Jagad Gallery Jakarta dibuka secara resmi pada Sabtu (28/1/2023). Menjadi cabang bagi galeri yang berada di Seminyak, Bali, Jagad Gallery Jakarta bertempat di Wisma Geha, Lt. 2, Jalan Timor 25, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam pembukaannya, Jagad Gallery menampilkan 13 karya yang bertajuk “Ungkap Jagad”. Beragam karya seni mulai dari lukisan, gambar, hingga patung akan memanjakan mata para pencinta seni.
BACA JUGA:
Art Jakarta Gardens: The Second Edition Sajikan Seni Rupa di Ruang Terbuka
Para seniman yang berkontribusi dalam pameran perdana Jagad Gallery Jakarta adalah para seniman dalam negeri. Di antaranya Awang Behartawan, Pranagung, Ipan Lasuang, Budi Ubrux, Dadi Setiadi, Daniel Kho, Elyezer, Koeboe Sarawan, Made Kenak Dwi Adnyana, Mufti Handayani, Ivan Sagita, Agapetus, dan Slamet W.
Menjadi satu-satunya seniman perempuan yang berkontribusi, Mufti Handayani menampilkan tiga buah karya. Yakni lukisan bertajuk “Time to Relax” dan dua buah patung berjudul “Girl with Phone” serta “The Boy with Chameleon Dog”.
Ditemui langsung saat pembukaan Jagad Gallery Jakarta, Mufti Handayani pun memaparkan salah satu karyanya, yakni lukisan bertajuk Time to Relax. “Karya ini ceritanya tentang tiga anak yang sedang selesai bermain lalu bersantai bersama,” ungkap wanita kelahiran Grobogan, Jawa Tengah ini.
Tak perlu memikirkan sesuatu yang sulit, Mufti Handayani mengaku mendapatkan inspirasi untuk lukisan ini dari hal-hal yang dia lakukan tiap harinya. Yaitu kegiatan anak-anaknya. “Idenya datang ketika saya beraktivitas di rumah, ketika mengobrol bersama dengan anak-anak saya. Melihat mereka bermain dengan teman-temannya, juga menjadi inspirasi lukisan saya,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Pameran Seni & Tutur Perempuan Angkat Isu Kekerasan Seksual
Pentas Pertama RENT: The Musical di Ciputra Artpreneur
Tak hanya itu, Mufti Handayani juga menjelaskan terkait dengan media lukisan dan teknik melukis yang dia gunakan.
“Medianya akrilik di atas kanvas. Sedangkan untuk teknik, saya menggunakan pointilis dan menggaris. Perpaduannya ada batik, robot, dan imajinasi-imajinasi lainnya. Seperti ketika saya melihat anak saya ada yang bermain satu permainan, itu jadi ide saya. Batik itu juga menjadi pola dasar,” tutupnya. (Agnes)