Infusions into Contemporary Art

 

Yayasan Cemara Enam bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek; serta Galeri Nasional Indonesia menggelar Pameran Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art. Pameran yang berlangsung belum lama silam ini dikuratori oleh tiga perempuan hebat yang telah memiliki kompetensi di bidangnya dan lebih dari 25 tahun berkiprah di dunia seni rupa.

 

Mereka adalah Carla Bianpoen, seorang jurnalis perempuan senior; Inda Citraninda Noerhadi, Ketua Yayasan Cemara Enam dan Direktur Cemara 6 Galeri-Museum; serta Citra Smara Dewi, akademisi seni rupa yang sekaligus merupakan salah satu Kurator Galeri Nasional Indonesia.

 

 

Pameran Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art menampilkan 32 karya yang terdiri dari seni lukis, seni patung, instalasi, new media, hingga performance. Peserta pameran ini adalah Arahmaiani (1961), Bibiana Lee (1956), Dolorosa Sinaga (1952), Dyan Anggraini (1957), Indah Arsyad (1965), Melati Suryodarmo (1969), Mella Jaarsma (1960), Nunung WS (1948), Sri Astari Rasjid (1953), dan Titarubi (1968). Mereka adalah sepuluh perempuan perupa profesional yang berusia di atas 50 tahun.

 

Dalam catatan kuratorial pameran disebutkan, isu tentang usia dan kreativitas membuat orang bertanya mengapa para kurator pameran ini memilih untuk menonjolkan para perupa senior. Apakah kreativitas ditentukan oleh usia? Pertanyaan ini telah menarik sebuah penelitian ilmiah selama lebih dari seabad. Kenyataannya, sebuah studi empiris mengenai isu ini pernah dipublikasikan pada tahun 1835.

 

 

 

Ternyata benar bahwa peneliti atau psikolog yang mempelajari pencapaian kreatif dalam siklus kehidupan secara umum, telah menemukan bahwa puncak kreativitas seseorang berada di antara usia pertengahan hingga akhir 30-an tahun atau di awal 40-an. Namun, studi lanjutan menemukan bahwa puncak kreativitas seseorang sangat bervariasi dan studi lainnya menemukan bahwa puncak kreativitas tersebut bisa muncul di usia berapa pun. “Yang luar biasanya adalah, para perupa terpilih ini nyatanya terus mengalami puncak demi puncak kreativitas, dan tidak terbayang berapa puncak lagi yang akan dicapai,” ungkap Carla Bianpoen.

 

Ditambahkan Inda C Noerhadi, sepuluh perupa tersebut dipilih atas pertimbangan konsistensinya dalam berkarya dengan capaian artistik yang sangat tinggi, baik secara gagasan, konseptual, maupun kekuatan visual. “Pameran ini merupakan wujud upaya dan komitmen untuk mengangkat kontribusi perempuan perupa Indonesia dalam peta perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia,” tambahnya.

 

 

Sementara menurut Citra Smara Dewi, pameran ini menjadi sangat penting dicatat. Karena selain menampilkan karya-karya perempuan perupa yang memiliki karakter sangat kuat, juga turut menyusun lini masa perkembangan seni rupa yang melibatkan peran perempuan, baik individu maupun kelompok.

 

“Lini masa tersebut merupakan kajian yang sangat komprehensif dengan melibatkan tim khusus dari IVAA. Terdapat ruang khusus yang menampilkan hasil kajian, baik berupa video maupun arisp-arsip seperti katalog, buku, dan dokumen sezaman,” ujar Citra. Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto mengatakan, Pameran Indonesian Women Artists #3 bukan hanya sekadar menguatkan narasi kehebatan sosok perempuan, dalam hal ini khususnya di bidang seni rupa, melainkan juga menegaskan kehebatan sosok para perupa Indonesia yang tak kalah di dunia internasional.