Pasarkan Produk Lokal Kualitas Internasional

Adelaide Chintara, Creative Director Urban Quarter

Kecintaan Adelaide Chintara di bidang furnitur memang menurun dari keluarga sejak kecil. Saat melanjutkan studi di Amerika Serikat, dia pun lebih sering memanfaatkan waktu luangnya untuk mengunjungi toko-toko furnitur, seperti Crate & Barrel. Passion-nya semakin tumbuh ketika melihat bahwa banyak sekali furnitur buatan Indonesia dijual di sana. Sekembalinya ke Jakarta perempuan lulusan Pepperdine Graziadio Business School, Los Angeles, Amerika Serikat ini sempat bekerja di Nexus Furniture Indonesia sebelum akhirnya memberanikan diri membuka usaha sendiri.

 

Bermitra dengan sahabatnya, perempuan yang akrab disapa Adel ini memanfaatkan peluang sedikitnya toko furnitur yang menjual barang berkualitas dengan harga terjangkau. Pada 2016, didirikanlah Urban Quarter secara online untuk memenuhi kebutuhan peralatan rumah, kantor, atau restoran dengan brand-brand lokal yang terbaik bagi masyarakat di Tanah Air. Nama tersebut memiliki makna sebagai sebuah brand yang menyediakan berbagai produk dengan gaya modern dan kekinian, cocok bagi segala jenis ruang, dari hunian pribadi hingga tempat bekerja.

 

Menghadirkan konsep modern, mid century, Skandinavia hingga minimalis, usaha furnitur rintisan mereka makin mengukuhkan posisi sebagai e-commerce. Namun, bukan berarti selama tahun pertama berjalan mulus tanpa halangan. Kompetitor yang agresif, desain yang ditiru oleh pengusaha lain, adalah beberapa permasalahan yang dihadapi. Tetapi Adel tidak mudah menyerah dan terus berupaya memperkuat tim serta branding di media sosial. Pada 2017, Urban Quarter membuka toko offline pertama di Kelapa Gading, untuk memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyeluruh bagi pelanggan.

 

Display di Urban Quarter

 

Urban Quarter menyasar kaum perempuan urban, pasangan muda, milenial dengan status ekonomi A dan B. Tetapi selain penjualan langsung ke konsumen secara individual atau B2C, perusahaan juga melakukan B2B, bekerja sama dengan kantor, kafe, restauran, hotel, dan lain-lain.

 

Strategi Bertahan di Tengah Pandemi

Pandemi yang mengharuskan orang-orang tinggal di rumah membawa keuntungan tersendiri bagi Urban Quarter. Meskipun sempat mengalami penurunan pembelian, tren bekerja atau belajar di rumah malah meningkatkan penjualan beberapa peralatan rumah tangga, seperti porselen, keranjang, maupun furnitur outdoor untuk memperindah rumah.

 

Urban Quarter mulai menjemput bola sebagai strategi menghadapi pandemi dengan menghadirkan fitur virtual showroom yang dapat diakses melalui website resminya. Namun saat ini fitur tersebut baru tersedia untuk gerai Urban Quarter di Plaza Indonesia. “Di masa pandemi ini kami tetap membuka outlet offline dengan protokol kesehatan agar semua tetap aman. Tapi ada opsi lain juga bagi para customer yang masih kurang nyaman untuk keluar rumah, inilah mengapa kami membuatkan virtual showroom ini yang juga dapat diakses di website kami,” tutur Adel.

 

Lebih besar dari toko sebelumnya, gerai terbaru Urban Quarter di Plaza Indonesia menyediakan lebih banyak variasi display furnitur dan housewares. Para pelanggan dapat melihat secara langsung dan mendapat inspirasi untuk detail finishing dan penempatannya. Gerai terbaru ini juga menawarkan area konsultasi bersama sales dan interior designer, agar customer bisa langsung berkonsultasi dan memilih finishing dan fabric yang akan diaplikasikan ke furnitur yang akan dipesan.

 

 

Customer sekarang menurut Adel juga lebih peduli pada sumber bahan baku, dari mana asalnya, bagaimana cara mendapatkannya. Tren baru bahkan mengungkapkan bahwa pelanggan lebih mencari benda dengan kisah di baliknya. Urban Quarter menangkap kesempatan ini dan berkolaborasi dengan artisan, seperti Ayu Larasati dan Reynold Adinegara.

 

Agar tetap dapat bertahan di masa sulit seperti ini, Adel mengungkapkan timnya harus dapat berperan ganda. Setiap orang tidak terpaku pada pekerjaannya saja, tetapi juga membantu divisi lain yang membutuhkan. Dia juga mengakui berkat pandemi, kemampuannya di bidang lain makin terasah, seperti mengoperasikan program desain AutoCad, Illustrator, dan sebagainya. Anak bungsu dari tiga bersaudara yang sangat mengidolakan neneknya ini mengatakan, “Kita banyak sekali goals tahun ini. Tapi dengan kondisi seperti sekarang, tim sangat conscious. Kita tidak mendorong orang untuk visit ke toko. We are taking things slow and try to utilize technology as a way of working. Bagaimana kita bisa launching sesuatu sambil tetap berada di rumah.”