dr. Adib Khumaidi: Transformasi Kesehatan Masa Depan

Salah satu parameter utama masalah kesehatan di indonesia adalah adanya kesenjangan teknologi.

 

Di balik setiap krisis selalu ada peluang untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Contohnya, pandemi Covid-19 yang meskipun sangat berat dan menantang beberapa tahun lalu, tetapi sisi positifnya membuka mata kita terhadap pentingnya kesehatan dan solidaritas komunitas. Dr. dr. Mohammad Adib Khumaidi, Sp.OT, seorang dokter dan pengajar, turut menekankan hal tersebut. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2022-2025 ini menyatakan komunitas kesehatan kini mengalami perkembangan yang membawa sektor kesehatan Indonesia menuju era baru yang lebih baik.

 

“Ada satu sisi positif yang kita lihat dari masyarakat saat ini. Covid-19 memberikan pembelajaran tentang arti kesehatan,” ujar dr. Adib membuka sesi wawancara dengan Women's Obsession. “Terbentuknya komunitas lari, jalan sehat, dan sepeda adalah bukti bahwa masyarakat mulai memahami pentingnya gaya hidup sehat. Paradigma sehat inilah yang harus kita bangun pasca Covid-19,” lanjutnya.

 

Namun, pria kelahiran Lamongan, 28 Juni 1974 ini juga menyadari bahwa masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam mengejar ketertinggalan teknologi kesehatan. Saat mengikuti acara The Future of Healthcare di Taiwan, dia menyebut bahwa Indonesia masih tertinggal dalam penerapan teknologi medis. Gap teknologi ini menjadi salah satu problem utama di sektor kesehatan di Tanah Air.

 

Dia menyoroti pentingnya keselarasan antara pengetahuan dan teknologi. “Teknologi harus mendukung pengetahuan, bukan sebaliknya. Ada satu hal yang itu tidak bisa tergantikan oleh robot, yakni nilai atau value. Nilai humanisme dan altruisme dalam profesi medis yang tidak bisa digantikan robot. Perkembangan teknologi juga memengaruhi bagaimana dokter harus terus belajar. IDI telah membuat lembaga pendidikan dan pelatihan untuk menjaga kompetensi dokter tetap ter-update. Ini bukan soal profit, tetapi demi tanggung jawab profesi kepada masyarakat,” tegas dr. Adib. Ada risiko jika teknologi kesehatan dikembangkan tanpa didasari pengetahuan yang cukup, dikhawatirkan esensi dari profesi kedokteran bisa hilang. Sehingga IDI juga berupaya agar dokter Indonesia mendapatkan sertifikasi internasional.

 

Dalam mengatasi kesenjangan teknologi, dia pun menekankan pentingnya dukungan dari negara. Ada tiga gap utama yang harus diatasi, yakni teknologi, sertifikasi, dan bahasa. Hal ini dimulai dengan upaya kesetaraan pendidikan di ASEAN yang penting untuk meningkatkan daya saing global. Selain itu, dr. Adib juga mengingatkan bahwa pelayanan medis di dalam negeri harus diperbaiki. Masyarakat yang ingin berobat ke luar negeri tidak semata-mata mencari dokter dari luar negeri. Mereka lebih tertarik pada aspek pelayanan yang lebih baik dan inilah yang bisa menjadi acuan bagi Indonesia.

 

 

Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam telah membuat regulasi yang memudahkan medical tourism. “Mereka memberikan fasilitas dan pelayanan baik, sehingga menarik pasien dari luar negeri untuk berobat ke negara mereka. Kita pun harus meningkatkan servis di dalam negeri, agar tidak kalah bersaing. Agar pelayanan kesehatan di dalam negeri setara atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, kita harus memiliki teknologi medis yang canggih dan harga yang kompetitif. Ini menjadi tantangan besar bagi industri kesehatan kita,” ujarnya.

 

Dia juga menyatakan akan lebih mudah jika semua ini diambil alih oleh negara. Karena, negara memiliki kewenangan dalam hal tersebut dan bisa membuat regulasi pembiayaan, regulasi pajak untuk pelayanan kesehatan, maupun akselerasi teknologi. Kemudian, negara juga memiliki kepentingan agar Indonesia bisa berkompetisi secara global dan negara harusnya bisa melakukannya. Lalu dari pihak, IDI akan memberikan rekomendasi yang diperlukan sebagai mitra strategis pemerintah.

 

Itulah yang membawa dr. Adib dan Organisasi IDI yang berdiri sejak 1950 ini, berupaya keras memajukan kesehatan di Indonesia dari berbagai sisi, demi menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik dan berdaya saing global. “Sekarang kita fokus pada adaptasi dengan kondisi global, teknologi, dan regulasi. Fase ini sangat krusial, demi memastikan dokter Indonesia siap menghadapi tantangan masa depan,” tutupnya dengan nada optimis.

 

Naskah: Elly S/Angie Diyya | Foto: Fikar Azmy