Si Manis untuk Berbuka

Jika Hari Raya Idul Fitri erat dengan ketupat, maka tak salah jika kolak diidentikkan dengan bulan suci Ramadhan. Olahan yang satu ini memang umum disajikan sebagai kudapan berbuka puasa. Memiliki kandungan yang lengkap, mulai dari vitamin, gula, hingga karbohidrat, kolak sangat pas untuk mengembalikan energi setelah berpuasa satu hari penuh. Tak heran banyak orang menjadikannya sebagai makanan favorit. Selain lezat, ternyata makanan ini memiliki filosofi yang cukup mendalam.

Nama kolak berasal dari bahasa Arab, ‘khaliq’ yang artinya Sang Pencipta. Dipilih dengan harapan manusia akan selalu mengingat penciptanya. Tidak hanya tentang nama kolak, berbagai elemen yang ada di dalamnya pun memiliki makna masing-masing. Seperti kolak yang berbahan pisang kepok memiliki makna yang tersembunyi.

Dari kata kepok, diharapkan manusia dapat menyadari kesalahannya dan ‘kapok’ untuk melakukannya kembali. Serupa dengan hal tersebut, ubi yang termasuk tumbuhan di dalam tanah juga memiliki makna agar masyarakat harus mengubur kesalahan yang pernah diperbuat. Ubi juga menggambarkan kebaikan dan amal yang akan menghapus segala dosa.

 

Baca Juga:

Berbagi Berkah Ramadhan

Modest Fashion Trend

 

Pada awal kemunculannya, para ulama puluhan tahun silam menggunakan kolak sebagai sarana penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Kala itu, kolak menjadi satu dari sekian banyak media yang digunakan untuk membuat orang tertarik dengan agama Islam, seperti wayang dan kesenian lain. Dulu, kolak disajikan justru bukan pada bulan puasa, melainkan satu bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan atau bulan Sya’ban dalam kalender Hijriah. Pada bulan tersebut masyarakat diharapkan dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci juga menjadi salah satu tujuannya.

Ternyata, kebiasaan tersebut berlanjut dan menjadi santapan utama saat berbuka puasa. Pada masa-masa awal kolak disajikan, bahan yang digunakan hanya pisang dan ubi. Tidak beragam seperti yang saat ini beredar di masyarakat. Selain menjadi media penyebaran agama Islam, kolak juga menjadi bentuk akulturasi budaya dari berbagai daerah.

Terbukti dengan berbagai macam bahan makanan yang saat ini digunakan menjadi isian kolak. Seiring berjalannya waktu, kolak bahkan bertransformasi dengan rupa yang lebih mewah. Disajikan dengan berbagai garnish nan cantik. Beberapa bahkan menambahkan nangka dan kolang-kaling yang dipadukan menjadi satu sajian yang nikmat.