Naskah Oleh: Rosdiana Setyaningrum
Belum lama rasanya, momen pertama kali si kecil lahir ke dunia. Kita ingin melindungi dia selamanya ataupun memberikan apa saja yang dia perlukan dalam hidup ini. Tanpa terasa, si kecil tumbuh berkembang dengan penuh magis dari waktu ke waktu. Tingginya mulai sama dengan kita. Ukuran kakinya, bahkan mulai lebih besar dari kita. Mereka tak lagi lucu seperti dulu, kini kerap terjadi perbedaan, menunjukkan muka tidak senang atau lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman-teman.
Mereka tumbuh besar dan berkembang. Di usia SMP mereka sedang puber menuju remaja. Bahkan ada yang sudah mulai dari SD. Saat puber, badan dan hormon remaja banyak berubah. Akibatnya, dia sering merasa tidak nyaman, membutuhkan banyak energi, dan istirahat lebih lama. Kadang hobi tidurnya ini membuat kita jengkel, padahal tubuhnya memang membutuhkan istirahat. Perubahan hormon juga membuat dia uring-uringan. Bayangkan saat kita dilanda PMS, begitulah yang terjadi pada diri mereka setiap hari. Tidak heran, kalau mereka mudah tersinggung, marah, dan seringkali cemberut.
Saat remaja sedang puber, cara paling ampuh adalah membuatnya aktif secara fisik. Dengan rutin berolahraga dapat mengurangi rasa ketidaknyamanannya. Remaja yang aktif biasanya lebih gembira, sehat, dan maupun mengenalkan berbagai macam hal baru. Fase SMA lebih menantang lagi, karena saatnya kita menuai hasil dari gaya pengasuhan selama ini. Apakah dia tumbuh sebagai remaja yang bisa diandalkan? Apakah aktif di sekolah dan disukai teman? Ataukah pasif dan suka mengeluh? Ketergantungan gadget? Tidak punya teman? Dan, masih banyak lagi.
Bila kita melihat sisi kepribadian yang tidak disukai, janganlah cepat menyalahkan teman dan lingkungannya. Cara dia memilih teman, memandang hidup, dan menyelesaikan masalah sebenarnya merupakan hasil dari apa yang kita tanamkan sejak dini. Apakah dia masih bisa berubah? Tentu saja bisa dan kita perlu membantu dan mendampinginya.
Komunikasi
Poin ini merupakan kunci utama dalam pola asuh remaja. Sebenarnya, komunikasi ini harus dibangun sejak usia dini. Anak yang waktu kecil dibiasakan terbuka, tiba-tiba tertutup banyak
terjadi. Apalagi yang tidak terlalu terbiasa berkomunikasi.
Untuk artikel selengkapnya dapat dibaca di majalah cetak dan digital Women’s Obsession edisi Juni 2019
Â