Guardian Perluas Akses Sanitasi untuk Anak Sekolah di Tiga Provinsi Lewat Program Guardiancares

 

Masih banyak anak-anak di Indonesia yang harus belajar dalam kondisi sanitasi yang tidak layak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, lebih dari 293 ribu sekolah belum memiliki akses memadai terhadap air bersih dan kebersihan dasar. Melihat kenyataan ini, Guardian Indonesia kembali melanjutkan program Guardiancares yang kini memasuki tahun ketiganya.

 

Bersama Human Initiative dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, program ini menjangkau 12 sekolah di Banten, Yogyakarta, dan Jawa Timur, untuk membangun fasilitas sanitasi dan mengedukasi perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak usia sekolah.

 

“Program ini bukan hanya untuk mendistribusikan produk. Kami ingin membangun pola hidup bersih dan sehat sejak dini yang bisa dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang. Tahun ini kami kembali hadir lewat Healthy Kids, Happy Future di Jakarta Selatan sebagai bagian dari komitmen kami terhadap masa depan anak-anak Indonesia,” kata Malvin Tarigan, Head of Marketing Guardian Indonesia, dalam acara Kick-Off di Guardian Pondok Indah Mall, Jakarta, Selasa (15/7/2025).

 

Guardian telah menyalurkan lebih dari 50 ribu produk sabun mandi sebagai bagian dari kampanye edukasi cuci tangan, serta membangun fasilitas air bersih dan sanitasi di puluhan sekolah sejak 2022. “Kami ingin anak-anak tumbuh dengan kebiasaan menjaga kebersihan diri. Sabun mandi adalah kebutuhan paling dasar, dan dari situlah kita bisa mulai,” tambah Malvin.

 

Sebagai mitra pelaksana, Tomy Hendrajati, Presiden Human Initiative, menjelaskan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada distribusi, tapi juga membangun ekosistem dukungan lewat tiga pilar utama, yakni keluarga, komunitas, dan sekolah. “Kami percaya perubahan tidak bisa dibebankan hanya kepada sekolah atau pemerintah. Ketika anak-anak mendapat lingkungan yang sehat di rumah, di komunitas, dan di sekolah, mereka akan tumbuh lebih kuat,” ujarnya.

 

Lebih lanjut, Tomy menyampaikan bahwa karakter pendekatan program disesuaikan dengan budaya lokal di tiap daerah. “Pola komunikasi anak-anak di Bandung tentu berbeda dengan di Jogja atau Jawa Timur. Karena itu, pendekatan kami fleksibel agar anak merasa nyaman dan mudah menerima informasi.”

 

Program ini turut mendapat dukungan dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.  Ira Octaviana Madjid SKM., MKM, Ketua Tim Kerja Partisipasi Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menyampaikan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat masih menjadi tantangan besar di Indonesia. “Data kami menunjukkan bahwa penerapan PHBS baru sekitar 50–60 persen. Maka, intervensi tidak bisa hanya dari satu arah. Harus ada sinergi antara edukasi, penyediaan sarana, dan partisipasi aktif masyarakat,” katanya.

 

Ia juga menekankan bahwa investasi kesehatan tidak bisa ditunda. “Kesehatan itu harus ditanamkan sejak kecil. Kita tidak bisa menunggu anak-anak sakit baru mulai edukasi. Karena itu, kami sangat mengapresiasi kolaborasi seperti ini.”

 

Dukungan juga datang dari praktisi kesehatan muda, dr. Nadhira Afifa, MPH, yang ikut terlibat dalam pendampingan program. Ia menggarisbawahi pentingnya keberlanjutan dalam proyek sosial. “Saya melihat Guardian tidak hanya memberi donasi, tapi juga membangun infrastruktur yang dikelola oleh sekolah. Ini berbeda dari proyek satu kali lalu selesai. Justru pendekatan ini yang akan berdampak panjang,” katanya. Ia menambahkan bahwa pendekatan ini juga relevan dengan upaya pemerintah menurunkan angka stunting nasional, yang hingga kini masih di angka 20 persen.

 

Dari sisi implementasi di sekolah, Muhidin, Kepala Sekolah SDN Cinagara, menyampaikan bahwa fasilitas yang diberikan Guardian telah membawa perubahan nyata. “Kami tidak hanya mendapat toilet dan tempat cuci tangan, tapi juga materi edukasi yang disampaikan langsung kepada siswa. Anak-anak jadi terbiasa mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan saling mengingatkan. Ini kebiasaan yang terus terbawa bahkan di luar sekolah,” ujarnya.

 

Ia menyebut program ini sebagai contoh nyata dari kontribusi yang berdampak jangka panjang. “Dalam agama kami, amalan yang terus mengalir itu contohnya seperti ini. Ketika fasilitas terus digunakan oleh murid-murid, manfaatnya akan terus hidup. Ini bukan program sekali jalan,” tambahnya.

 

Program Healthy Kids, Happy Future tahun ini ditargetkan menjangkau ratusan siswa di puluhan sekolah dasar dengan pendekatan lokal, pelibatan dokter kecil, serta kolaborasi dengan guru dan orang tua. Guardian berharap program ini dapat menjadi model gerakan kesehatan anak yang berkelanjutan dan dapat direplikasi di wilayah lain sebagai kontribusi menuju Indonesia Emas 2045. [Dok. Istimewa]