Dampak Covid-19 terhadap Industri Fashion

Wabah Covid-19 tidak hanya menyebabkan sesak napas pada manusia, tapi juga roda perekonomian masyarakat. Berbagai industri terkena efek buruk yang ‘menyakitkan’. Salah satunya industri fashion Tanah Air. Adanya PSBB menyebabkan berbagai mal, restoran, kafe, tempat wisata ditutup dan terjadi perubahan gaya hidup manusia di rumah saja yang tidak lagi memikirkan penampilan.

 

Desainer & Penasihat Indonesia Fashion Chamber Taruna K Kusmayadi berpendapat bahwa kegiatan berbelanja fashion dilakukan berdasarkan adanya kebutuhan. “Sekarang kita tengah melakukan social distancing. Saya rasa keperluan untuk silahturahmi juga ditiadakan dan otomatis berdampak pada consumer's behavior, sehingga akhirnya terjadi penurunan minat berbelanja.”

 

Banyak orang selama di rumah saja lebih memilih busana yang nyaman. Menurut Taruna, mungkin inilah yang menjadi ‘pasar baru’ dari gaya hidup masyarakat terkini dan sudah saatnya industri fashion mengubah konsep maupun strateginya. “Misalnya, merancang produk piama atau kimono yang nyaman, tapi unik dan busana yang berfungsi sebagai baju rumah. Karena konsumen belum merasakan urgensinya untuk membeli lainnya, seperti busana formal atau pesta,” ujar Taruna yang berusaha untuk tetap optimis di tengah badai Covid-19. Berbicara mengenai sosial ekonomi kelas atas yang senang berbelanja tentunya mereka tetap memiliki dana untuk shopping. “Namun, saat ini apa keperluannya mereka membeli busana baru? Karena keterbatasan bergerak kita hanya bisa bersilaturahmi via media sosial, email, Zoom, WA, atau Skype. Jadi, memang tidak ke mana-mana, ya,” tambahnya.

 

Koleksi Barli Asmara dalam MUFFEST 2020

 

Saat ini masyarakat pun lebih cenderung melakukan transaksi belanja online. Tak heran tampilan online shopping tampak berlomba menarik perhatian pembeli, termasuk barang fashion dengan persaingan gaya, harga, dan kualitas barang yang kian ketat. Begitupun desainer Barli Asmara yang belakangan ini lebih mengandalkan penjualan online koleksi ready-to-wear untuk meraih pemasukan di bulan ramadhan dan Idul Fitri. “Syukurlah hasil penjualan lewat online lumayan bagus, sehingga bisa membantu kondisi keuangan kami. Ada banyak pesanan busana ready-to-wear dari berbagai daerah di Indonesia. Tim kami tengah sibuk packing sebelum hari raya berlangsung,” ujarnya.

 

Dia merasa busana yang tidak mahal sekarang ini lebih mendapat respons positif daripada koleksi couture. Barli berterus terang, “Saya sekarang realistis sajalah tidak usah gengsi-gengsian atau malu sebagai desainer papan atas. Kalau memang yang laris seperti ini mengapa tidak menggarap pasar yang memang harganya terjangkau. Sehingga bisnis masih bisa berjalan dan karyawan-karyawan saya juga tidak kehilangan pekerjaan.”

 

BACA JUGA: Modest Fashion Trend

 

Sementara, Nina Nugroho (NN) brand khusus modest fashion for professional muslimah dengan garis desainnya ditujukan kepada kebutuhan para perempuan aktif baik profesional, karyawan atau wirausaha. Mereka adalah pasar utama produk NN. Adanya Work from Home atau WFH, maka terjadi perubahan prioritas pengeluaran keuangan, mengingat apparel NN adalah khusus busana kerja. Menurut Nina, grafik penjualan menurun tajam dan fenomena ini menuntut NN untuk berinovasi terkait produk maupun program kegiatan.

 

Semua produk NN dijual dengan strategi pemasaran via online. Sejak awal memang mempunyai jadwal produksi maupun launching yang ketat dan sebelum Covid-19 fokus terbesarnya adalah penjualan. Tetapi, dengan adanya pandemi ini, fokus pun beralih bukan hanya ke penjualan, tapi mau tak mau beralih pada customer intimacy. “Kami membuat berbagai macam program yang berupaya mendekatkan brand NN ke hati para customer. Contohnya, melalui program Yuk Donasi APD dan masker NN, program busana WFH series, maupun program NINA NUGROHO SOLUTIONS. Berupa online sharing session untuk menjaga tali silaturahmi. Jika sebelumnya hanya sebulan sekali, berubah menjadi dua kali seminggu via IG Live,” papar Nina dengan nada tetap bersemangat.

 

Koleksi Work from Home Nina Nugroho

 

Untuk penjualan sendiri akan ada program diskon satu pekan menjelang hari raya. Lalu, paling inovatif NN meluncurkan diferensiasi produk. Diskon dan diferensiasi produk dilakukan setelah masa launching koleksi lebaran NN berakhir, yaitu di minggu ketiga bulan Ramadhan. “Alhamdullilah, berkah Ramadhan masih menghampiri koleksi lebaran kami, dari 15 koleksi dress yang di-launching mendapat respons luar biasa, ditandai dengan naiknya grafik penjualan. Ini sangat membantu menaikkan pendapatan yang sempat menurun,” ungkapnya seraya tersenyum. Dia pun bersyukur semua karyawan masih bisa dipertahankan dengan konsep bekerja ada yang shift dan full masuk kantor, tergantung divisi masing-masing. Namun, ruangan mereka terpisah-pisah untuk menjaga physical distancing.

 

Nina melanjutkan, “Kami merumahkan pekerjaan outsourcing dari beberapa rumah produksi, karena mereka memilih pulang kampung sebelum berlakunya PSBB, karena khawatir tidak bisa berlebaran di kampung halaman. Sisanya masih memproduksi masker, APD, dan keperluan produksi untuk persiapan diferensiasi produk tetapi dalam jumlah terbatas.” Terkait penjualan menurun yang berimbas ke cashflow, dengan berat hati dia terpaksa melakukan negosiasi ulang terkait waktu dan jumlah pembayaran kepada semua vendor dan membatasi jumlah produksi busananya. Elly | Foto: Istimewa