Pekerjaan di bidang manufaktur hanya cocok untuk laki-laki. “Namun, jika didukung budaya, kesempatan dan fasilitas yang tepat dari perusahaan, ternyata, pekerjaan di bidang manufaktur justru sangat berpotensi untuk perempuan.
Laporan Kesenjangan Gender World Economic Forum mengungkap bahwa peran perempuan di sektor manufaktur hanya menempati sepertiga dari kebutuhannya, dengan penurunan hingga 21% di tingkat eksekutif senior. Laporan tersebut seakan memperkuat anggapan bahwa sektor ini memang merupakan pekerjaan yang tidak cocok untuk perempuan.
Lebih dari urusan fisik, salah satu penyebab melekatnya anggapan sektor manufaktur identik dengan laki-laki adalah karena sektor ini menuntut keseimbangan antara kecerdasan dan mental, sementara perempuan kadang masih dianggap lebih mengedepankan sisi perasaan.
Meskipun begitu, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Rosleri Yanti untuk terjun langsung ke dunia teknik manufaktur. Bahkan, konsistensi serta kerja kerasnya pun akhirnya berhasil menempatkannya pada posisi strategis sebagai Operation Lead, Mondelez Indonesia Manufaktur dan sekaligus juga membuktikan bahwa perempuan mampu berkarya di bidang teknik manufaktur.
“Dalam hal ini dukungan dari perusahaan dan lingkungan kerja sangatlah berperan dalam membangun suasana kerja yang kondusif, sehingga siapapun bisa termotivasi untuk berkembang tanpa batasan gender. Dengan adanya perlakuan yang setara bagi setiap karyawan, tentu dapat meningkatkan kontribusi perempuan pekerja di berbagai bidang kerja. Mondelez International
sebagai induk perusahaan dari Mondelez Indonesia pun senantiasa berkomitmen menciptakan tempat kerja yang mengedepankan keberagaman dan perbedaan bisa dihargai dan dimanfaatkan untuk mendorong perkembangan individu dan pertumbuhan perusahaan,” ujar Rosleri.
Berbagai tantangan seperti bekerja di lapangan dan ditempatkan di berbagai daerah, seringkali menciptakan pandangan bahwa pekerjaan di bidang manufaktur hanya cocok untuk laki-laki. “Namun, jika didukung budaya, kesempatan dan fasilitas yang tepat dari perusahaan, ternyata, pekerjaan di bidang manufaktur justru sangat berpotensi untuk perempuan. Perempuan yang bekerja di industri manufaktur memiliki berbagai skill unggulan yang dapat memberikan kontribusi besar bagi efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan industri. Berikut adalah beberapa keterampilan utama yang sering dimiliki perempuan di sektor ini seperti ketelitian dan keakuratan, kemampuan multitasking, problem-solving, adaptabilitas, pemahaman teknologi, inovasi hingga kesadaran terhadap keselamatan dan keberlanjutan,” lanjutnya.
Perempuan di industri manufaktur tidak hanya berkontribusi dalam operasional harian, tetapi juga dalam pengambilan keputusan strategis dan inovasi teknologi. Dengan terus berkembangnya peran mereka, perempuan menjadi bagian penting dalam mendorong pertumbuhan industri yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Roeri menambahkan, “Apalagi untuk tim manufaktur di Mondelez Indonesia, dimana produk-produknya adalah produk makanan ringan yang biasanya keputusan membeli berada di tangan para ibu, tim manufaktur perempuan memiliki keunggulan karena pengetahuannya memahami kebiasaan para ibu.” (Elly | Foto: Dok. Mondelez Indonesia)