Kiat Sukses Perempuan Pengusaha Hadapi Tantangan Multiperan

 

 

Kesuksesan perempuan dalam dunia bisnis masih menjadi tantangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Padahal, harus diakui bahwa perempuan berbisnis landasan utamanya tak lain adalah untuk menopang perekonomian keluarga. Dan selama tiga tahun terakhir, jumlah wirausaha perempuan justru meningkat tiga kali lipat.

 

Menyadari hal tersebut, Nina Septiana, fashion designer sekaligus CEO Nina Nugroho Internasional, menginisiasi kampanye #akuberdaya yang diawali dengan gelaran Professional Women’s Week (PWW) 2021. Acara yang diadakan selama lima hari ini diadakan secara daring dan luring dengan menyajikan berbagai talkshow dan webinar.

 

PWW merupakan event yang bertujuan mendukung para perempuan profesional di seluruh Indonesia menikmati kehidupan terbaiknya dengan mengoptimalkan kontribusi multiperannya di kantor dan di rumah. “Kami percaya, perempuan Indonesia adalah individu yang berdaya dalam apa pun peran yang dimainkannya. PWW adalah sebuah perayaan atas keberdayaan itu. Keberdayaan yang menjadi pondasi utama negeri ini, masa kini dan masa yang akan datang,” papar Nina.

 

Hashtag #akuberdaya memiliki makna bahwa perempuan pada dasarnya sudah memiliki daya dalam dirinya. Secara alami, perempuan mampu memikul rasa sakit melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya. Perempuan memiliki kemampuan multi-tasking serta keluasan hati yang tak ada ujungnya. Perempuan adalah tonggak keluarga. Sehingga diputuskan untuk tidak menggunakan istilah ‘pemberdayaan’, melainkan ‘keberdayaan’. Perempuan bukannya perlu diberdayakan, melainkan dilejitkan keberdayaannya.

 

PWW diselenggarakan dalam lima hari. Empat hari berturut-turut berupa event Charity Sale, Talk Show dan Sharing Online yang menghadirkan 12 pembicara nasional dan tokoh profesional, kemudian ditutup pada hari kelima dengan event offline Gala Luncheon, fashion show dan diskusi panel yang akan dihadiri 50 tokoh perempuan. Event ini akan diikuti oleh ribuan perempuan Indonesia.

 

Pada hari pertama, dibuka dengan talkshow dan webinar bertajuk ‘Perempuan Pengusaha: Strategi Menang di Dunia Laki-laki’. Menurut Dr. Indrawan Nugroho, CEO sekaligus co-Founder CIAS, yang menjadi pembicara pada sesi pertama, sebanyak 64,5% atau 37 juta pelaku UMKM di Indonesia dikelola oleh kaum perempuan. Sayangnya aktivitas para penopang ekonomi bangsa ini tidak banyak mendapat dukung dari banyak pihak.

 

“Apakah perempuan bisa? Bisa, tapi memang harus dipersiapkan secara cerdas. Kita tidak membicarakan persoalan gender. Ini juga bukan perempuan versus laki-laki. Tapi lebih pada bagaimana menaklukkan dompet para pelanggan,” urainya lebih lanjut.

 

Dr. Indrawan juga menegaskan pentingnya support system bagi perempuan yang menjalankan bisnis. Dengan terbangunnya support system yang dapat diandalkan, maka sebagian pekerjaan dapat didelegasikan. “Pilihlah karyawan yang dari awal benar-benar dapat diandalkan. Mendapatkan tim semacam ini memang tidak seperti sulap, butuh waktu. Dengan terbangunnya system kerja, maka perempuan pengusaha ini akan tetap selalu bisa hadir untuk suami, anak-anak dan keluarganya pada saat dibutuhkan.”

 

Selanjutnya pada sesi kedua, hadir tiga perempuan inspiratif, yaitu Prita Kemal Gani (Founder dan CEO LSPR), Intan Ayu Kartika (Brand Director Danone-Aqua), dan Hany Seviatry (Owner Batik Krakatoa). Pada talkshow dan webinar bertajuk ‘Sukses Berkarier di Tengah Tantangan Multiperan dan Pandemi Covid-19’, ketiganya berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menjalankan bisnis, membagi waktu untuk keluarga dan memastikan tetap memiliki waktu untuk diri sendiri agar dapat menikmati me time.

 

“Saya justru bersyukur karena dalam Islam, perempuan itu dikarunia Allah rasa cinta dan kasih sayang. Ini menjadi motivasi karena kita diberikan kelebihan multiperan sebagai ibu sekaligus bekerja. Yang saya rasakan kehidupan jadi seimbang dan membanggakan,” ungkap Intan pada acara yang dipandu oleh Elly Simanjuntak, Pemimpin Redaksi Women’s Obsession.

 

Sedangkan Prita Kemal Gani membeberkan kiat dirinya dalam menghadapi Covid-19 bersama keluarga tercinta. Istri pengusaha media Kemal Gani ini mengatakan pandemik membuatnya banyak waktu untuk membangun kebersamaan dengan ketiga anak-anaknya.

 

“Ada blessing di kejadian anak kedua saya yang kuliah di Inggris. Karena pandemi harus pulang ke Indonesia. Sehingga selama 1,5 tahun ini bersama kami. Pada saat pandemi ini kita bisa melihat, mendengar ada rumah tangga yang menjadi runyam, karena orang tua tidak terbiasa di rumah, tapi karena ada WFH harus kerja di rumah. Biasanya selalu pergi, begitu di rumah saja, justru bikin stres. Mungkin tidak semua orang punya rumah yang luas, sehingga masing-masing anggota punya privacy. Nah disinilah dbutuhkan sebuah upaya untuk memberikan ruang pada anggota keluarga,” ujar Prita.

 

Hany Seviatry, juga punya pengalaman yang berbeda selama masa pandemi Covid-19. Diakuinya di awal pandemi, terpaksa harus menerapkan pembayaran dengan sistem borongan terhadap para pengrajin batik yang bekerja dengannya. Hal ini ditempuh agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja, karena showroom batik miliknya mengalami penurunan omzet penjualan.

 

Tak hanya, sebagai pengusaha batik, dia harus senantiasa melakukan edukasi penggunaan masker dan menjaga prokes kepada para pengrajinnya. “Membatik tidak bisa pakai masker, karena cantingnya harus ditiup. Jadi saya benar-benar harus tegas kepada mereka. Kalau biasanya mereka bergerombol, sekarang sudah tidak lagi. Saat jam istirahat, ada yang di musala, ada yang tetap berada di workshop,” kata istri Walikota Cilegon ini.