Warna Budaya Khas Palestina

 

Nama negara Palestina kini tengah menjadi sorotan masyarakat dunia. Berada di antara Laut Tengah dan Sungai Yordan, Palestina merupakan negara dengan budaya yang sangat kental. Salah satunya adalah tari tradisional, dikenal dengan nama Dabke.

 

Tarian ini umumnya dibawakan saat upacara pernikahan, kelahiran bayi, menyambut musim panen, hingga perayaan syukur atas tempat tinggal baru. Kerap dibawakan pada momen-momen bahagia, tarian ini memiliki makna mendalam di balik setiap gerakan yang ditampilkan. Tari Dabke sendiri melambangkan keteguhan manusia dalam menghadapi setiap cobaan.

 

 

Baca Juga:

Garis Sumbu Filosofi Yogyakarta Ditetapkan Jadi Situs Warisan Dunia

Perayaan Halloween di Kota Asal Drakula

 

 

Tidak hanya itu, tari tradisional yang satu ini juga mencerminkan rasa nasionalisme yang dimiliki masyarakat Palestina dalam membela Tanah Air mereka. Berada di bawah kondisi yang buruk selama bertahun-tahun, masyarakat setempat juga menjadikan tari ini sebagai hiburan dan menjadi simbol solidaritas, ketabahan, kekuatan, tekad yang kuat, bahkan melambangkan kekeluargaan. Oleh sebab itu, Dabke dikenal sebagai tarian yang mempersatukan masyarakat.

 

Tari Dabke umumnya dilakukan oleh sembilan orang yang terdiri dari lima orang laki-laki dan empat perempuan. Diiringi musik bertempo cepat, kesembilan orang penari ini membawakan gerakan mengentak mengikuti irama. Ada pula gerakan melompat, mengayun, dan mengetukkan kaki sesuai tempo lagu yang dimainkan.

 

Tarian ini memadukan formasi lingkaran dan formasi banjar. Selain itu, para penari juga akan berbaris ke belakang dan bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan pemimpin yang berada di paling depan formasi. Saat membawakan tarian ini, para penari laki-laki mengenakan kostum berwarna cokelat tanah. Sementara, penari perempuan menggunakan gaun hitam atau putih panjang yang umumnya berbahan satin dengan aksen bordir etnik di beberapa titik.

 

 

 

 

Selain menjaga tradisi lewat tari-tarian, masyarakat Palestina juga menjaga busana tradisional mereka. Dikenal dengan nama Thobe, pakaian tradisional untuk perempuan-perempuan Palestina memiliki ciri khas yang berbeda dari satu desa dengan desa yang lain. Seperti penggunaan saku berukuran besar yang biasa digunakan para perempuan dari suku pengembara, hingga motif oranye untuk perempuan-perempuan yang tinggal di Kota Jaff.

 

Selain penggunaan aksen dan hiasan, pola-pola dari setiap baju tersebut juga mencerminkan status sosial mereka. Tidak hanya itu, warna yang diaplikasikan pun memiliki makna tersendiri, salah satunya adalah merah yang biasa digunakan untuk pengantin.

 

Menjadi ciri khas dari suatu desa, Thobe tidak hanya tampil sebagai busana, tapi juga warisan yang diturunkan dari nenek moyang, terlebih cara menyulam yang berbeda-beda di setiap daerah. Busana tradisional yang satu ini menjadi saksi perjalanan hidup seorang perempuan mulai dari anak-anak hingga menjadi ibu yang mewariskan kembali motif-motif khas tersebut.

 

Setelah tahun 1948, kegiatan menyulam di Palestina mengalami peningkatan yang cukup pesat, hal ini membuat motif yang dimiliki semakin beragam. Tidak sembarangan, untuk bisa menyelesaikan proses pembuatan satu baju Thobe dengan motif yang detail, perempuan setempat bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan.