Tekun Menggeluit Dunia Marketing

Adeline Ausy S. Suwandi, Managing Director Unilever

Berpindah divisi dan menangani brand yang berbeda-beda membuat lulusan School of Business, Seattle Pacific University ini betah bekerja di Unilever Indonesia selama 24 tahun. Adeline Ausy S. Suwandi mengawali kariernya di sini sebagai management trainee dengan proyek pertama meluncurkan Lifebuoy versi putih, setelah sebelumnya hanya ada Lifebuoy merah yang dikenal masyarakat.

 

“Sekitar 16 tahun bergelut di bidang marketing dengan brand beragam dari Lifebuoy, Rinso, Sariwangi, Taro, Buavita, Royco, Blueband, dan lainnya. Kemudian saya diberikan kepercayaan untuk memegang Divisi Media selama lima tahun bekerja sama dengan media agency menangani strategi pemasangan iklan dan konten di media TV, digital dan lainnya serta bertanggung jawab untuk kawasan Southeast Asia.

 

Lalu, tiga tahun terakhir ini menjabat sebagai managing director Unilever Enterprises Indonesia,” ujarnya kepada Women’s Obsession di kantornya yang nyaman dan leluasa.

 

Perusahaan ini adalah sister company dari Unilever Indonesia yang September tahun lalu meluncurkan Lakmé Absolute Reinvent, brand kosmetik profesional berstandar internasional yang mampu memberikan transformasi instan bernuansa glamor. Menghadirkan high performance makeup terpercaya dan direkomendasikan oleh para makeup artist internasional, juga menjadi pilihan kaum trendsetters.

 

Adeline melanjutkan, kecantikan adalah salah satu pasar dinamis, karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sosok perempuan. Segmen kosmetik memiliki potensi sangat besar dengan angka pertumbuhan pesat, itulah sebabnya, perusahaan memasarkan Lakmé di sini.

 

Brand Lakme sendiri di negara asalnya, India, sudah sejak tahun 1950-an dan merupakan salah satu brand ternama dan terpercaya. Ke depannya, kami akan mengembangkan terus brand Lakme di Indonesia dengan inovasi portfolio yang sesuai dengan konsumen Indonesia.

 

Mengusung slogan ‘trusted by professionals, chosen by trendsetters’, LAKMÉ menghadirkan berbagai produk mulai dari eye liner, eyeshadow, lipstik, hingga bronzer, hanya dengan sekali sapuan warnanya sudah langsung terlihat. Sangat pigmented, tak perlu berulang-ulang memakainya, dan multifungsi.

Misalnya, bronzer dapat berfungsi sebagai eyeshadow. Untuk lipstik tersedia 260 varian warna bertekstur matte dan akan bertahan lama di bibir, meskipun telah digunakan untuk makan atau minum sekalipun.

 

ANEKA TANGGUNG JAWAB

Unilever Enterprises Indonesia sendiri sudah berjalan tiga tahun dengan produk/kategori dan bisnis model berbeda dari perusahaan induknya, baik dari sistem maupun distribution channel-nya. Saat ini selain Lakmé, brand yang dimiliki adalah Pureit, brand water purifierdan LivOpenbrand tirai anti-nyamuk yang belum lama ini ditawarkan ke masyarakat dengan skala utama area Jabodetabek terlebih dahulu. Ke depannya ada dua proyek lagi yang dalam beberapa tahun mendatang akan diluncurkan.

 

Penyuka berbagai makanan enak ini melanjutkan, ”Pureit termasuk pionir dalam urusan water purifier di Indonesia sudah berjalan sekitar delapan tahun. Itulah sebabnya, kami masih terus membuka pasar dan perlu cukup waktu untuk mengembangkannya.

 

Kami mencoba strategi penetrasi yang lebih baik lagi sesuai segmentasi produk, karena orang Indonesia sudah sangat terbiasa dengan minuman air galon. Jadi, mengubah kebiasaan ini memang tidak mudah dan tantangan terbesar tim saya adalah dalam bidang edukasi dan market development.”

Untuk LivOpen sendiri juga tahapnya masih dalam proses pembelajaran penetrasi pasar, agar semakin mudah diterima target market. Tirai tersebut bisa diletakkan di jendela, ventilasi, pintu, dan ada juga dalam kemasan kelambu. Produk ini adalah hasil kolaborasi dengan partner bisnis perusahaan BASF Germany. Hingga saat ini responnya sudah berjalan cukup baik, karena nyamuk adalah masalah yang sangat besar di Indonesia dan Unilever Enterprises Indonesia ikut ingin ambil bagian dalam membantu memberantas nyamuk di Tanah Air.

 

“Awalnya, produk tersebut dijual dengan sistem langsung dari rumah ke rumah, namun sekarang sudah bisa didapatkan di beberapa outlet Carrefour. Ini berbeda sekali dengan produk anti-nyamuk yang ada di pasaran. Kelambu atau tirainya mengandung bahan aktif Alphacypermethrin dengan teknologi smart tech, jika ada nyamuk menempel dalam waktu delapan menit akan mati,” papar perempuan yang aktif di Yayasan Hati Suci ini.

 

Setiap tahun, 750 ribu orang meninggal di seluruh dunia, karena penyakit yang ditularkan nyamuk, terutama Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Di Indonesia, pada 2016 tercatat 202 ribu orang, termasuk anak-anak terjangkit DBD di 34 provinsi dan 1585 di antaranya meninggal dunia. Selain upaya standar yang dilakukan untuk memberantas nyamuk, seperti melalui fogging, obat nyamuk semprot dan bakar, kita membutuhkan terobosan efektif untuk menghalangi, melumpuhkan, dan membunuh nyamuk di rumah.

 

Unilever ingin membebaskan jutaan keluarga dan anak-anak dari gangguan nyamuk, termasuk penyakit yang ditularkan lewat nyamuk.

Berdasarkan tes skala laboratorium yang dilakukan di laboratorium Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 99% nyamuk akan mati, meskipun tirai LivOpen telah dicuci ulang sebanyak 20 kali. Produk berbahan 100% polyester multifilament tersebut telah dievaluasi oleh WHOPES (World Health Organization Pesticide Evaluation Scheme) dan dinyatakan aman untuk digunakan keluarga, termasuk bayi dan anak-anak.

 

‘’Lalu, tugas utama saya sebagai managing director adalah mendorong seluruh tim, agar dapat mencapai target yang sudah dicanangkan. Termasuk memberikan arahan, mempersiapkan infrastruktur maupun sistem yang benar, sehingga tidak ada kendala di lapangan.

 

Untunglah sekarang perkembangan teknologi termasuk digital platform sudah semakin maju. Berbagai urusan penting terbantukan, misalnya mengecek stok barang di counter,order barang secara online, sehingga secara otomatis kegiatan operasional dapat berjalan lebih cepat. Faktor human error pun bisa ditekan dan biaya operasional jadi lebih murah,” ungkap ibu yang memiliki tiga remaja ini serius. Elly Simanjuntak | Fikar Azmy

 

Untuk membaca artikel selengkapnya, dapatkan Women’s Obsession edisi November 2018