Telegram Siapkan Berbagai Fitur Menarik

Berkomunikasi dengan aplikasi pesan singkat kini telah menjadi kebutuhan hampir semua orang di dunia. Terlebih, smartphone yang bermunculan turut mendukung berbagai kebutuhan, seperti berkirim video hingga melakukan videocall. Salah satu yang banyak digunakan adalah Telegram. Berikut beberapa hal unik tentang aplikasi pesan instan yang berbasis cloud tersebut.

 

  • Aplikasi ini diluncurkan oleh kakak beradik asal Rusia bernama Nikolai Durov dan Pavel Durov pada tahun 2013.

  • Di awal kemunculannya, Telegram hanya bisa digunakan oleh para pengguna iOS. Dua bulan kemudian, pengembang membuat versi lain yang bisa digunakan oleh semua sistem operasi.

  • Hingga Januari 2021, Telegram memiliki 500 juta pengguna aktif.

  • Terdapat 25 juta pengguna baru pada 17 Januari 2021 lalu.

  • Ada dua ftur utama, yakni end-to-end encryption dan self-destruct.

  • Telegram didesain agar privasi para penggunanya tetap aman. Kedua pendirinya tidak ingin ada pihak tertentu yang menyalahgunakan data penggunanya untuk kepentingan komersial.

  • Jika ingin membicarakan hal yang bersifat rahasia, aplikasi ini menyediakan ftur Secret Chats.

  • Fitur pesan rahasia ini membuat penggunanya tidak bisa begitu saja meneruskan sebuah pesan.

  • Tidak hanya itu, pada ftur Secret Chats akan ada pemberitahuan jika seseorang melakukan screen shoot atas pesan tersebut.

  • Fitur menarik di aplikasi ini adalah memindahkan riwayat obrolan dari aplikasi lain ke Telegram.

  • Aplikasi yang kini berbasis di Dubai ini juga memungkinkan penggunanya mengirim fle dengan ukuran besar, yakni hingga 2 GB.

 

Baca Juga:

Dukung Pemerataan Ekonomi Digital

make p:rem dan Tren Clean Beauty

 

  • Grup chat di aplikasi Telegram dapat memuat hingga 100.000 anggota. Fitur ini dikenal dengan nama supergroup.

  • Kerap tersandung dengan masalah regulasi di satu negara, menyebabkan Telegram berpindah tempat operasi. Di antaranya, di Rusia, Jerman, Inggris, dan Singapura. Hingga akhirnya kini berada di Dubai.

  • Salah satu masalah yang pernah dialami Telegram juga pernah terjadi di Tanah Air pada tahun 2017. Kala itu, aplikasi ini bahkan sempat diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

  • Menanggapi masalah tersebut, CEO Telegram, Pavel Durov menyampaikan permohonan maaf dan mengakui telah menerima email dari Kemenkominfo.

  • Pro-kontra tentang aplikasi ini juga sempat terjadi, karena fitur enkripsi dianggap mempersulit kerja intelijen siber Polri untuk menyadap percakapan kelompok radikal yang berada di Indonesia.

  • Terlebih, adanya ftur supergroup yang dianggap membuat jaringan teroris semakin mudah menyebarkan paham radikal.

  • Muncul pula fenomena lone wolf dan self radicalization, yaitu radikalisasi melalui media online.