Jully B Nara – Sosok Tangguh dan Religius

Di antara keluarga dan rekan, Jully memang dikenal sebagai pribadi ulet dan tangguh. Mengingat perjalanan hidupnya penuh lika-liku sebelum sampai ke titik sekarang ini. Dia menuturkan, “Saya memang banyak menghadapi tantangan dan kejadian yang kurang baik. Namun, semua itu membentuk mental dan pribadi saya. Bila tidak melalui pengalaman tersebut di masa kecil, bisa jadi saya tidak akan menjadi seorang hardworker, mungkin menjadi anak yang manja. Segala pengalaman sulit dalam perjalanan hidup itu menghasilkan sesuatu. Ini juga baru saya sadari setelah dewasa.”

 

Dia mengaku bersyukur mampu memetik segala hikmah dan melangkah menjalani hidup yang dilimpahi kebahagiaan. Ketika mengerjakan sesuatu harus ada kemauan, visi misi, berdoa kepada Tuhan. Rasa takut harus dihilangkan dan berani melangkah. “Salah satu prinsip saya lainnya adalah mengingat Tuhan di setiap sendi kehidupan. Ketika ada tuntunan agama di dalam diri, tujuan hidup kita pun jelas untuk apa, yakni menjadi orang yang berguna. Kita akan mendapati hidup dipenuhi keajaiban dan kemudahan ketika kita melibatkan-Nya. Untuk dapat memiliki hubungan dengan Tuhan, kita harus mengundang-Nya masuk ke dalam hidup kita,” tuturnya.

 

Jully selalu berbagi kasih, dengan cara mengajar dan memotivasi. Baginya, Tuhan telah berniat baik untuk semua ciptaan-Nya, maka kita diciptakan untuk menjadi orang yang sukses, berpengaruh, berhasil dalam kehidupan, dan berguna bagi keluarga maupun orang di sekitar. Tujuan hidup adalah pemicu luar biasa yang membuat manusia jadi mencurahkan berbagai fokus dan energinya untuk mendapatkan itu semua. “Berlomba berbuat baik, agar orang-orang mengenal kita sebagai pribadi yang baik. Sehingga segala yang menyangkut kredibilitas kita pun dipermudah,” ujarnya diiringi senyuman manis.

 

Di tengah kesibukannya, dia banyak melakukan aktivitas religi. “Passion saya memang di situ, semua orang jadi terpacu melihat spirit saya,” tandasnya. Prinsip sehari-hari tercermin dari kesenangannya berbagi ilmu dan menjadi motivator. Mengembangkan kecerdasan kesadaran diri agar lebih bisa bersyukur sekaligus membuat orang lebih maju dan berguna. “Saya baru sadar di usia ini, bahwa Tuhan tidak percuma menciptakan saya. Mengajar itu memiliki manfaat dan orang-orang bisa belajar dari pengalaman-pengalaman kita. Selain itu, ketika mengajar setiap materi seolah menjadi pijakan kecil untuk sampai ke sisi lain,” ujar Jully. Contohnya, memberikan motivasi bekerja keras. Dia menanamkan kepada para staf pentingnya investasi. Saat ini sudah banyak orang mulai mengalokasikan dananya untuk investasi masa depan, bukan saja mereka yang memiliki penghasilan tinggi.

 

Menurutnya, hambatan terbesar dalam pengajaran ialah tidak adanya keinginan untuk mengajarkan. Banyak orang berpengetahuan yang menganggap hanya dia yang bisa menguasai sesuatu, sehingga tidak mau berbagi kepada orang lain, karena dianggap tak akan menguasai. Ada pula yang takut tersaingi oleh yang diajari nantinya menjadi lebih ahli. Hal itu tidak berlaku bagi Jully. Sebagai sosok yang mau belajar kepada siapapun, semakin banyak yang terinspirasi, maka jadi kesuksesan baginya. Baik itu lingkungan kerabat, pekerjaan, kenalan dan lainnya.

Naskah: Angie Diyya | Foto: Sutanto

Untuk selengkapnya bisa dibaca di majalah Women’s Obsession cetak maupun digital edisi Januari 2019