Menjadi berdaya adalah cita-cita yang diinginkan setiap perempuan, tak terkecuali bagi Ling Hida. Sempat mengalami kesulitan finansial selepas berpisah dengan suaminya, perempuan yang akrab disapa Hida ini menemukan inspirasi dari keinginan untuk memenuhi kebutuhannya saat hendak berumrah. Berawal dari membuat baju untuk keperluannya selama di Tanah Suci, banyak orang yang kemudian meminta untuk dibuatkan baju serupa. Dari situlah brand Makaila Haifa bermula.
Mengambil nama kedua putrinya sebagai penyemangatnya bekerja, Hida yang sebelumnya tidak punya pengalaman di bidang mode mendirikan label pertamanya pada 2018. Ketertarikannya terhadap dunia fashion sebenarnya telah tumbuh sejak masa remaja. “Bagaimanapun, fashion adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, kondisi ini jadi krusial begitu saya dihadapkan dengan situasi sulit menjadi seorang single mom. Saya harus memikirkan mencari nafkah untuk anak-anak, sambil tetap menjaga mereka di rumah,” tuturnya tentang cikal bakal bisnis yang kini telah berdiri selama lima tahun ini.
BACA JUGA:
Inna Rossaria Auwines : Menjaga Legacy Melanjutkan Amanah
Winda Ariyani Susilo: Turut Meningkatkan Literasi di Indonesia
Tanpa modal besar, Hida memutuskan untuk berjualan pakaian buatannya secara online. Dibantu temannya sebagai model, pemotretan pun dilakukan sederhana berbekal sebuah ponsel saja, termasuk untuk konten di media sosial. Segala keterbatasan tidak menghalanginya untuk terus berusaha.
Komunitas Sebagai Pilar
Hida bersyukur dirinya dipertemukan dengan perempuan-perempuan yang menjadikannya seperti sekarang ini. Pada awal merintis bisnis modest fashion, dia tidak hanya mendapat ilmu, tetapi juga support dari teman-teman komunitas. Mulai dari mengenal apa itu modest fashion, hingga cara branding berjualan secara online. Dia pun tak pernah merasa sendirian di tengah banyaknya brand lokal di pasar Tanah Air. “Saya bergabung dengan komunitas-komunitas modest fashion. Tidak jarang ikut bazaar atau fashion show gratisan, sampai akhirnya sekarang bisa mengadakan show sendiri,” kenang Hida tentang perjalanan
awal bisnisnya.
Pesatnya pertumbuhan Makaila Haifa hingga sebesar sekarang ini pun tidak terlepas dari peran komunitas. Hida bermimpi, kalau akhirnya bisa dan mampu berdiri di kaki sendiri, dia ingin melakukan sesuatu untuk orang lain, bermanfaat untuk orang lain, terutama perempuan. Kalau belum bisa berbuat banyak, setidaknya bisa memberikan support, agar perempuan tidak merasa sendirian.
Dengan visi untuk memberdayakan perempuan, Hida dan teman-temannya berinisiatif mendirikan komunitas We Got Your Back_Id (#WGYB_ID) pada 2019. “Ada beberapa orang yang mau bergabung dan menawarkan diri apa saja yang bisa dikerjakan. Anggotanya saat ini ada di mana-mana, bahkan hingga ke Singapura. Karena setiap perempuan yang membeli produk Makaila Haifa, seperti kaus atau merchandise itu otomatis akan menjadi anggota We Got Your Back_Id,” tuturnya kepada Women’s Obsession.
BACA JUGA:
Sang Womanpreneur Multitalenta & Aktif di Dunia Sosial
dr. Widya Rahayu Arini Putri: Bangun Percaya Diri Perempuan Indonesia
Berbagai kegiatan pemberdayaan dilakukan #WGYB_ID, salah satunya mendukung perempuan yang bekerja di bidang penyedia jasa antar-jemput makanan selama pandemi. Komunitas ini juga pernah mengadakan acara melibatkan perempuan-perempuan yang bergelut sebagai tenaga kebersihan. Pada awal pandemi, melalui media sosial Instagram #WGYB_ID melakukan siaran langsung dengan beragam tema.
Women Support Women
Tidak hanya perempuan sekitar, #WGYB_ID juga berusaha membantu para perempuan pengungsi yang berada di Indonesia. Berdasarkan data United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) pada November 2021 terdapat 13.175 refugee dan sebanyak 74% adalah perempuan. Kendala bahasa dan keterbatasan skill yang dimiliki menjadikan perempuan pengungsi sulit untuk bertahan hidup selama menunggu suaka dari negara tujuan mereka.
Melalui program Talent Beyond Boundaries, UNHCR mengutamakan para pengungsi yang memiliki keahlian, sehingga lebih mudah diterima di negara ketiga. Melihat kesempatan untuk berbagi kepada yang membutuhkan, Hida pun tergerak dan memulai Mishka Project yang didanai secara swadaya. Nama proyek yang dimulai sejak tahun lalu ini berasal dari nama putri ketiga Hida, Mishka. Dia memberikan pelatihan seputar industri fashion kepada para refugee sebagai bentuk #WomenSupportWomen dibantu para profesional di bidang masing-masing. Mulai dari fashion modeling, styling, hingga choreography.
Tiga orang perempuan pengungsi berkesempatan menjadi model dan talent untuk pemotretan kampanye Mishka Project. Nazanin Jan Ali dan Freshteh Jafari dari Afghanistan, serta Um Mu’minin dari Sudan. Ketiganya pun berkesempatan melenggang dalam fashion show Indonesia Fashion Week 2022. Jafari yang akrab disapa Dilla terlibat kembali dalam fashion show koleksi terbaru Makaila Haifa bertajuk ‘Bloom’ beberapa waktu lalu.
Makaila Haifa sendiri memakai banyak buruh perempuan di Tasikmalaya yang terkena PHK saat pandemi dalam proses produksinya. Banyak di antara mereka adalah single mother yang butuh pekerjaan. “Jadi saya mempekerjakan dan membekali mereka dengan pendidikan soal fashion, agar lebih berdaya. Kualitas produk yang mereka hasilkan pun jadi lebih baik, dibuktikan dengan makin meningkatnya pesanan yang diterima Makaila Haifa,” ungkap Hida dengan bangga.
Baca artikel selengkapnya di e-magazine Women's Obsession edisi Maret 2023.