Polana Banguningsih Pramesti Menjawab Tantangan Keselamatan Penerbangan

Women's Talk

Pekerja dengan totalitas dan dedikasi ditunjang kemampuan membuktikan kapabilitas, membawa nama Polana Banguningsih Pramesti tercatat sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Udara perempuan pertama di lingkungan Kementerian Perhubungan. Bekerja di bidang yang didominasi oleh pria, Polana mengatakan tantangan dalam tugasnya tak ada beda dengan pria.

Saat ditemui Women’s Obsession di sela kegiatannya, perempuan ramah ini bercerita tentang tugas yang diembannya. Menurut Polana, sama seperti pemimpin sebelumnya, dia bertanggung jawab meningkatkan faktor keselamatan penerbangan dan mempertahankan peringkat keselamatan penerbangan Indonesia di dunia internasional. Dia juga harus memastikan operasi penerbangan sipil di Indonesia berjalan ‘Selamat, Aman, dan Nyaman’.

Menapaki posisi sebagai dirjen tidak diraihnya dengan mudah. Meniti karier selama 32 tahun semakin menguatkan kecintaannya pada dunia perhubungan udara.Maka tak heran bila dia disebut telah mencicipi asam garam dunia perhubungan udara.

“Kalau dibilang dorongan, mungkin karena saya sejak awal sudah menyukai dunia penerbangan. Kebetulan sempat mengenyam pendidikan transportasi di Institut Teknologi Bandung, juga pascasarjana di Aerodrome Engineering, Singapore Aviation Academy dan Nanyang University,” jelas perempuan yang pernah mendapatkan tanda jasa Satya Lencana 10 Tahun, Satya Lencana 20 Tahun, dan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia ini. Diangkatnya Polana ke posisi tersebut juga membuktikan bahwa Indonesia mendukung kiprah perempuan dalam penerbangan sipil.

Seiring pembicaraan tentang ibukota baru yang kian sering diperbincangkan, skema transportasi di ibukota baru, khususnya transportasi udara turut dipertimbangkan. Saat ini, telah tersedia fasilitas maupun infrastruktur transportasi udara di calon Ibukota baru tersebut, yaitu Bandara Apt Pranoto di Samarinda dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan. Untuk skema angkutan antarmoda akan berkoordinasi dengan subsektor lainnya baik Ditjen Perhubungan Darat, Laut, perkeretaapian, dan berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya. Terkait dengan Hari Penerbangan Nasional, Polana menyebutkan keuntungan geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas, seraya berharap ke depannya dapat diwujudkan pemerataan transportasi udara sebagai akses. Transportasi udara harus bisa melayani ke seluruh pelosok Indonesia.

Menjabat posisi strategis, tanggung jawabnya mulai merambah pada cakupan lebih luas. Polana kerap mewakili Indonesia menghadiri gelaran tingkat dunia. Pada akhir Agustus silam, dia menghadiri The 56th Conference of Directors General of Civil Aviation (DGCA) Asia Pacifi Region yang diselenggarakan International Civil Aviation Organization (ICAO) Asia Pacifi Regional Offi di Kathmandu, Nepal. Konferensi DGCA merupakan agenda penting yang akan menentukan arah kebijakan terkait isu-isu strategis di bidang penerbangan sipil yang meliputi aspek keselamatan, keamanan, regulasi, efiiensi, pelayanan maupun capacity building, termasuk sebagai media pertukaran informasi ataupun best practices perihal perkembangan teknis dan operasional penerbangan sipil dari perwakilan regulator maupun stakeholder dari negara-negara Asia Pasifi. Konferensi DGCA ke-56 mengangkat tema ‘Harmonizing Effrts to Meet the Capacity Contrainst’.

Polana juga hadir sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia pada pertemuan 40th Session of ICAO Assembly yang diselenggarakan oleh Kantor Pusat International ICAO di Montreal, Kanada. Pada kesempatan tersebut, dia menyampaikan general statement di tengah-tengah pelaksanaan Sesi Sidang Plenary 40th Session of ICAO Assembly. Dalam pernyataannya, dirjen hubud ini mengutarakan komitmen untuk siap mendorong kemajuan industry penerbangan sipil dunia, khususnya wilayah Asia Pasifi, sejalan dengan tema ‘No Country Left Behind’ dari ICAO. Polana juga menyampaikan bahwa Indonesia, khususnya Direktorat jenderal Perhubungan Udara, sangat mengapresiasi dan mendukung tema besar ‘Woman in Aviation’ pada DGCA Conference mendatang. Ini sejalan dengan pandangannya bahwa dunia aviasi dan perhubungan udara bukanlah sematamata bidang laki-laki, perempuan juga bisa turut andil. (Angie Diyya | Fikar Azmy)

Baca selengkapnya di Women's Obsession Edisi Oktober 2019