Ketika sebagian besar perusahaan terdampak akibat pandemi, PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR) atau yang biasa disebut Batavia Rent, emiten yang bergerak di bidang jasa transportasi, membukukan pendapatan sebanyak Rp41,69 miliar pada kuartal I. Meskipun peningkatannya hanya sekitar 2,43%, dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu Rp40,70 miliar. Di balik pencapaian tersebut terdapat sosok Rima Rupita, srikandi yang memimpin sales director di perusahaan yang didirikan pada akhir 2014 ini.
Perempuan yang akrab dipanggil Rima ini telah terjun di bidang jasa transportasi sudah lebih dari lima belas tahun lamanya. Mengawali karier dari telemarketing hotel paruhwaktu ketika masih kuliah, kemudian menjadi marketing officer di salah satu perusahaan rental besar. “Saya selalu excited bertemu dengan orang baru dan menjalin banyak networking. Dan menurut saya itu adalah investasi yang tak ternilai agar bisa menjadi seorang sales terbaik,” kisahnya tentang awal mula kecintaannya pada bidang sales dan marketing.
Sempat menjadi sales yang turun ke lapangan melakukan canvasing dengan mengendarai sepeda motor, kini Rima berhasil menduduki salah satu pucuk pimpinan perusahaan yang termasuk dalam Batavia Prosperindo Group tersebut. Dia mengakui bahwa kehadiran perempuan di dunia yang identik dengan kaum laki-laki ini dapat membawa perubahan. Dengan adanya kehadiran seorang kaum hawa di frontliner menurutnya bisa mencairkan suasana dan membuat komunikasi lebih lancar, apalagi di bidang transportasi yang suasananya lebih keras.
“Kalau sebelumnya hanya melihat dari segi harga, dengan komunikasi baik, informasi atas added values lain, seperti layanan yang berkualitas, dapat tersampaikan dan akhirnya dapat menjadi pertimbangan. Dan itu banyak membuat perubahan dalam decision-making,” tutur lulusan fakultas hukum Bandung Islamic University ini.
Berbekal pengalamannya selama delapan tahun di TRAC Astra Rent A Car, dan dua tahun di MPM Rent, mendorongnya memberanikan diri menerima tantangan terjun membesarkan Batavia Rent yang kala itu baru dalam hitungan bulan berdiri. Dia pun bekerja keras menumbuhkan kepercayaan stakeholder dan konsumen. “Kami berhasil membuktikan di usia perusahaan yang masih sangat muda, saat itu baru berumur tiga tahun pada Juli 2018, perusahaan dapat go-public dan saat ini sudah memiliki lebih dari 500 Customer Corporate dengan total fleet kurang lebih 3000 unit,” ungkapnya sambil tersenyum.
Pendapatan perusahaan yang tidak mengalami penurunan signifikan saat pandemi, disebabkan sejak awal perusahaan selalu menjaga keseimbangan proporsi customer serta sektor industrinya sebagai bagian dari risk management policy. Sejak tahun sebelumnya unit passenger sudah hampir berimbang dengan unit komersial (niaga).
“Saat ini unit niaga hampir 70% dan 30% passenger car (kendaraan penumpang). Kondisi tersebut akhirnya menjadi penyelamat di saat pandemi, karena kita tidak terlalu terinfeksi secara keseluruhan. Jadi kalau dibilang di semester pertama agak sedikit turun, semester kedua ini mulai bulan Juli growth kami sudah di atas normal,” papar perempuan yang menggunakan waktu luangnya untuk lebih banyak membaca dan belajar memasak saat ini.
Tahun ini PT Batavia Prosperindo Trans, Tbk berhasil menorehkan prestasi dengan menyabet penghargaan “TOP Performing Listed Companies 2020” dan juga meraih penghargaan “Indonesia International Service Excellence Awards 2020”. Terdapat tiga indikator yang menjadi penilaian, yaitu keuntungan, growth, dan pertumbuhan aset.
“Kami berhasil menjaga kepercayaan dari stakeholder serta klien, sehingga ketiga kriteria tersebut berhasil terpenuhi, terutama dengan dukungan dari ATPM.” Selain itu, perusahaan juga berinovasi dengan melakukan transformasi digital bagi user maupun vendor yang menjadi klien melalui aplikasi dan web portal sejak beberapa waktu lalu.
Menyambut Hari Perhubungan, perempuan yang hobi menonton film horor ini berharap ada keseragaman peraturan di tiap daerah untuk mempermudah distribusi barang atau logistik antarkota, antarprovinsi, bahkan antarpulau. Perbedaan peraturan akan menimbulkan cost yang besar, sehingga bisnis akan tersendat. “Kalau ini dipermudah dari sisi keseragaman peraturan, mungkin akan lebih meningkatkan lagi perekonomian Indonesia ke depan,” pungkasnya kepada Women’s Obsession. Nur A | Foto: Edwin B