Bintang Perbowo Dorong Hutama Karya Wujudkan Pembangunan Ekonomi Sumatera

Geliat PT Hutama Karya (Persero) menjadi perusahaan konstruksi terkemuka di Indonesia rupanya bukan hanya sekadar visi. Terlebih saat dinakhodai oleh Bintang Perbowo, perusahaan yang didirikan sejak 1960 ini kokoh mempertahankan prestasi tersebut.

Ribuan proyek dari pembangunan gedung dan jalan sudah digarap Hutama Karya. Berkat kerja cerdas Bintang beserta jajaran, perusahaan pelat merah ini mampu menciptakan kekuatan baru dalam dunia infrastruktur Indonesia hingga akhirnya dipercaya pemerintah untuk memegang kendali proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 2.765 kilometer.

Beragam prestasi dari kinerja Hutama Karya dalam membangun infrastruktur di Indonesia tercermin dari nilai proyek dan pendapatan yang diraih perusahaan. Sampai saat ini perolehan kontrak baru Hutama Karya di 2019 telah mencapai 11,26 persen dari total nilai kontrak baru yang ditargetkan oleh Perseroan hingga akhir tahun 2019. Nilai kontrak itu mengalami pertumbuhan signifikan karena didukung oleh fokus Perseroan untuk melakukan percepatan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dengan nilai kontrak baru sebesar Rp3,185 miliar untuk ruas Bangkinang- Pekanbaru. Catatan lain juga terlihat dalam kuartal I 2019, di mana perseroan secara keseluruhan telah berhasil membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp4,158 miliar.

Nilai perolehan kontrak baru ini naik sebesar 113,94 persen year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahkan, laba bersih Hutama Karya telah membukukan capaian positif sebesar Rp359 miliar atau tumbuh sebesar 79,27 persen YoY di mana pertumbuhan laba bersih ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan laba bersih industri konstruksi di Indonesia secara rata-rata.

“Fokus kami dalam memilih project owners serta secara aktif mempertahankan kualitas new contracts turut memberikan dampak positif terkait pembukuan cost of revenue yang lebih rendah di 2019 pada level 84,46 persen dibanding 2018 di level 93,05 persen sehingga EBITDA Perseroan juga tumbuh signifikan sebesar Rp587 miliar di 2019 (78,13 persen YoY). Di tengah kondisi volatilitas arus kas yang saat ini banyak dihadapi oleh kontraktor-kontraktor nasional, Hutama Karya juga mampu menjaga arus operating cash flow tetap positif di posisi Rp344 miliar,” ungkap Bintang.

Pencapaian ini tentunya tidak bisa menggunakan pola lama, sambung Bintang, Hutama Karya terus mengalami perubahan, menemukan cara-cara untuk menciptakan inovasi dan kreasi yang baru sehingga bisa adaptif dalam menghadapi perubahan zaman. Salah satu inovasinya Hutama Karya menerapkan Building Information System (BIM) di beberapa proyek. “Misalnya, untuk proyek perkuatan dan peninggian Dermaga Samudera Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Dengan sistem ini, proyek Hutama Karya menjadi lebih efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas serta mampu meningkatkan kepuasan dari customer,” imbuhnya.

Untuk tahun 2019 ini, strategi bisnis yang dikembangkan Hutama Karya masih fokus pada percepatan pembangunan JTTS sesuai Peraturan Presiden nomor 117 tahun 2015, di mana Hutama Karya menargetkan ekuivalen jalan tol terbangun sepanjang 194 km dengan akumulasi terbangun sepanjang 561 km. Penugasan pemerintah kepada Hutama Karya untuk mengembangkan JTTS bukan tanpa alasan di mana pemerintah mencoba untuk memberikan solusi melalui a new way of thinking terkait akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional khususnya Sumatera. Beberapa langkah yang diterapkan terkait akselerasi pembangunan tersebut adalah memaksimalkan inovasi dan teknologi konstruksi seperti pile slab di mana sebagian konstruksinya sudah bisa dicetak lebih dulu (tiang pancang & deck slab–plat lantai).

Salah satu langkah percepatan Hutama Karya dalam membangun JTTS adalah proses pengadaan tanah dengan dukungan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dalam memberikan dana talangan untuk pengadaan tanah. Di tingkat pelaksanaan, pola fast track antara perencanaan Detailed Engineering Design (DED) dan pelaksanaan konstruksi yang dilakukan bersamaan dengan pola design and build. Serta dibentuknya pola aplikasi teknologi precast untuk mengantisipasi lahan yang terlambat diadakan.

Proses akselerasi pertumbuhan infrastruktur ini telah membuahkan hasil di mana Logistic Performance Index Indonesia yang dihimpun oleh World Bank naik 19 peringkat menjadi peringkat 54 pada tahun 2018 dari sebelumnya berada pada peringkat 73 pada tahun 2016. Adapun salah satu tujuan dikembangkannya Kawasan Sumatera melalui Trans Sumatera Development adalah untuk meningkatkan investor global baik dari Amerika, Belanda, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Tiongkok. Sebab, ke depan, pihaknya ingin mengarah pada ekspansi Hutama Karya ke pasar internasional. Untuk itu, kesuksesan proyek JTTS menjadi kunci penting dari misi Hutama Karya.

Bintang menyadari seiring berkembangnya teknologi informasi dan digitalisasi, persaingan bisnis semakin ketat. Untuk itu, mulai saat ini, pihaknya sudah mempersiapkan SDM-nya agar bisa menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Komitmen itu diwujudkan dengan mendukung pengembangan kapabilitas karyawan melalui pengiriman karyawan-karyawan berprestasi untuk dapat melanjutkan pendidikan lanjutan (S2) di dalam dan luar negeri. “Sebab Hutama Karya bukan hanya menjadi perusahaan jasa konstruksi, tetapi kini berkembang menjadi perusahan pengembang wilayah,” tutur Bintang.

Dengan demikian, Hutama Karya sangat membutuhkan SDM yang andal untuk bisa ikut membangun daerahnya masing-masing. Diperkirakan hingga 2022, Hutama Karya membutuhkan 2000 pegawai. Kehadiran Hutama Karya memberikan kesejahteraan dan manfaat kepada putra putri terbaik Indonesia. “Salah satu bukti Hutama Karya menumbuhkan rasa dan jiwa nasionalisme adalah adanya program Siswa Mengenal Nusantara yang dilaksanakan bersama Kementerian BUMN beserta beberapa BUMN. Program ini menyasar ke seluruh pelosok negeri untuk menggambarkan betapa luas dan kayanya Indonesia,” pungkasnya. (Subhan Husaen Albari)

Artikel ini dalam versi cetak dimuat di Majalah Men’s Obsession Edisi Juni 2019.