Batik Marunda mengajak untuk melihat keindahan Jakarta dari sudut pandang berbeda. Sebuah perayaan keindahan yang tak lekang oleh waktu, merajut cerita, cita, dan cinta pada setiap helai kainnya. Bertajuk "Sasmita Jakarta," para pecinta mode diajak untuk menyimak motif-motif Batik Marunda, terinspirasi dari cerita hidup urban kota Jakarta yang digelar di ajang Fashion Nation ke-18 di Senayan City, Jakarta. (23-09-2024).
Berkolaborasi dengan Yayasan Meek Nusantara, batik karya kaum perempuan di Marunda, Jakarta Utara, ini memukau penonton yang hadir dalam acara ini. “Batik Marunda juga menggandeng Abang None Jakarta untuk memperkenalkan karya 'emak-emak' di Rumah Susun Sederhana Sewa Marunda. Mereka turut mendukung pemberdayaan perempuan, yang tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa atau biasa disebut Rusunawa Marunda. Setiap motif batik yang ditampilkan dalam berbagai busana perempuan dan pria merupakan buah karya mereka yang dalam prosesnya menyoroti dua teknik batik, yaitu tulis dan cetak menjadi karya tidak lekang waktu,” ujar Irma G Sinurat, selaku Pembina Batik Marunda.
Dalam fashion show ini tak hanya ragam busana Batik Marunda saja yang ditampilkan, tetapi juga koleksi ABNG Marunda dan narabe. ABNG Marunda merupakan kolaborasi batik Marunda bersama dr. Roy Panusunan Sibarani Sp.PD - KEMD, FES yang menuangkan koleksi lukisan istrinya Wendy Sibarani, menjadi busana pakaian pria bercerita tentang keseharian di Jakarta. Memadukan keanggunan batik tradisional dengan sentuhan modern, koleksi busana pria hadir dalam kemeja, vest, dan cape outer yang dipadu terusan putih tanpa kerah.
Jakarta kota yang tak berhenti berdenyut menginspirasi lahirnya Sasmita Jakarta. Sasmita yang berarti keindahan, bukan hanya terpancar dari motif dan siluet yang memukau, tapi juga merefleksikan semangat hidup urban Jakarta yang dinamis, penuh warna, dan terus berkembang. Irma melanjutkan, “Setiap motif Sasmita Jakarta adalah sebuah lukisan yang lahir dari kolaborasi antara seni batik maupun teknik print. Para ibu pengrajin di Rusunawa Marunda berhasil memadukan tradisi dengan semangat urban Jakarta. Kemacetan, gedung-gedung tinggi, dan aktivitas sehari-hari menjadi inspirasi visual yang unik dalam setiap motifnya.”
Motif batik Jakarta pun berkembang tak hanya ondel-ondel. Tapi juga, ada gambar gedung-gedung bersejarah di Jakarta, kemacetan kota yang penuh hiruk-pikuk warganya, pepohonan kering dan layang-layang yang menyangkut, pelabuhan dengan kapal nelayan pada koleksi busana pria. Sementara, pada karya busana perempuan ada motif kupu-kupu, bunga-bunga dengan perpaduan warna-warna menyolok. Kegiatan ini juga diharapkan ikut melestarikan keberadaan batik Marunda, yang saat ini juga telah menjadi batik khas kota Jakarta.
Cerita Batik Marunda berawal di tahun 2014, atas inisiatif Ibu Iriana Joko Widodo, yang ketika itu sebagai istri Gubernur DKI Jakarta, menugaskan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta melakukan pemberdayaan perempuan.
"Ibu Iriana menugaskan Dekranasda DKI Jakarta, yang diketuai lbu Veronica Tan, untuk memberikan program pemberdayaan anggota keluarga, yang direlokasi dari kawasan kumuh, ke rumah susun Marunda di Jakarta Utara. Dekranasda DKI kemudian memberi pelatihan membatik tulis di rumah susun Marunda, bersinergi dengan Dharma Wanita Persatuan Provinsi DKI Jakarta. Termasuk juga menjadi pendamping ibu-ibu Rusunawa Marunda pada tahap mereka memulai dan memasarkan produksi batiknya,” papar Irma.
Pendistribusian pemasaran Batik Marunda terus dilakukan hingga sekarang lewat beberapa cara mulai dari Alun-Alun Indonesia dan Tugu Kunstkring Paleis Menteng. Batik Marunda juga memiliki galeri kecil di Lebak Bulus, Taman SPBU. Batik Marunda juga ikut serta dalam beragam pameran dan dijual secara online di akun Instagram dan website Batik Marunda. (Elly | Foto: Batik Marunda)