Bambang P.S. Brodjonegoro | Riset dan Inovasi Bangun Kemandirian Bangsa

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional

Terdapat 49 produk riset inovasi dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024, yang mencakup 12 fokus riset. Empat di antaranya yang telah dikembangkan oleh Kemenristek/BRIN dan dalam proses Proyek Strategis Nasional adalah Katalis Merah Putih, Garam Industri Terintegrasi, PUNA MALE Kombatan, dan Pesawat N219A. 

 

Katalis Merah Putih merupakan teknologi untuk mengubah minyak sawit menjadi bensin, solar, maupun avtur untuk mengurangi impor BBM. Sementara program garam industri terintegrasi menjadi upaya Swasembada Garam Nasional 2021. Trial production pilot plant garam industri terintegrasi di Manyar, Gresik, kini telah mampu menghasilkan kapasitas 40 ribu ton/tahun.

 

Drone atau Pesawat Udara Nirawak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) Kombatan dikembangkan untuk misi intel atau spionase, pengawasan, mengakuisisi dan mengenali target. Ini juga sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap alat utama sistem persenjataan (Alutsista), khususnya drone untuk keperluan militer. Sedangkan untuk mendukung program Tol Laut, Kemenristek/BRIN mengembangkan pesawat angkut berjenis Amphibi N219A dengan teknologi composite (smart, light, and green technology). Produk inovasi Pesawat N219A memiliki komponen desain bentuk float yang optimum untuk perairan di Indonesia.

 

MenristekBRIN menghadiri penandatanganan dan serah terima PCR Test Kit antara RAPP-Biofarma kepada BNPB

 

Ketika COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO), upaya untuk menemukan vaksin terus dilakukan, tak terkecuali di Indonesia. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Ka. BRIN) Bambang PS Brodjonegoro pun membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi untuk percepatan penanganannya. Dia mengatakan, “Situasi pandemi COVID-19 meningkatkan kebutuhan alat kesehatan, sehingga riset pengembangannya juga menjadi sangat penting.”

 

Konsorsium menghasilkan produk yang diharapkan bisa mengganti ketergantungan impor untuk kebutuhan Rapid Diagnostic Test, berupa PCR maupun Non-PCR Test Kit. Konsorsium juga tengah mengembangkan produk terapi dan obat-obatan, antara lain plasma konvalesen, yaitu terapi menggunakan serum plasma darah pasien penyintas COVID-19. 

 

Inovasi lainnya adalah pengembangan imunomodulator, yakni suplemen yang dapat meningkatkan dan memperkuat sistem daya tahan tubuh. Dikerjakan para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), saat ini telah selesai tahap uji klinis di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet. 

 

MenristekBRIN bersama Kepala BNPB Doni Monardo di Graha BNPB

 

“Para ilmuwan kita berupaya mencari yang terbaik untuk menangani COVID-19, baik dari segi ketersediaan alat kesehatan, skrining dan diagnostik, juga terapi pengobatan, hingga pengembangan vaksin. Berhasil atau tidaknya pengembangan produk riset dan inovasi, kita terus berupaya melakukan kontribusi untuk mencegah penyebaran COVID-19,” lanjut pria yang pernah menerima penghargaaan Visiting Fellow dalam The Indonesia Project-Australian National University pada 2004 ini.

 

Tak berhenti di situ, Kemenristek/BRIN pun turut berupaya menyediakan vaksin COVID-19 bagi seluruh rakyat Indonesia, yang disebut Vaksin Merah Putih. Proses pengembangannya dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman yang akan memasuki tahap uji coba terhadap hewan mamalia. Bambang mengatakan uji coba tersebut dilakukan sebelum tahapan uji klinik pada manusia yang diprediksi memakan waktu sekitar satu bulan. Jika proses uji coba vaksin pada hewan berjalan lancar. LBM Eijkman akan menyerahkan seed-vaccine kepada perusahaan medis PT Bio Farma dan selanjutnya dikembangkan untuk dilakukan uji klinik tahap pertama hingga ketiga kepada manusia.

 

Lebih lanjut, Bambang menjelaskan dalam pengembangan vaksin COVID-19 ini menggunakan double-track. Yaitu melalui kerja sama dengan luar negeri dan pengembangan Vaksin Merah Putih merupakan vaksin hasil karya anak bangsa dengan memperhatikan prinsip kecepatan, keamanan, dan kemandirian. 

 

“Kita ingin segera keluar dari dampak negatif ekonomi akibat COVID-19 yang begitu berat kepada masyarakat, tentunya kita harus mengupayakan untuk mendapatkan akses tadi. Akses itulah didapat dengan kerja sama internasional dan juga kementerian-kementerian, seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian BUMN. Namun cepat saja tidak cukup, harus efektif dan tentunya karena negara kita adalah negara besar harus ada upaya kemandirian. Artinya vaksin tidak hanya dapat diproduksi, tapi juga dapat kita kembangkan sendiri,” tukas Bambang dalam sesi wawancara dengan Women’s Obsession.

 

Gia Putri | Foto: Dok. MenristekBRIN