Paduan Keemasan Antara Cina dan Bali

Memamerkan 19 karya seni rupa yang mengusung tema akulturasi budaya lintas bangsa dalam pemeran tunggal bertajuk ‘Culture in Colours’, acara ini berlangsung di Santrian Art Gallery Sanur, Bali. Pameran Djaja Tjandra Kirana kali ini merupakan kelanjutan dari pertanyaan yang sering muncul di benaknya, yakni mengapa di usia semakin tua, semangat untuk menciptakan karya seni justru semakin menggelora.

Dia juga turut memaknai banyaknya peristiwa budaya lintas generasi, kisah-kisah Bali di masa lampau yang tertumpah di kanvas sebagai karya seni. Hal serupa juga tak luput didokumentasikan dalam karya seni fotografi dan subkesenian lain yang digeluti hingga saat ini. Melihat kondisi di Bali, ternyata tak bisa dilepaskan dengan akulturasi, akibat gesekan dan kedatangan imigran bangsa lain yang juga menambah khazanah kebudayaan di Bali. Mengangkat percampuran dua budaya, yakni Bali-Cina karya-karya yang dipamerkan didominasi warna merah.

Hal serupa sejalan dengan Dr. Jean Couteau yang mengungkapkan kejelian Tjandra dalam menangkap bauran budaya dari tanah leluhurnya, Cina dan Bali, tempat dia lahir dan dibesarkan. Misalnya, dalam lukisan yang menggambarkan perjumpaan antara barong Bali dan barongsai Cina, dengan mural latar belakang yang menampilkan penari perempuan Bali bergaya Kamasan.