Naskah oleh: Analisa Widyaningrum, M.Psi
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh pintar, memiliki sopan santun, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menunjukkan sikap menghargai kepada semua orang. Namun, budi pekerti atau tata krama baik tidak bisa muncul begitu saja. Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana bersikap sopan dan santun. Apakah akan sulit mengajarkannya di era saat ini. Mengingat anak-anak dapat mempelajari apa saja melalui gadget masa kini.
Tidak dipungkiri, era digital membawa perubahan begitu besar pada kehidupan manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Termasuk, dampak terhadap transformasi nilai-nilai di masyarakat. Khususnya budaya Timur seperti Indonesia. Menjadi orang tua di era digital memang membawa tantangan sendiri. Pola asuh dan penanaman nilai-nilai sopan santun menjadi challenging. Bagaimana mengajarkan anak sopan santun dan etika, agar tidak terkikis zaman? Mulailah segera setelah anak lahir. Sikap sopan santun anak hanya sebuah pola meniru apa yang dilakukan orang tua. Ini wajar karena anak masih berpikir konseptis. Namun, semakin besar dia akan menyadari sopan santun sangat penting. Tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga dirinya. Kesantunan biasanya akan membuat orang disenangi di lingkungannya.
Memang, tidak mudah menerapkannya. Tetapi, jika orang tua berhasil mengajarkan sopan santun, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan di luar rumah juga memiliki peran sangat besar pada pembentukan perilaku ini. Dengan membekali pengetahuan bagaimana bersikap santun, pada akhirnya anak akan kembali pada pendidikan yang diberikan orang tuanya.
Menjadi contoh dan teladan di rumah. Pendidikan paling efektif adalah dengan contoh dan teladan di rumah. Sejak kecil ajarkan bersikap sopan santun. Tanpa berkata-kata pun mereka melihat bagaimana kita seharusnya berlaku.
Untuk artikel selengkapnya dapat dibaca di majalah cetak dan digital Women’s Obsession edisi Oktober 2018