuk membawa kampus masuk peringkat 500 besar dunia. Sebuah tugas yang bisa dikatakan tidak mudah, meskipun bukan hal mustahil. Berkat kerja kerasnya bersama seluruh civitas akademika Unpad, kini universitas yang berlokasi di Sumedang ini berhasil menduduki peringkat 661 pada QS WUR 2024 atau naik lebih dari 100 peringkat, dibandingkan tahun sebelumnya.

 

“Berbeda dengan korporasi, universitas itu berisi para academic leader yang berpotensi menjadi orang-orang dengan kiprah keilmuan yang diakui dunia internasional. Inovasi, engagement, dan collaboration, adalah tiga pilar yang menjadi misi Unpad untuk menjadi universitas terdepan,” tutur perempuan yang dilantik sebagai rektor untuk masa bakti 2019-2024 ini.

 

Setelah memetakan pola ilmiah dari program studi unggulan, inovasi-inovasi ditetapkan dan diakselerasi. Rina juga mendorong semua pimpinan akademis untuk bergerak bersama, membangun leadership yang kuat. Begitu pula otonomi akademik dilakukan, agar tidak takut menghasilkan karya-karya yang bertanggung jawab.

 

BACA JUGA:

Dewi Aryani Suzana: Berdampak untuk Masyarakat

Elizabeth Ariestia Melawaty Setiaatmadja: Kolaborasi Bukan Bersaing

 

Dia menerapkan prinsip Key Performance Indicator (KPI), seperti sebuah perusahaan, sehingga tidak hanya rektor, tapi juga wakil rektor, dekan, hingga individu peneliti diberi target masing-masing. Jika output tercapai, apresiasi berupa insentif diberikan, seperti membukukan karyanya. Tidak ada perbedaan antara laki-laki maupun perempuan di lingkungan kampus, termasuk dalam kesempatan untuk berkarya.

 

Meskipun demikian, Rina tidak memungkiri adanya konstruksi sosial yang menempatkan kekuasaan atau power kepada laki-laki, sehingga seringkali ketika perempuan menjadi pemimpin dipertanyakan kapabilitasnya.

 

“Tetapi, di Unpad hampir separuhnya adalah perempuan. Jadi, mereka bukan minoritas, artinya buat saya pribadi agak aman, banyak teman perempuan yang mendukung, walaupun kita sebagai perempuan memiliki keterbatasan, karena harus mengurus keluarga misalnya,” ungkap perempuan kelahiran Kediri ini tentang tantangan yang dihadapi.

 

 

 

Untuk meningkatkan engagement, Unpad pun meluncurkan Program Unpad Luhung untuk menyebarluaskan ilmu kepada khalayak luas sebagai bagian dari misi mendukung lifelong learning. Program non-degree ini berupa short course atau modul-modul singkat yang dapat diakses publik, baik mahasiswa maupun umum. “Program yang ditawarkan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, seperti public speaking misalnya. Bagi siapa pun yang belum berkesempatan, saya yakin di masa depan paket-paket non-degree yang diberi imbalan kredit dapat diakumulasi menjadi kredit SKS dan bisa ditransfer menjadi degree. Itu yang telah kami inisiasi dan lakukan,” paparnya lebih lanjut.

 

Sebagai dukungan, Unpad juga mendirikan anak perusahaan, PT Lentera Semesta, agar dapat bergerak lebih fleksibel dan menjadi jembatan keilmuan serta akademisi di Unpad dengan sektor industri. “PT Lentera Semesta ini memiliki otonomi penuh. Dia bisa menjualkan, bisa menjemput market dan sebagainya, tidak terbatas pada anak muda dan mahasiswa, tapi bisa ke ASN, bisa ke UMKM, mungkin ke corporate dan sebagainya. Jadi, supaya geraknya lebih lincah,” terangnya kepada Women’s Obsession saat ditemui di kantornya.

 

BACA JUGA:

Retno Marsudi: Aktifkan Kembali Mekanisme Bilateral

Lisa Yulia: Dari Karyawan Menjadi Young Entrepreneur Sukses

 

Kerja sama dengan pihak industri pun telah berjalan cukup baik, salah satunya dibuktikan dengan penghargaan “Academic Partner of the Year for Their Outstanding Partnership and Collaboration” yang diberikan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Penghargaan tersebut adalah apresiasi atas keseriusan Unpad dalam memikirkan infrastruktur pendidikan yang lengkap dan berkualitas. “Saat ini kami tengah merumuskan proposal pembangunan rumah sakit pendidikan di Jatinangor dengan konsep Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Unpad bukan hanya memikirkan kajian atau visibility study-nya, tapi juga mempraktikkannya,” jelas penerima Anugerah Perempuan Juara Indonesia kategori Bidang Pendidikan dari Yayasan Perempuan Indonesia Juara ini.

 

Di tingkat dunia, Unpad telah bermitra pula dengan berbagai universitas internasional mengadakan beragam program, tidak hanya terbatas pada penelitian semata, tetapi juga kerja sama pertukaran pelajar, hingga program adjunct professor. Selain itu, terbuka juga kesempatan untuk magang di beberapa negara, seperti Korea, Jepang, dan Taiwan. “Beberapa mahasiswa kami magang di industri di sana. Sehingga, otomatis kolaborasi dengan industri juga jadi tambah luas. Termasuk, kolaborasi dengan institusi-institusi yang non-pemerintah,” ujarnya dengan nada bangga menutup pembicaraan. Nur A | Foto: Fikar Azmy