Sebagai salah satu industri yang paling terdampak akibat pandemi, industri kecantikan mengalami pukulan berat. Pergeseran pemenuhan kebutuhan di tengah kondisi krisis adalah sesuatu yang tidak terelakkan. Namun, memasuki semester kedua tahun 2021, ekonomi mulai bangkit dan memasuki tahap pemulihan, termasuk bisnis kosmetika. Dari sekian banyak yang mampu bertahan, Paragon Technology & Innovation adalah satu di antaranya. Di bawah pimpinan generasi keduanya, Salman Subakat, perusahaan kosmetik lokal tersebut bukan hanya tidak tumbang, melainkan juga mampu terus berinovasi.
Berlatar belakang sebagai seorang lulusan Teknik Elektro, Salman harus berurusan dengan dunia bisnis, seperti marketing, sales, dan pengembangan produk. Belajar secara otodidak, dia ditantang untuk membangun brand yang kuat dan memiliki tujuan, sehingga dapat menciptakan kedekatan dengan konsumennya. Selama 35 tahun berdiri, perusahaan kini telah memiliki beberapa merek kosmetik terkenal, antara lain Putri, Make Over, Wardah, Emina, dan Kafh sebagai lini baru perawatan untuk pria.
Kemampuan perusahaan pun bisa dibilang cukup teruji setelah melalui satu setengah tahun pandemi. Kesigapan mengubah mode operasional sebenarnya memang telah direncanakan untuk mengatasi krisis, meskipun tidak disiapkan secara spesifik dalam menghadapi pandemi.
Berjaya di Negeri Sendiri
Sekitar tahun 2017-2018, industri kecantikan mengalami perubahan drastis berkat kehadiran media sosial dengan beragam fitur menarik. Berbagai produk kosmetik lokal pun mulai bermunculan dengan kualitas yang cukup mumpuni. Akibat pandemi, growth rate industri kecantikan memang tidak sedrastis dahulu. Sehingga hal ini menjadi tantangan bagi pelaku industri beauty untuk berinovasi menjawab kebutuhan konsumen yang semakin sophisticated.
Teknologi menjadi salah satu peluang bagi bisnis ini untuk terus tumbuh dan berkembang lebih besar lagi. “Untuk menghadapi persaingan dengan brand luar negeri, kita sebagai pemain lokal harus mempunyai kecepatan adaptasi. Dalam menciptakan produk, menjalin hubungan dengan konsumen yang lebih dekat, mempunyai inovasi lebih terkait dengan proses bisnis, dan ekspektasi terhadap perusahaan kita sendiri,” ungkap alumni Institut Teknologi Bandung ini.
Menurutnya, sebagai brand lokal harus tetap berinovasi, agar masyarakat bangga dengan hasil karya anak bangsa sendiri. Selama masa pandemi, perusahaan mengeluarkan produk baru yang menjawab kebutuhan konsumen selama di rumah saja. Hal ini tidak terlepas dari keterlibatan talent yang passionate di bidang masing-masing saat perekrutan.
Agar produk lokal dapat menjadi top of mind, yang terdepan di dalam negeri, dibutuhkan support system yang kuat. Di negara lain, seperti Korea Selatan, sudah tercipta ekosistemnya, mulai dari supplier, talent, dan jaringannya telah terbangun selama puluhan tahun.
“Saat ini tantangannya adalah bagaimana memindahkan ekosistem-ekosistem industri kecantikan dari negara lain yang lebih leading. Mereka berhasil membangun ekosistem selama 20 tahun, jadi kalau bisa kita harus mengejarnya dalam waktu enam tahun. Kalau itu sudah terwujud, kita bahkan bisa menyaingi Korea,” ujar pria yang bercita-cita menjadikan perusahaannya sebagai top brand kosmetika di Indonesia ini dengan bersemangat.
Setelah melalui proses yang panjang, sekarang Wardah telah menjadi identitas kosmetik lokal asal Indonesia layaknya brand internasional lainnya. Banyak produk keluaran Paragon Technology & Innovation yang kini beredar di Negeri Jiran.
Bangun Dunia Pendidikan
Seperti kita ketahui dunia kosmetik merupakan industri yang berubah dengan cepat mengikuti tren. Perkembangan teknologi memegang peranan penting, tak terkecuali dalam menciptakan berbagai produk. Pemahaman menyeluruh pun harus dimiliki, karena kosmetik terdiri dari banyak unsur, seperti kesehatan, marketing, dan pelayanan pelanggan.
Permasalahannya terletak pada talent, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Lalu, bagaimana mendapatkan talent yang tepat? Salman mengatakan bahwa kuncinya adalah pendidikan. Beragam masalah dapat dipecahkan dengan memiliki SDM berlatar belakang pendidikan yang tepat pula. Misal, kesulitan bahan baku yang masih harus diimpor, sebenarnya bahan mentahnya terdapat di Tanah Air. Sayangnya, tenaga ahli dan teknologi yang digunakan tidak tersedia.
Oleh karena itu, Paragon Technology & Innovation mulai menyasar kerja sama dengan berbagai universitas dalam hal riset. Sejak masih dipimpin sang ibu, perusahaan sudah menitikberatkan program Corporate Social Responsibility (CSR) pada dunia pendidikan melalui program Paragon Scholarship. Terdiri atas tiga jenis program, yakni beasiswa prestasi, beasiswa pemberdayaan, dan beasiswa tugas akhir. Beasiswa prestasi untuk mahasiswa tingkat tiga yang berprestasi di bidang akademik dan non-akademik.
Sementara, beasiswa Pemberdayaan diperuntukkan bagi mahasiswa tingkat dua yang kurang mampu secara ekonomi. Terakhir, beasiswa tugas akhir diberikan kepada mahasiswa tingkat akhir yang membutuhkan dana demi menyelesaikan tugas akhir.
Tidak hanya melalui perusahaan, Salman sendiri kerap terlibat langsung dengan berbagai komunitas yang bergerak di bidang pendidikan, seperti Gerakan Jurnalis Peduli Pendidikan (GJPP). Dengan ikut terjun di berbagai ekosistem pendidikan, dia berharap kualitas education di Indonesia semakin meningkat. Jika pendidikan mengalami kemajuan, perekonomian di Indonesia juga akan ikut berkembang dan bangkit dari keterpurukan dengan lebih cepat ke depannya. Nur A | Dok. Pribadi