Evelyn Yonathan: Gender Bukan Halangan

Chief of People Lazada Indonesia

 

Perempuan di tempat kerja kerap mengalami bias, tetapi tidak demikian halnya yang dialami Evelyn Yonathan, Chief of People Lazada Indonesia. Dia bersyukur bekerja di sebuah perusahaan yang tidak membedakan gender, melainkan lebih melihat performance di tempat kerja.

 

The way we compensate people, we pay based on performance. Jadi benar-benar dilihat pada saat kita melakukan assessment akhir tahun. Kita tidak melihat apakah dia laki-laki atau perempuan, melainkan lebih pada function maupun pencapaiannya, ” ujar perempuan yang akrab disapa Evelyn ini.

 

Bahkan sejak dua tahun lalu, dalam interaksi tidak mencantumkan jabatan sama sekali. Inisiatif yang digagas Alibaba Group ini bertujuan untuk menghindari kecenderungan hierarki, agar semua orang dapat berinteraksi di level yang sama.

 

Kemampuan Beradaptasi

 

Selalu bekerja di industri elektronik, sampai akhirnya pindah ke teknologi e-commerce sekitar enam tahun lalu, Evelyn mengaku tidak pernah terintimidasi dengan rekan lelaki. Dia malah lebih terintimidasi dengan mereka yang lebih muda, karena sebagai digital native mereka lebih cepat menyerap perkembangan terkini. Bagaimana mengejar ketertinggalan tersebut supaya matching dengan skill dan cara berpikir mereka.

 

Dalam industri e-commerce, perubahan terjadi sangat cepat. Sulit untuk berkembang jika kita tidak nyaman dengan hal tersebut. “Sebagai perempuan, kita juga harus agile dan harus memiliki growth mindset yang selalu ingin berkembang dan mau terus belajar. Tidak jarang saya belajar dari mereka tentang perkembangan terbaru, seperti fintech yang sedang hype misalnya,” ungkap Evelyn lebih lanjut.

 

Dengan demografi pegawai yang didominasi milenial dan Gen Z, Evelyn pun harus menyesuaikan kebijakan dalam perusahaan. Dia mengungkapkan, “Cara mereka berkomunikasi sangat cepat dan straightforward, jadi mau tidak mau policy yang saya terapkan harus memenuhi kebutuhan anak muda. Sebagai leader, kita harus berpikiran terbuka dan siap menerima kritik. Jangan mencari anak muda, tetapi kebijakannya masih menggunakan hierarki yang panjang dan berbelit.”

 

Pengalamannya menangani divisi bisnis menjadi nilai tambah tersendiri. Kalau dulu Human Resources Development (HRD) selalu berada di belakang, mengurus payroll, warning letter, dan operation. Di Lazada HRD merupakan komponen penting, karena harus menempatkan talent di posisi yang tepat dengan mengetahui arah bisnis yang ingin dicapai.

 

“HR tidak hanya membicarakan headcount. HR bukan hanya sebagai chief of people happiness. Tetapi bagaimana bisa memberikan support terhadap perkembangan bisnis, dan memastikan orang yang kita tempatkan dapat mencapai objektif yang telah ditentukan,” tuturnya.

 

Cegah Burn Out

Perubahan yang cepat dalam industri e-commerce terkadang membuat tubuh dan pikiran juga cepat lelah. Oleh karena itu, Evelyn selalu mengingatkan agar selalu mindful dan menyelesaikan target yang memiliki dampak lebih besar lebih dulu.  “Tangan kita cuma dua, kepala hanya satu. Kita tidak bisa mengerjakan semua hal sekaligus,” tegas penggemar K-drama ini.

 

Burn out sering kali disebabkan tidak disiplin dalam memanfaatkan waktu. Misalnya, pada waktu istirahat, jangan gunakan untuk membalas pesan menyangkut pekerjaan. Di Lazada sendiri, waktu kerja sangat fleksibel, tidak ada clocked in maupun clocked out. Semua diharapkan bekerja sesuai tanggung jawabnya, dan bebas mengatur waktu dalam mengerjakannya. Tips lainnya yang dibagikan Evelyn adalah keinginan untuk mengembangkan skill supaya kerja lebih efektif.

 

Penting pula untuk memiliki ekosistem yang dapat membantu kita terus bertumbuh. Pilih orang pintar dan berkualitas untuk masuk ke tim, sehingga pekerjaan pun dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Begitu juga di rumah, adanya hubungan baik yang terjalin dengan sesama anggota keluarga akan mampu mendukung setiap keputusan yang diambil.