Retno Marsudi | Selalu Jaga Hubungan Antar Negara

Retno Marsudi yang saat ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia bukanlah nama yang asing di jajaran pemerintahan Tanah Air. Perempuan yang satu ini bahkan telah dipuji oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Ibrahim Abdulaziz Al-Assaf berkat kinerjanya yang cemerlang. Pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia pada 2005 lalu, dia mengantongi segudang penghargaan. Salah satunya adalah Agen Perubahan untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan dari badan urusan perempuan PBB, UN Women, di Markas PBB, New York pada 2017 silam.

Setahun kemudian, yakni pada 2018, Retno kembali meraih penghargaan. Saat melakukan kunjungan kerja ke Lima, Peru, dia meraih El Sol del Peru (The Sun of Peru), dengan peringkat Grand Cross dari pemerintah Peru. Dia merupakan warga Indonesia pertama yang menerima penghargaan ini. El Sol del Peru merupakan yang tertinggi dari pemerintah Peru kepada warga sipil baik masyarakat setempat maupun warna negara asing atas jasa dan kontribusinya terhadap Peru.

Penghargaan tersebut diberikan atas upayanya memajukan hubungan bilateral antara Indonesia dan Peru. Sebab, perempuan yang pernah menempuh pendidikan hak asasi manusia di Universitas Oslo ini tidak hanya membangun kerja sama antara Indonesia-Peru saat menjabat sebagai Menlu. Namun, kerja sama ini telah dibangun sejak dirinya menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa. Saat itu dia bertanggung jawab mengawasi hubungan Indonesia dengan 82 negara di Eropa dan Amerika. Mengemban amanah tersebut, dia kemudian membentuk mekanisme dialog bilateral antara Indonesia dengan Peru.

Selain menjaga hubungan bilateral bersama negara-negara di dunia, perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) juga menjadi salah satu dari kebijakan kementerian luar negeri Indonesia. Retno telah melakukan sejumlah upaya peningkatan perlindungan WNI meliputi perubahan corporate culture para diplomat Indonesia untuk memberikan perlindungan secara lebih optimal kepada WNI.

Selain itu, pembangunan sistem perlindungan melalui inovasi teknologi dan memperkuat instrumen perlindungan pada semua tingkatan juga terus dilakukan. Untuk meningkatkan sistem perlindungan terhadap warga negara Indonesia, kini juga telah dibuat ‘Portal Peduli WNI’ yang menjadi platform tunggal pelayanan dan perlindungan WNI. Dengan teknologi ini untuk pertama kalinya Indonesia memiliki database warga negaranya yang berada di luar negeri dengan lebih kredibel.

Inovasi teknologi terbaru lainnya adalah ‘Welcoming SMS Blast’ yang memberikan informasi nomor telepon Perwakilan RI di luar negeri tempat warga negara Indonesia berada. Ada pula aplikasi ‘Safe Travel’ yang bertujuan untuk memastikan perlindungan bagi setiap warga negara yang tengah melakukan perjalanan ke luar negeri melalui telepon pintar atau smartphone.

Selama empat tahun terakhir menjabat sebagai Menlu, Retno menjabarkan ada 278 orang WNI berhasil dibebaskan dari hukuman mati dan 73.503 kasus hukum WNI telah diselesaikan. Lalu ada 181.942 tenaga kerja Indonesia yang bermasalah telah direpatriasi, dan 16.432 WNI telah dievakuasi dari daerah perang, daerah konflik politik, dan daerah bencana alam di seluruh dunia. Selain itu, pada 2019 ada tiga orang sandera di Kongo berhasil dibebaskan dan total sandera yang dibebaskan ada 40 orang WNI.

 

Untuk membaca artikel selengkapnya, dapatkan majalah cetak dan digital Women's Obsession edisi Agustus 2019