Hampir empat dekade, barokah mendedikasikan pemikiran dan
waktunya untuk perusahaan. Memasuki tahun kedua sebagai pucuk
pimpinan tertinggi di perusahaan farmasi milik pemerintah ini, dia
telah mencetak pertumbuhan double digits secara berkelanjutan.
Perempuan kelahiran 1 Januari 1963 ini terbilang sosok berloyalitas tinggi, karena setia membangun perusahaannya hampir memasuki empat dekade. Merintis karier sebagai staf bagian quality assurance dan pengendalian produksi di PT Phapros Tbk (Phapros). Barokah Sri Utami–akrab disapa Emmy– konsisten merangkai peningkatan secara profesional dari masa ke masa. Pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2016, dia terpilih menjadi direktur utama perusahaan obat yang bermukim di Semarang ini.
Memimpin anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) tentu menemui berbagai tantangan setiap tahunnya. Mulai dari tren, kondisi ekonomi, perkembangan teknologi, hingga pola yang berlaku di masyarakat saat itu. Keberagaman pengalaman yang telah dijalani selama berkarier di Phapros melahirkan Emmy sebagai pribadi bernas dan penuh inovasi.
Sarjana farmasi Institut Teknologi Bandung ini menjalankan strategi inovasi yang melibatkan dari level bawah, direksi maupun asosiasi dokter. Phapros juga giat mengikuti pameran di luar negeri untuk memperluas wawasan maupun tren yang berkembang.
“Secara up to bottom, para direksi memberikan masukan mengenai apa yang harus dilakukan oleh anak buahnya. Kalau secara korporasi, keseluruhan karyawan diberi kebebasan untuk mengembangkan ide,” tuturnya dalam suatu wawancara.
Bekerja sama dengan PT Mitra Rajawali Banjaran, Phapros membangun fasilitas produksi
alat kesehatan Scaffold Hydroxyapetite di pabrik PT Mitra Rajawali Banjaran Jawa Barat. Produk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai komponen implantasi penopang tulang dan gigi. Emmy menjelaskan,“Scaffold Hydroxyapetite yang saat ini beredar sebagai bone filler 100% impor dari beberapa negara seperti Italia, Jerman, dan Korea. Ditargetkan akan menjadi alat kesehatan Scaffold Hydroxyapetite lokal pertama di Indonesia. Pada tahun ketiga nanti, kami berharap sudah bisa memperoleh omset total sebesar Rp10 miliar.”
Pada akhir tahun 2017 lalu, di bawah kepemimpinan Emmy, perusahaan berhasil menembus angka penjualan terbesar dalam sejarah, yakni Rp1 triliun. Dengan laba bersih yang juga bertumbuh sebesar Rp100 miliar. Tak hanya itu pencapaiannya, Phapros juga memenangkan tender e-catalog untuk program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan
total nilai mencapai Rp2 triliun untuk dua periode sekaligus (2018-2019).
Ditargetkan Phapros ikut melantai di bursa saham di 2018 dengan target perolehan dana sebesar Rp800 miliar yang akan digunakan untuk investasi pengembangan usaha. Saat ini, saham RNI pada Phapros sebanyak 56,6% dan sisanya adalah untuk kepemilikan publik.
Selain fokus dalam meraih keuntungan untuk kesejahteraan karyawan, Phapros juga menaruh perhatian besar kepada dunia ekonomi sosial, terutama pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) yang berada di sekitar Jawa Tengah.
Dimulai dari tahun 1997 hingga akhir 2017, total dana kemitraan yang disalurkan mencapai lebih dari Rp27 miliar dengan 193 mitra binaan aktif. “Total dana yang
dikucurkan pada tahap III/2017 sejumlah lebih dari Rp2 miliar dengan menjaring 12 calon mitra binaan dari Semarang, 6 calon mitra dari Magelang, 1 calon mitra dari Yogyakarta, 1 calon mitra dari Jepara, 1 calon mitra dari Solo, 2 calon mitra dari Rembang, dan 2 calon mitra dari Kudus. Sehingga total mitra yang akan mendapatkan penyaluran dana ada 25 orang berasal dari berbagai macam usaha, seperti industri makanan, batik, jasa, dan perdagangan,” ujar Emmy. Silvy Riana Putri | Dok. Pribadi
untuk membaca artikel selengkapnya, dapatkan majalah Women’s Obsession edisi Maret 2018