Memiliki tujuan memberdayakan masyarakat, Indi Pandantiyasti selaku Co-Founder Rockologist tidak pernah bosan memberikan motivasi dan menggandeng orang-orang di sekitarnya. Baginya, merupakan sebuah kebahagiaan jika berhasil membuat timnya menjadi pribadi yang lebih baik dan terus berkembang.
Memiliki bisnis di bidang perhiasan, produk yang ditawarkan memiliki ciri khas yang cukup unik, yakni cincin dengan desain rustic, seperti ranting pohon, kayu, batu, dan bunga. Indi mengatakan, “Saya selalu berprinsip bersyukur itu penting dan hal utama. Bersyukur itu klise sebenarnya, tapi sulit dan tidak mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat kompetisi sekarang ini, kebersyukuran mudah untuk dikesampingkan.”
Apa yang menginspirasi lahirnya Rockologist?
Rockologist berawal dari pencarian wedding ring saya dan suami, Muhammad Arsy, yang saat ini menjabat sebagai Founder Rockologist. Saat mencari cincin pernikahan, kami sangat menginginkan cincin yang anti-mainstream dengan gaya rustic. Tapi, ternyata tidak mudah menemukannya. Jadi, kami memutuskan mencari sendiri artisan yang bisa mewujudkan desain wedding ring impian kami.
Akhirnya, terciptalah cincin anti-mainstream yang sesuai dengan konsep rustic woodland wedding kami. Ternyata teman-teman, sahabat dekat, dan keluarga sangat suka dengan desain wedding ring tersebut. Rockologist pun dimulai dari request orang-orang terdekat yang juga menginginkan cincin dengan desain seperti itu.
Baca Juga:
Dongkrak Industri Kreatif, Executive Adakan Kompetisi Ilustrasi
Artisan Professionel Persiapkan Makeup Artist Hadapi Tantangan
Pandangan Anda dalam menghadapi pesaing dari brand lain?
Dari kompetitor memang belum ada yang desain anti-mainstream, seperti yang Rockologist punya. Jadi menurut kami, cukup membuat gebrakan di pasar jewellery lokal. Selain itu, ketika memang ada pesaing baru, hal tersebut tidak menjadi masalah. Sebab, setiap bisnis memiliki karakter masing-masing. Jadi, akan tetap ada target market dengan selera bisnis masing-masing.
Rockologist sendiri mengusung konsep anti-mainstream dengan warna-warna yang juga tidak biasa. Kalau biasanya di toko emas ada warna gold dan silver itu biasanya finishing-nya antara glossy dan doff. Kalau Rockologist memiliki warna hitam dengan finishing doff, rosegold, kecokelatan, abu-abu tua dan lain-lain.
Tantangan dalam membesarkan bisnis ini?
Tim dari Rockologist itu tidak memiliki standar harus lulusan universitas yang bagus. Dari situ kami pun menantang mereka untuk bisa menghasilkan sesuatu baik. Menerima tantangan tersebut, akhirnya mereka berkembang. Termasuk juga tim kami ada yang putus sekolah.
Kami mencoba memunculkan potensi mereka. Saya selalu mengatakan bahwa mereka itu mampu melakukan sesuatu lebih dari yang dipikirkan. Selain itu, menggabungkan tim dari yang memulai dari nol dengan yang sudah berpengalaman juga merupakan tantangan tersendiri. Meski sulit tapi ada seninya.
The next big thing yang akan dilakukan untuk Rockologist?
Hal besar yang akan kami lakukan adalah berkolaborasi dengan insan kreatif. Selain itu, desain-desain baru dari Rockologist juga akan kami perkenalkan ke pasar internasional. Salah satu obsesi kami adalah ingin Rockologist menjadi top of mind di industry jewellery Indonesia.
Kami ingin semakin bisa memberdayakan orang lain, semakin banyak dan semakin besar tim. Kami senang jika banyak yang memiliki perubahan dalam hidup setelah bergabung dengan Rocklogist.