Sri Mulyani : Jaga Stabilitas Ekonomi Di Tengah Pandemi

Menteri Keuangan RI

Jika ditanya siapakah ekonom Indonesia saat ini yang paling banyak dibicarakan atas kinerjanya, tentulah nama Sri Mulyani yang muncul. Dia adalah srikandi tangguh yang sampai dua periode ini dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Keuangan (Menkeu). Bukan hanya dalam negeri, prestasinya pun sudah diakui dunia.

 

Ani, sapaan akrab dari Sri Mulyani, mampu menjadi perempuan sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Namun, di tengah kariernya yang cemerlang dalam dunia internasional, dia harus kembali ke Indonesia, diminta presiden untuk ikut membantu meningkatkan perekonomian nasional dengan diangkat menjadi Menteri Keuangan. Berbagai usaha dan upaya pun sudah dilakukan oleh Ani.

 

Pada periode kedua ini memang menjadi tahun yang tersulit baginya dan seluruh jajaran kementerian untuk bisa melesatkan lagi perekonomian nasional. Pasalnya, dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, dan meruntuhkan sendi sendi ekonomi masyarakat. Dalam situasi seperti ini jelas sektor ekonomi sangat terpukul, karena adanya kehidupan baru atau new normal yang serba ketat.

 

Meskipun demikian, berbagai upaya harus dilakukan pemerintah untuk bisa menjaga kesehatan dan perekonomian masyarakat. Ani mengungkapkan, dengan semakin melambatnya penularan varian baru delta, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2021 berhasil tumbuh positif sebesar 7,07%. Ini menggambarkan arah dan strategi pemulihan ekonomi sudah benar. Perbaikan ekonomi dapat dilihat dari seluruh mesin pertumbuhan yang sekarang sudah mulai membaik kembali.

 

Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,9%, investasi berada di 7,5%, perdagangan naik di 9,4%, sektor konstruksi meningkat 4,4%, transportasi di 25,1%, serta akomodasi makanan dan minuman sebesar 21,6%. Sektor manufaktur yang merupakan kontributor hampir 20% dari Produk Domestik Bruto (PDB) juga tumbuh 6,6%. Kinerja ekspor sejak kuartal satu sudah mulai masuk dalam zona positif 7% dan kuartal kedua makin berkembang di 31,8%. Demikian juga dengan impor yang tumbuh 5,5% pada kuartal satu dan momentumnya makin terakselerasi dan menguat di kuartal kedua di 31,2%.

 

“Ini semuanya menggambarkan bahwa sekarang seluruh sektor sebetulnya sudah mulai menggeliat dan berfungsi. Ini sebagian adalah karena policy dari pemerintah yang terus mencoba untuk melakukan intervensi, termasuk dari sisi demand dan supply. Seluruh mesin pertumbuhan sudah mulai berkontribusi dan aktif mendukung pertumbuhan,” ujar Menkeu dari keterangan resminya kepada awak media. Dalam proses peningkatan ekonomi masyarakat, pemerintah tengah menjalankan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2021. Ratusan triliun digelontorkan untuk membantu perbaikan ekonomi masyarakat. Untuk tahun 2021 ini, pemerintah bahkan meningkatkan alokasi anggaran PEN dari Rp699,43 triliun menjadi Rp744,75 triliun.

 

Sebagian besar anggaran itu adalah untuk alokasi kesehatan yang naik dari Rp176 triliun menjadi Rp214,9 triliun. Anggaran pada bidang kesehatan ini salah satunya adalah untuk program vaksinasi baik untuk pengadaan vaksin dan pelaksanaaannya sebesar Rp57,84 triliun. Ani berharap anggaran besar yang digelontorkan pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakat, bisa diiringi dengan peningkatan ekonomi nasional.

 

Selain itu, dia menjelaskan tingkat kemiskinan Indonesia sempat mengalami kenaikan, yang semula 9,22% pada September 2019 menjadi 10,19% pada September 2020, seiring munculnya pandemi Covid-19. Dengan pemulihan ekonomi yang terjadi pada kuartal kedua 2021, taraf kemiskinan mulai menunjukkan perbaikan di 10,14%. Tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan seiring pemulihan ekonomi. Didukung keyakinan dan optimisme konsumsi, kegiatan investasi yang menggeliat, ekspor yang melonjak sangat tinggi, serta konsumsi dan belanja pemerintah.

 

Dari sisi pendapatan negara, Menkeu mencatat pada masa pandemi ini masih mengalami peningkatan. Realisasi pendapatan negara pada semester I-2021 sebesar Rp886,9 triliun atau tumbuh 9,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut menyentuh 50,9% dari target APBN tahun 2021. Menurut Ani, capaian tersebut merupakan suatu pembalikan yang sangat kuat. Dari sisi penerimaan pajak, dia menyebut pajak telah terkumpul Rp557,8 triliun atau 45,4% dari target sebesar Rp1229,6 triliun. Pertumbuhan penerimaan pajak sebesar 4,9% merupakan pembalikan yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan tahun lalu yang kontraksi minus 12%. Hal serupa juga dialami oleh kepabeanan dan cukai yang tumbuh 31,1%. Diharapkan seiring banyak orang divaksinasi dan tercinta herd community, perekonomian pun akan kian membaik ke depannya.