Sang Womanpreneur Multitalenta & Aktif di Dunia Sosial

Elizabeth Ariestia Melawaty Setiaatmadja, Sociopreneur - Consultant & Business Networking Expert

 

Sejak kecil Elizabeth Ariestia Melawaty Setiaatmadja yang biasa disapa Liz ini sudah memiliki cita-cita ingin menjadi seorang business woman. Seiring berjalannya waktu dia kemudian menemukan ternyata ada banyak hal disukainya dan Tuhan memberikan berbagai talenta, hingga pada suatu masa dia sempat kebingungan menentukan pilihannya dalam berkarier.

 

Dia berkata, “Dari sejak kecil sampai sekarang saya memang senang melakukan beragam hal yang bermanfaat untuk orang lain, jadi berbisnis sambil menolong sesama telah memberikan kebahagiaan tersendiri untuk saya. Orang tua saya pun selama ini kerap mengajarkan dan mencontohkan kalau kita bisa membantu orang lain, mengapa tidak dilakukan? Itulah sebabnya, menjadi seorang entrepreneur adalah pilihan yang tepat untuk saya.”

 

Ini sebenarnya merupakan jalan Tuhan yang membawa Liz hingga seperti yang sekarang. Setiap bisnis yang dia jalani, hal pertama yang menjadi prioritas adalah produknya harus berguna untuk menolong banyak orang dan sepanjang itu memang terpenuhi dia akan tertarik menekuninya.

 

BACA JUGA:

Thilagavathy Nadason: Berani Menerima Tantangan Baru

dr. Widya Rahayu Arini Putri: Bangun Percaya Diri Perempuan Indonesia

 

 

 

 

 

BERBISNIS SAMBIL MENOLONG SESAMA

Liz sempat bekerja sebagai auditor dan finansial service risk management di Ernst & Young selepas menyelesaikan pendidikan jurusan akutansi dari Macquarie University, Sidney, Australia, untuk menimba ilmu dan mencari pengalaman bekerja di perusahaan bereputasi bagus. Namun, dia kemudian jatuh sakit terkena liver, tifus, demam berdarah, karena kelelahan bekerja dan di saat yang bersamaan juga harus mempersiapkan pesta pernikahan yang menyita waktu dan pikiran. Liz kemudian berhenti bekerja dan memilih membantu bisnis sang suami yang bergerak di production house bernama Chronicles Production yang banyak menangani berbagai proyek video wedding dan company profile.

 

Setelah melahirkan anak kedua, pada 2012 dia didiagnosis terkena penyakit autoimun, sehingga Liz tidak lagi terlalu terlibat dalam bisnis production house-nya, karena harus menjalani serangkaian pengobatan terlebih dahulu. Dia tidak pernah patah semangat dan berdoa, agar Tuhan selalu menjaga dirinya tetap sehat, selalu berpikir positif, dan tidak mengeluh. Life must go on, seiring berjalannya waktu ternyata dia tidak bisa hidup hanya berdiam diri tidak melakukan apa pun dan ini malah membuat dirinya stres. Itulah sebabnya, Liz mulai melakukan pekerjaan yang tidak berat dan berusaha menjaga tubuh maupun pikirannya tidak kelelahan dan stres di tengah kesibukan dirinya beraktivitas. 

 

Setelah terbiasa beradaptasi dengan beragam kegiatan, dia kemudian diminta berperan sebagai CFO perusahaan kontraktor mining PT Pembangunan Buana Jaya milik orang tua suaminya dan sempat menjalaninya selama setahun. Meskipun, bidang tersebut bukan industri yang dikuasainya, Liz berusaha mempelajarinya dengan baik, sehingga dia bisa memahami cara kerja manajemen dari level bawah hingga atas. 

 

 

 

Salah satu produk yang harus dipakai untuk mendukung kesehatan dirinya, Liz rajin memakai underwear Easecox yang ternyata bisa mendukung staminanya tidak cepat lelah. Karena produknya bagus dan bermanfaat nyata bagi dirinya dan banyak orang, dia kemudian tertarik ikut terlibat menjalankan bisnis MLM Easecox. Pada tahun 2019 pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia, dia mendapat pangilan dan pelayanan.

 

Ketika wabah pandemi menyebar ke berbagai daerah di Tanah Air pada tahun 2020, Alat Pelindung Diri (APD) menjadi salah satu produk yang dicari banyak orang baik para dokter dan berbagai rumah sakit. Saat itu harga satu APD sangat mahal sekitar Rp150.000 dan Liz pun terinspirasi mencoba mencari cara, agar bisa memproduksi APD dengan harga lebih terjangkau.

