Memiliki visi menjadi jenama yang mengusung konsep slow dan circular fashion, Sejauh Mata Memandang (SMM) terus mengupayakan kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan.
Mengusung budaya Indonesia dengan konsep ramah lingkungan, SMM baru-baru ini menampilkan koleksinya dalam konser musikal bertajuk “Harmonature: Harmonizing the Nature of Nusantara”. Acara yang digagas kedutaan Indonesia yang berada di Bulgaria untuk memperkenalkan alam dan budaya Indonesia.
BACA JUGA:
Gemerlap Kaleidoscope Dreams Monica Ivena dan Berlian Frank & co.
Kolaborasi Ciptakan Motif Tenun Baru
“Selain mengenalkan kebudayaan dan alam Indonesia kepada masyarakat Bulgaria, SMM memiliki tujuan untuk mengajak sebanyak mungkin penggiat industri fashion untuk bersama-sama mengubah perilaku, menciptakan ekosistem yang lebih ramah lingkungan melalui proses pengelolaan tekstil yang lebih bertanggung jawab, meliputi pemilihan bahan, proses pewarnaan, dan kolaborasi bersama pengrajin lokal,” ujar Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif SMM.
Pada kesempatan kali ini, SMM menampilkan beberapa ansambel busana dari berbagai koleksi dan inspirasi. Keseluruhan koleksi turut dipercantik oleh koleksi aksesori Indonesia, yaitu Manjusha (laman instagram @manjushanusantara) dan tas dari Sakombu (laman instagram @sakombu).
Koleksi yang ditampilkan terdiri dari empat bagian, yakni koleksi daur ulang, Tenun Tuban Gedog, Batik Cap, dan Tenun Sutra Bugis. Koleksi Daur Ulang dibuat dengan memanfaatkan kembali sisa kain sisa produksi dan menjahitnya menjadi produk baru seperti pakaian, tas, dan aksesori yang memiliki nilai tambah.
BACA JUGA:
Menawarkan Style Journey dengan Konsep Baru
Selebrasi 10 Tahun Memenuhi Kebutuhan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia
SMM berkolaborasi dengan pengrajin lokal dari Kabupaten Tuban, Jawa Timur, untuk membuat koleksi kebaya yang terbuat dari kain tenun Gedog khas Tuban. Kain Gedog terbuat dari kapas regeneratif, dan seluruh proses produksinya, mulai dari penanaman pohon kapas, pemintalan, penenunan, pembuatan batik, hingga pencelupan alami menggunakan teknik celup, dilakukan secara bertanggung jawab oleh pengrajin lokal.
Pada koleksi Batik Cap, SMM menampilkan pola-pola uniknya, diproses menggunakan teknik tradisional batik cap dengan alat stempel tembaga dan lilin. SMM berkolaborasi dengan pengusaha rumahan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Desa Watukebo di Banyuwangi dan Desa Karangjompo di Pekalongan. Sementara untuk mendapatkan warna yang diinginkan, SMM berkolaborasi dengan pengrajin terampil yang ahli dalam teknik pewarnaan alami dari Desa Sembiran di Bali Utara.
Busana dan kain adat suku Bugis dari Sulawesi Selatan telah menginspirasi SMM dalam menampilkan koleksi busana, seperti baju bodo (atasan khas Bugis) yang dipadukan dengan bawahan dalam bentuk dari sarung tenun dari sutra yang menampilkan pola kotak-kotak dan warna-warna cerah yang disebut Lipa' Sabbe. Potongan-potongan ini diproduksi secara bertanggung jawab, dengan mengandalkan keahlian para penenun sutra di kota Sengkang, Kabupaten Wajo.
Selain melakukan praktik bertanggung jawab dan menjalankan bisnis secara sirkular, SMM juga konsisten melakukan berbagai kegiatan inisiatif dalam merawat bumi dan bekerja sama dengan para mitra. Saat ini, SMM bekerja sama dengan Yayasan HAkA dan Forum Konservasi Leuser, dan didukung oleh seluruh Sahabat Sejauh yang telah berupaya untuk melestarikan dan melindungi Kawasan Ekosistem Leuser di Aceh Timur sebagai suaka bagi beberapa satwa langka, seperti Gajah Sumatra, Harimau Sumatra, Badak Sumatra, dan Orang Utan Sumatra.