AXA Mandiri Gelar Economic Outlook 2025, Bahas Dinamika Konsumsi dan Investasi

 

Stabilitas ekonomi selalu menjadi perhatian utama bagi masyarakat dan pelaku bisnis. Di tengah dinamika global yang terus berubah, setiap individu dan perusahaan perlu memahami tren ekonomi agar dapat mengambil keputusan finansial yang tepat. Tahun 2025 diprediksi membawa tantangan sekaligus peluang baru, terutama dalam pola konsumsi dan investasi yang terus berkembang.

 

Memahami hal ini, AXA Mandiri menggelar Economic Outlook 2025 dan Buka Puasa Bersama sebagai ajang diskusi tentang tantangan serta peluang ekonomi di tahun mendatang. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko finansial yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik dan global.

 

Dian Ayu Yustina, Economist Bank Mandiri dalam paparannya mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 5 persen, dengan konsumsi dan investasi sebagai motor utama. Namun, daya beli kelas menengah menjadi perhatian serius. “Kelas menengah yang sebelumnya 21 persen dari populasi, kini turun menjadi 17 persen. Mereka bergeser ke kelas bawah, sehingga daya beli juga terdampak,” ujarnya.

 

Selain tantangan daya beli, Dian juga mencatat adanya tren pergeseran pola belanja. Kini, masyarakat lebih memilih pengalaman (experience spending) dibandingkan membeli barang tahan lama. “Konser selalu penuh, restoran di mal ramai, tetapi toko retail lebih sepi. Ini fenomena yang juga terjadi di negara lain,” katanya.

 

Dia juga menyebut bahwa pola konsumsi masyarakat kini mengalami perubahan. “Konsumsi masih tumbuh, tetapi ada pergeseran. Kelas menengah cenderung melakukan reprioritizing, sementara kelas atas lebih banyak berinvestasi. Di sisi lain, kelas bawah mengalami perlambatan yang cukup signifikan,” jelasnya.

 

Di sisi lain, Presiden Direktur AXA Mandiri, Handojo G. Kusuma menyoroti peran pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat, terutama melalui stimulus seperti subsidi listrik dan bantuan pangan. Namun, dia menekankan bahwa penciptaan lapangan kerja tetap menjadi solusi utama agar daya beli masyarakat bisa kembali stabil.

 

AXA Mandiri melihat sektor retail asuransi sebagai salah satu peluang pertumbuhan. Masyarakat masih membutuhkan perlindungan finansial, terutama mereka yang berada dalam kelompok rentan. “Banyak yang terjebak dalam pinjaman ilegal, yang justru memperburuk kondisi ekonomi mereka. Padahal, jika sebagian kecil dari pendapatan mereka dialokasikan untuk proteksi asuransi mikro, stabilitas finansial keluarga bisa lebih terjaga,” jelas Handojo.

 

Meskipun ada tantangan, menurutnya peluang tetap terbuka, terutama di sektor asuransi yang semakin relevan dalam memberikan perlindungan finansial. “Potensi bisnis ritel di asuransi masih sangat besar, terutama di segmen mikro yang dapat membantu masyarakat lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi,” ungkapnya.

 

Selain itu, AXA Mandiri mencatat pertumbuhan positif pada produk asuransi tradisional dengan kenaikan 19 persen sepanjang 2024. Sementara itu, produk unitlink mengalami penurunan sebesar 11 persen, sejalan dengan tren industri yang mencatat kontraksi hingga 18 persen. Handoyo, menegaskan bahwa perusahaan siap menggenjot unitlink dengan strategi baru syariah di 2025.

 

"Portfolio unitlink kami masih cukup kuat, dan tahun ini kami akan menghadirkan produk-produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar khususnya syariah,” ujarnya. Dengan strategi tersebut, AXA Mandiri optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan bisnisnya serta beradaptasi dengan dinamika pasar asuransi di 2025. [Angie | Foto Istimewa]