Malam momen menutup tahun, tidak hanya perayaan menyambut tahun baru yang umum dilakukan. Tapi juga terdapat sejumlah upacara adat yang hampir seluruh daerah memiliki tradisinya masing-masing.
Salah satunya adalah Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Disebut dengan Festival Iraw Tengkayu, acara ini biasa dilakukan setiap dua tahun sekali pada bulan Desember bertepatan dengan hari jadi kota tersebut.
Pagelaran rutin ini merupakan upacara adat yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Tidung, Kota Tarakan. Iraw berarti perayaan atau pesta dalam bahasa Tidung dan Tengkayu adalah nama pulau kecil yang dikelilingi laut atau pulau Tarakan itu sendiri.
Selain itu, dua kata ini juga mengandung makna perayaan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Pada perayaan ini, masyarakat akan mengadakan ‘Padaw Tujuh Dulung’, yakni mengarak perahu hias keliling kota.
Setelah diarak, perahu dilarung ke laut. Warna-warna yang dipilih umumnya merupakan ciri khas Suku Tidung, yaitu kuning, hijau, dan merah. Kuning biasanya digunakan oleh masyarakat pada bagian tertinggi, yakni di atas kapal, karena dianggap melambangkan kehormatan.
Berukuran cukup besar, perahu hias memiliki tiga haluan kapal di dalamnya. Haluan pertama berada di bagian tengah dan dibuat bertingkat tiga, biasa disebut dengan meligay. Bagian ini biasanya memiliki bentuk seperti rumah, memiliki atap dan empat pintu.
Nantinya diletakkan berbagai macam makanan di bagian dalam rumah-rumahan tersebut. Lalu, dua haluan lain berada di bagian kanan dan kiri perahu yang dirancang menjadi dua tingkat. Tingkatan di setiap haluan yang berjumlah tujuh ini melambangkan jumlah hari dalam seminggu sebagai perlambang perjalanan kehidupan manusia yang terus berulang.
Pada bagian tengah Padaw Tujuh Dulung terpasang lima buah tiang. Jumlah tersebut melambangkan dari shalat lima waktu yang dilakukan oleh umat Islam setiap hari. Salah satu tiang dibuat tinggi menggambarkan penguasa tertinggi di alam semesta.
Tiang-tiang ini digunakan sebagai tempat untuk mengikat kain yang berfungsi sebagai atap yang disebut ‘pari-pari’. Tiang ini juga digunakan sebagai tempat untuk mengikat kain yang dihubungkan ke haluan perahu di bagian samping.
Selain acara inti, yakni mengarak dan melarung perahu, pada Festival Iraw Tengkayu wisatawan juga bisa menyaksikan beragam perlombaan. Salah satu yang mendapat banyak perhatian adalah lomba ‘Sumpit’, senjata khas Suku Dayak yang juga salah satu suku asli Kota Tarakan.
Ada pula parade musik, tari, hingga festival makanan laut yang pastinya siap memanjakan lidah. Bagi yang ingin melihat produk-produk dan hasil kreasi khas Kota Tarakan, pihak penyelenggara juga menggelar Tarakan Expo.
Bagian acara yang satu ini berperan penting dalam menampilkan kebudayaan setempat terutama pada para wisatawan internasional