 

“Saya bersyukur bisa bertemu dengan teman-teman yang memiliki pabrik garmen dan berhasil membuat APD dengan biaya Rp55.000. Saya kemudian menjualnya dengan harga modal, karena niat awalnya adalah untuk menolong masyarakat yang membutuhkan dan membuat video khusus dengan menyelipkan nomor handphone untuk pemesanannya. Tak disangka ini menjadi viral dalam waktu dua minggu saya dihubungi ribuan orang dari para donatur yang mau menyumbang APD, para dokter, banyak rumah sakit, dan lain sebagainya. Kami bersyukur akhirnya bisa membuat 365.000 APD pesanan dari berbagai daerah Sabang sampai Merauke,” papar perempuan berusia 38 tahun ini dengan nada bahagia.

 

 

 

Kegiatan ini pun berjalan selama tiga bulan dan menjadi bagian dari aksi sosial Liz dan pihak garmen jadi terbantukan bisa kembali aktif beroperasi di tengah pandemi dan para pegawainya bisa bekerja, bahkan mendapatkan THR. Itulah sebabnya, kapan pun dia membutuhkan APD pihak garmen akan siap membantu dan kerja sama kemudian berlanjut untuk pembuatan masker. Peluang binis pada akhirnya akan datang sendirinya, hingga sekarang bisnis masker Liz bernama CareMax dan kalung air purifier Aviair tetap dijalaninya dengan penuh semangat.

 

Dalam berbisnis, putri pertama CEO BCA Jahja Setiaatmadja ini memang lebih memilih produk yang tengah dibutuhkan atau happening. Liz melanjutkan, “Tapi, bukan berarti saya aji mumpung, namun lebih tepatnya karena saya ingin berbuat sesuatu membantu apa yang tengah dibutuhkan masyarakat. Contohnya, pada saat pandemi tidak hanya masker yang langka dicari orang, tapi juga tes antigen dan PCR. Saya bersama teman-teman kemudian tertarik membuka usaha tersebut dan banyak orang akhirnya terbantukan. Kami pun menyadari sejak awal bisnis ini tidak akan berjalan panjang dan ketika pandemi melandai di Juni lalu, dengan tidak menyesal kami menutup usaha ini.”

 

TERBUKA DALAM BERAGAM USAHA

Perempuan yang juga dikenal sebagai coach dan motivator ini memang senang mengeksplorasi dan belajar sesuatu hal yang baru, termasuk dari sisi berbisnis. Dirinya selalu terbuka dengan berbagai ekspansi bisnis, tak hanya di bidang kesehatan, tapi juga beauty, F&B, hingga agrikultur.

 

 

 

Dalam hal makanan Liz tidak mau menjual yang hanya terasa enak di lidah, tapi harus bermanfaat untuk kesehatan tubuh. “Kebetulan saya suka sekali makanan Jepang seperti sushi, lalu terinspirasi ingin memiliki usaha makanan, tapi tidak harus dalam bentuk fisik restoran besar. Karena prinsip saya low risk high return, ada teman mengajak jualan sushi platter berbagai ukuran bernama Sushimoo yang konsepnya lebih ke online dengan sistem Grab & Go, saya pun tertarik menjalankan usaha ini,” ungkap Liz. Selain bisa dipesan secara online, counter Sushimoo bisa ditemui di Sunter dan Tebet, lalu karena lebih menyasar area perkantoran di bulan November ini Sushimoo hadir di Graha BIP dan Wisma GKBI.

 

Dengan banyaknya produk yang didistribusikan, Liz lalu membuat online store bernama Belle Couture yang menjual produk health & beauty, mulai dari personal care Aviair, masker anti-virus CareMax, Naturica, Jansens dan ke depan akan merambah ke healthy snack. Meskipun akhir-akhir ini Liz sedang fokus ke bisnis masker CareMax anti-virus sebagai sumber utama pemasukan perusahaan.

 

“Namun, kalau ada customer yang memiliki usaha salon membutuhkan peralatan salon bisa order ke sini. Jadi, saya cenderung menjadi partner dari berbagai usaha yang memiliki produk-produk bagus, karena sudah ada jaringannya tinggal dipasarkan secara online dan offline sesuai target pembelinya. Yang penting jenis barangnya lebih ke arah beauty dan kesehatan sesuai dengan kebutuhan zaman now dengan konsep online store yang dijual secara B2B. Produk kami ada di mana-mana, tapi memang tidak ada toko khusus dan masuk ke Alfamart, Indomaret, dan korporasi,” ujar Liz yang juga kebetulan adalah seorang Business Strategic Thinker dan Networking Expert.

