Kartini Inspiratif 2024 | Dr dr Alfiah Amiruddin, MD, MSurg: Sentuhan Presisi Membawa Harapan Baru

Konsultan Ahli Bedah Payudara Onkoplastik

 

Wastra Nusantara, seperti batik, songket, ikat, dan lain sebagainya, bukan hanya merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia, tetapi juga merupakan karya seni yang mengagumkan. Tak heran jika banyak orang yang kemudian menjadikannya sebagai koleksi. Salah satunya adalah Dr dr Alfiah Amiruddin, MD, MSurg, yang jatuh hati pada batik dan songket sejak remaja. Dia bahkan selalu menyempatkan diri di tengah kesibukannya untuk mengunjungi pameran Inacraft yang menghadirkan berbagai ragam karya kerajinan anak bangsa.

 

“Selain butuh ketelitian dan ketelatenan, membatik itu juga ada seninya, sama seperti seorang dokter. Menjadi seorang ahli bedah, apalagi ahli bedah payudara onkoplastik, harus memiliki rasa seni yang tinggi. Saat melakukan rekonstruksi payudara, ketika ingin menempatkan sayatan juga membutuhkan seni tersendiri. Selain itu, sebagai perempuan saya menempatkannya sebagai nomor satu, karena kaum Hawa pasti suka akan keindahan,” ujar perempuan berdarah Bugis ini.

 

Menjadi salah satu profesi yang masih didominasi laki-laki, perjuangan perempuan yang biasa disapa Alfi ini sebagai dokter bedah payudara onkoplastik tentu tidaklah mudah. Dalam sebuah wawancara di Kuala Lumpur dia ingat pernah mengatakan bahwa diri kita sendirilah yang paling mengetahui passion kita dan dari dulu Alfi memang menyukai tantangan.

 

BACA JUGA:

Kartini Inspiratif 2024 | Maria Goretti Van Enst: Tingkatkan Kapabilitas untuk Kembangkan Diri

Kartini Inspiratif 2024 | Eifi Basuki: Lampaui EkspektasI Melangkah Pasti

 

“Saya beruntung memiliki orangtua yang memberikan keleluasaan kepada anak-anaknya untuk memilih profesi yang diminati. Keduannya cukup terkejut ketika saya bilang ingin menjadi dokter bedah. Kemudian, almarhum ayah saya sempat bertanya soal subspesialisasi yang diminati, saya menjawabnya ingin menjadi seorang konsultan breast oncoplastic surgeon,” tuturnya perihal yang membuatnya maju terus berjalan meniti karier hingga sekarang kini.

 

Meneladani Kartini yang fokus pada tujuannya, Alfi berpendapat tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berkomitmen untuk mencapainya. Dia mengakui menjadi seorang konsultan breast oncoplastic surgeon membutuhkan kesabaran, keterampilan, dan kemauan untuk terus belajar, karena ini bukan bidang yang statis.

 

“Ilmu kedokteran terus berubah dalam waktu yang sangat singkat, sehingga kita dituntut untuk meng-update-nya. Kita harus memiliki kemauan untuk terus belajar,” papar perempuan yang memiliki obsesi melihat Merah Putih sejajar dengan bendera-bendera negara lain di bidang kedokteran ini.

 

 

Keinginannya mendalami breast oncoplastic makin kuat, ketika Alfi bertemu dengan Prof Dr Yip Cheng Har saat mendapatkan gelar master of surgery dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Sang mentor yang juga ahli bedah perempuan ternama itulah yang mendorongnya, hingga berada pada level saat ini. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini kemudian memperdalam ilmunya lagi di beberapa negara, seperti Singapura, Australia, hingga ke Texas, Amerika Serikat.

 

Sempat mendapat tawaran bekerja di luar negeri, namun dia memilih kembali ke Tanah Air, karena merasa sebagai putri Kartini harus dapat memberikan sumbangsih untuk bangsa. Dia ingin membuktikan dokter di dalam negeri pun tak kalah berkualitas.

 

Mengakhiri perbincangan dengan Women’s Obsession, dia menceritakan satu lagi keinginannya sebagai legacy untuk perempuan Indonesia. Sekitar 40 hingga 70% perempuan yang datang kepada saya sudah mengalami kanker payudara stadium lanjut. Sebagai ahli bedah payudara saya bermimpi dan mempunyai harapan bahwa suatu saat nanti bisa menurunkan angka tersebut. Tentu saja, kita tidak bisa bekerja sendiri dan butuh usaha keras, serta dukungan banyak pihak.

 

Dia kemudian berpesan, “Jangan pernah menunda untuk memeriksakan diri, karena ketika terdeteksi lebih dini terkena kanker payudara dan mendapat treatment lebih cepat, angka harapan hidup menjadi lebih tinggi dan kemungkinan untuk sembuh juga lebih besar.”