Kenali Hipertensi Paru

Bila mengalami sesak napas berkepanjangan dan pusing saat beraktivitas, kita patut waspada sebab ini merupakan salah satu gejala yang menjadi pertanda seseorang menderita hipertensi paru. Gejala umum dari penyakit ini antara lain sesak napas, biasanya terlihat ketika pasien melakukan aktivitas berat, bahkan bisa terjadi pada saat beristirahat.

“Hipertensi paru memang sulit didiagnosis pada tahap awal sebab sering tidak terdeteksi. Namun, bagi mereka yang mengalami sesak napas terus-menerus tanpa sebab yang jelas, harus segera memeriksakan kondisinya secara menyeluruh ke dokter,” jelas Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), spesialis jantung dari Rumah Sakit Harapan Kita.

Hipertensi paru adalah suatu kondisi adanya tekanan darah tinggi pada pembuluh kapiler, vena, dan arteri paru-paru. Berbeda dengan hipertensi biasa, pasien yang menderita penyakit ini biasanya sering mengalami sesak napas, pusing, dan pingsan. Hipertensi paru-paru dapat menyebabkan kondisi lebih parah yang dapat menyebabkan kemungkinan kondisi fatal, misalnya gagal jantung.

Ketika tekanan darah dalam paru-paru meningkat, jantung pasien bisa sangat menderita. Ventrikel kanan dapat menunjukan hipertrofi, sehingga jantung lebih sulit melakukan tugasnya. Hipertrofi kemudian bisa menyebabkan kondisi disebut cor pulmonale atau kegagalan ventrikel jantung kanan, area jantung yang semestinya menangani tekanan rendah. Sedangkan, ventrikel kiri bertugas untuk memompa lebih banyak darah pada area yang membutuhkan. Akibatnya, ventrikel kanan tidak dapat melakukan pemompaan lebih banyak darah pada paru-paru sehingga gagal menyimpan oksigen dalam jangka panjang.

Penting diketahui bahwa gejala hipertensi paru-paru mungkin tidak mudah terlihat selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun. Hal ini terjadi karena pasien umumnya menunda pemeriksaan ke dokter pada tahap awal. Namun, penyakit akan berkembang seiring waktu, dengan gejala yang memburuk dalam perkembangannya. Karena paru-paru tidak mendapatkan cukup oksigen, pasien juga dapat mengalami kelelahan. Upaya ekstra jantung untuk memompa darah ke paru-paru dapat mengakibatkan tekanan tidak nyaman dan sakit pada dada. Pasien hipertensi paru-paru dapat mengalami pembengkakan pada kaki. Saat penyakit semakin
berkembang, pasien dapat mengalami pembengkakan perut, maupun sianosis, yaitu kulit dan bibir dengan noda atau bintik biru disebabkan sirkulasi darah tidak tepat dalam sistem paru-paru. Jantung berdebar-debar, nafsu makan menurun, sakit perut, dan denyut nadi kencang juga dapat menjadi tanda-tanda penyakit hipertensi paru.

Selain itu, dr. Lucia Kris Dinarti SpPD SpJP ahli hipertensi paru Rumah Sakit Sardjito menuturkan konsumsi obat pelangsing juga berisiko terjangkit penyakit ini. “Obat pelangsing mengeluarkan suatu zat bernama serotonin dan pada jumlah tertentu dapat menyebabkan pembuluh darah pada paru menyempit,” tukasnya dalam diskusi publik yang bertepatan
dengan Hari Jantung Sedunia beberapa waktu lalu, bersama dengan perwakilan dari
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI).

Hipertensi paru sering berhubungan dengan penyakit jantung bawaan dan penyakit paru obstruktif kronis, serta penyakit autoimun seperti lupus. Data YHPI menyebutkan prevalensi hipertensi paru di dunia adalah satu pasien per 10.000 penduduk. Diperkirakan terdapat 25 ribu pasien di Indonesia. Penyakit ini lebih sering diderita anak-anak hingga usia dewasa
pertengahan, juga lebih sering dialami perempuan dengan perbandingan 9:1. “Karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan sejak dini terkait penyakit jantung bawaan,” jelas dr. Kris.

Namun, diagnosis dan penanganan hipertensi di Indonesia terkendala oleh minimnya alat diagnosis echocardiography, kurangnya pengetahuan terhadap penyakit ini di kalangan awam dan profesional medis, serta keterbatasan akses obat. Dari 14 jenis obat hipertensi paru, hanya ada empat macam yang tersedia di Indonesia dan satu yang ditanggung oleh BPJS. Menurut Indriani dari YHPI, pemerintah diharapkan dapat membantu para pasien hipertensi paru untuk segera memperoleh pengobatan.

“Peningkatan pemahaman dan kewaspadaan akan penyakit ini di kalangan masyarakat awam juga sangat diperlukan, agar dapat ditangani sedini mungkin sebelum memunculkan komplikasi lain yang berakibat fatal,” ujar Indriani.

 

Angie Diyya | Foto: Istimewa