Kecantikan Perempuan Suku Himba

Untuk menjadi cantik berbagai cara dilakukan semua perempuan di dunia. Namun, berbeda dengan kebanyakan, perempuan-perempuan di beberapa suku di dunia memiliki tradisi yang cukup unik untuk tampil cantik. Ada yang memakai gelang di leher, meruncingkan gigi, dan lain-lain. Salah satunya adalah yang dilakukan para perempuan Suku Himba, di Nambia Utara, Afrika. Tradisi kecantikan perempuan suku ini terbilang cukup unik.

 

Tinggal di wilayah yang memiliki sedikit air, perempuan Suku Himba menjaga kebersihan tubuh mereka dengan membaluri tubuh menggunakan Otjize. Warna merah yang dihasilkan oleh ramuan ini dianggap sebagai simbol bumi dan darah. Menariknya, hanya kaum hawa saja yang melumuri tubuh dengan larutan merah ini. Praktik ini tidak dilakukan oleh para laki-laki setempat.

 

Otjize sendiri terbuat dari campuran batu oker merah yang dihancurkan. Kemudian diberi larutan lemak dan mentega yang telah dilelehkan. Selain bagian dari tradisi, ternyata mengoleskan larutan merah tersebut memiliki manfaat yang beragam. Salah satunya adalah menjaga kulit dari serangga, agar tidak hinggap. Selain itu, melumuri otjize di seluruh bagian kulit juga melindungi dari paparan sinar matahari yang sangat menyengat. Selain itu, menurut kepercayaan setempat, menggunakan larutan tersebut telah menjadi tradisi yang diturunkan sejak lama. Otjize dipakai setiap pagi sebagai makeup alami mereka.

 

Tidak hanya dilumuri ke bagian kulit tubuh, larutan ini juga dioleskan ke rambut. Bagi masyarakat Afrika, rambut memiliki peranan penting dalam tradisi setempat. Gaya rambut bahkan menggambarkan status sosial dan perkawinan, suku, dan lain-lain. Untuk tatanan rambut, perempuan Suku Himba menambahkan bulu kambing ke dalam otjize untuk menambah volume rambut. Selain itu, larutan untuk rambut juga kerap kali ditambahkan getah tumbuhan untuk mendapatkan wangi yang diinginkan.

 

Tatanan rambut yang telah dikepang dan dilumuri otjize juga tidak bisa dibuat dengan sembarangan. Gadis-gadis di sana akan menata rambut mereka dan mengepangnya menjadi dua bagian. Mereka akan membiarkan untaian rambut tersebut berada di bagian depan wajah mereka. Ini memiliki loso bahwa mereka tengah di masa pubertas. Selain itu, rambut yang menutupi wajah juga berguna untuk mengurangi pandangan dari laki-laki di desanya.

 

Sementara, para perempuan yang telah menikah akan mengepang rambutnya dengan jumlah yang lebih banyak. Posisi kepangan rambutnya pun berada di belakang telinga dan memperlihatkan wajah mereka. Selain itu, perempuan yang sudah bersuami pun akan mengenakan aksesoris yang disebut erembe. Dikenakan di bagian atas kepala, aksesoris terbuat dari kulit binatang yang dikeringkan. Selain menggunakan larutan berwarna merah untuk seluruh tubuh dan rambut, hampir semua aksesoris, seperti kalung yang digunakan memiliki warna senada, yakni kemerahan. Tradisi ini masih berlangsung hingga sekarang.