 

 

 

Tak heran dia pun tergabung dalam komunitas pengusaha bernama Business Network International (BNI) yang memiliki konsep saling berkolaborasi bukan bersaing. Dengan persyaratan menarik dalam satu chapter tidak boleh ada pengusaha yang bergabung dengan bisnis yang sama. Memiliki member lebih dari 300.000 yang berasal lebih dari 76 negara, Liz merasa ini adalah komunitas yang sehat dan menyenangkan, karena berbicara apa saja para anggotanya bisa saling memahami. Karena network sudah banyak dia bisa menjadi connector people dari berbagai kalangan baik urusan bisnis maupun aktivitas sosial.

 

Berbicara mengenai perkembangan bisnis rumah produksinya, Chronicles Production, selain meneruskan program YouTube Journaliz, dia berencana akan mengarap webseries dan membuat dua program YouTube. “Pertama mengenai UMKM, lalu kedua tentang Expert Channel dengan salah host-nya saya sendiri. Jadi, selain menjadi business women saya juga diminta untuk menolong mempersiapkan bisnis-bisnis baru. Misalnya, ada orang yang sudah pensiun atau karyawan merasa bingung dalam memilih usaha, saya akan membantu coaching sebagai expert yang mempunyai pengalaman dalam berbagai jenis bisnis. Saya akan menjadi mentor dan memberikan bimbingan secara lengkap sampai usahanya jadi,” lanjutnya dengan nada bersemangat.

 

BACA JUGA:

Fifi Aleyda Yahya: Menembus Batas Jurnalisme

Rudy Project Indonesia Bangkit Semakin Tangguh

 

 

TANTANGAN DALAM BERBISNIS

Setiap usaha tentunya memiliki lika-liku dan perjalanannya masing-masing yang tidak selamanya berjalan mulus. Ditanya mengenai tantangan yang dihadapinya dalam berbisnis selama ini? Liz menjawab, “Adakalanya usaha saya tidak didukung oleh suami, namun buat saya yang penting selama sifatnya membantu orang saya akan memperjuangkan. Saya bersyukur  setelah pandemi dia sangat mendukung apa pun yang saya kerjakan dan bisa kembali bekerja sama dengannya di berbagai bisnis kami. Seperti di Chronicles Production saya membantu membuat berbagai program YouTube, tampil sebagai host, dan suami saya bertanggung jawab atas berbagai hal yang sifatnya di belakang layar.”

 

Selain itu tantangan lainnya adalah time management, mengingat ada banyak yang harus dia kerjakan dari bisnisnya yang beragam, mengurus anak-anak, komunitas, pelayanan gereja, dan lain sebagainya. Meskipun tidak mudah, dia berusaha mengatur jadwal dengan sebaiknya-baiknya, agar semua bisa berjalan lancar.

 

 

 

Melihat peluang bisnis ke depan dan banyak orang merasa pesimis, akibat adanya pelemahan ekonomi setelah pandemi dan perang Rusia - Ukraina. Liz berpendapat, “Di situasi apa pun pasti tetap saja ada peluang usaha yang bisa kita jajaki dan dibutuhkan masyarakat. Itulah sebabnya, kita harus tetap optimis perekonomian bangsa mesti terus melaju dan saya melihat bidang agrikultur adalah salah satu bisnis yang sangat menjanjikan. Saya sendiri merasa tidak lengkap jika tidak berinvestasi di sektor pertanian dan tertarik menjalaninya, paling tidak kita bisa memiliki kebun sendiri.”

 

Di zaman yang tidak menentu sekarang ini Liz selalu mengandalkan kekuatan Tuhan untuk menjaga segala usaha dan keinginannya menolong sesama, agar bisa dipermudah dan dilancarkan. Ketika ada masalah, selain berdoa, dia juga tak sungkan-sungkan meminta advice kepada ayahnya dan mencari jalan keluar terbaik bersama-sama. Dia tidak mau mengeluh dan memandang setiap permasalahan justru akan mengasah dan menjadikan dirinya lebih baik ke depannya, serta tetap optimis bisa menjalani tahun 2023 dengan sebaiknya-baiknya.

 

Elly S | Foto Fikar A/Dok. Pribadi