Tor Tor dan Sigale-gale, Eloknya Tarian Mistis

Matahari tepat di atas kepala ketika lamat-lamat terdengar alunan Magondangi saat wisatawan menapakkan kaki di Desa Tomok, Pulau Samosir, Danau Toba. Semakin kita mendekat, alunan musik tradisional Batak yang terdiri dari gondang, doal, suling, tagading, sarune, odap gordang, kalem hesek, ogun, oloan, dan panggora itu semakin meresap ke telinga. Bersama buaian itu wisatawan diantarkan ke tempat tujuan utama, yakni kawasan Kampung Batak.

Kawasan yang kaya dengan rumah adat Batak, lengkap dengan boneka sigale-gale. Ternyata, di kampung inilah sumber suara indah itu berasal. Ya, wisatawan tengah disambut oleh tarian Tor Tor dan tarian Sigale-gale dari warga setempat. Memang tidak semua wisatawan disambut oleh tarian ini. Hanya kalau kita beruntung saja tarian khas Batak itu bisa kita nikmati.

Tapi tahukah Anda bahwa Tarian Tor tor dan Sigale-gale memiliki sejarah dan filosofi yang cukup unik dan menarik? Terutama karena kesakralan dan nilai mistis yang terkandung di dalamnya. Konon, tari Tor Tor dulunya digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Melalui sebuah ritual roh dipanggil dan ‘masuk’ ke patung-patung batu merupakan simbol dari leluhur. Patung yang telah dirasuki tersebut bergerak, seperti sedang menari, akan tetapi gerakannya kaku. Gerakan tersebut meliputi gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan tangan.

Ya, selain berkaitan dengan roh leluhur, tari yang sudah ada sejak zaman dahulu ini juga digunakan untuk persembahan bagi upacara kematian, panen, penyembuhan dan pesta muda-mudi. Geraknya sederhana dan mudah ditirukan termasuk gerakan unik kaki penari yang bisa menghasilkan bunyi-bunyi Tor Tor. Untuk performing, tari ini tak perlu panggung, melainkan cukup di halaman rumah adat atau tanah lapang.

Tari tortor kini sering ditampilkan dalam setiap kegiatan adat suku Batak

 

Namun seiring perkembangan zaman, tari Tor Tor yang sudah dicatatkan oleh pemerintah ke dalam warisan budaya nasional sejak tahun 2010 ini sekarang tidak hanya melulu tarian sakral dan mistis. Kini tarian adat tersebut kerap didedikasikan untuk menerima wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara.

Begitu juga dengan Tari Sigale-gale. Masih di Desa Tomok yang terkenal memiliki banyak objek wisata menarik, di sini ada pertunjukan tari boneka Sigale-gale yang populer. Tak heran jika di perkampungan khas rumah Batak ini selalu dilengkapi dengan patung sigale-gale. Boneka yang dapat bergerak-bergerak dan menari sendiri yang kalau dalam bahasa batak, sigale-gale berarti lemah gemulai.

Tari tortor kini sering ditampilkan dalam setiap kegiatan adat suku Batak, termasuk penyambutan tamu

Sigale-gale adalah hikayat tentang seorang raja yang ditinggal pergi oleh putra semata wayang yang dicintainya, karena tewas di medan perang. Sang raja menahan rindu hingga kemudian ada seorang tokoh spiritual yang membuat suatu upacara di kerajaan. Setelah itu dia memahat sebatang kayu menyerupai wajah sang pangeran yang kemudian bisa menari-nari.

Tampak patung Sigale-gale yang legendaris diyakini dapat bergerak-gerak dan menari

Sampai kemudian berkembang kepercayaan masyarakat setempat, tarian dilakukan untuk mengantar arwah mendiang yang meninggal. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ini mulai bergeser. Karena itu, untuk menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya mereka, Tari Sigale-Gale ini kemudian dikembangkan sebagai tarian pertunjukan. Tak heran jika Tari Sigale-gale ditampilkan di berbagai acara, seperti upacara adat, acara budaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang datang ke Samosir. Tentu saja, menikmati keindahan pulau di tengah Danau Toba yang kaya dengan adat istiadat Batak tak akan terasa lengkap apabila tidak menikmati Tarian Tor tor dan Sigale-gale. Di pesona.travel perpaduan keindahan alam dan seni itu dituturkan secara lengkap. (Sahrudi | Foto: Dok. OMG)