Menyambut pemilihan umum 2024, anggota DPD RI Fahira Idris kembali mendaftar sebagai calon legislatif untuk ketiga kalinya. Kepada Women's Obsession putri sulung Fahmi Idris ini menceritakan persiapannya. Selain melakukan konsolidasi internal, Fahira dan tim relawannya juga sedang merancang strategi kampanye yang efektif dan efisien, tetapi berdampak luas saat tahapan kampanye dimulai.
Dia pun sudah menyiapkan sekitar 12 program yang dirangkumnya dalam sebuah visi ‘Jakarta Kota Kolaborasi yang Berseri (Berkeadilan, Sejahtera Dan Manusiawi)’. Salah satunya adalah melanjutkan Rumah Aspirasi Fahira Idris untuk mengoptimalisasi penyerapan aspirasi warga Jakarta untuk diperjuangkan di level provinsi dan tingkat nasional. Tak hanya secara fisik, wadah ini juga hadir dalam platform digital, sehingga masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya setiap saat.
Baca Juga:
Srikandi Jakarta 2023: Terus Bergerak untuk Jakarta
Sufintri Rahayu: Menggeluti Dunia Komunikasi dengan Passion
“Rumah Aspirasi Fahira Idris adalah ruang kolaborasi. Siapa saja, komunitas apa saja, silakan mengadakan kegiatan yang positif di sini. Alhamdulilah setelah dua tahun lebih kegiatan tatap muka dibatasi akibat pandemi, kini Rumah Aspirasi Fahira Idris mulai menggeliat kembali dengan berbagai kegiatan,” ungkap Fahira.
Selain disibukkan dengan persiapan kampanye, perempuan yang aktif di berbagai organisasi sosial ini juga tengah berfokus pada masalah stunting, terutama soal disparitas angka stunting antarprovinsi. Saat ini, masih terjadi disparitas yang lebar antarprovinsi (di beberapa provinsi, prevalensi stunting balita masih berada di atas 30%) serta rata-rata penurunan relatif lambat menjadi tantangan dalam kerangka percepatan penurunan stunting menjadi 14% pada 2024.
Dia menuturkan, “Saya berharap target penurunan ini bisa tercapai. Penting bagi Pemerintah untuk segera melakukan berbagai terobosan untuk percepatan penurunan stunting menjadi 14% pada 2024 sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024. Saya minta dipastikan kembali tiga prasyarat pendukung penurunan stunting, yaitu komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor serta kapasitas untuk melaksanakan percepatan penurunan stunting, semuanya sudah terpenuhi dan berjalan dengan baik.”
Aktif sebagai aktivis perlindungan perempuan dan anak, dia tidak hanya berusaha menekan angka stunting, tetapi juga menyoroti target pemerintah untuk menghapus atau nol persen kemiskinan ekstrem di Indonesia pada tahun 2024. Menurutnya, intensitas dan beragam program perlindungan sosial yang digelar pemerintah selama pandemi bisa menjadi bahan evaluasi yang efektif untuk mereformasi sistem perlindungan sosial.
Selain masih terfragmentasi, program perlindungan sosial juga masih belum inklusif dan tepat sasaran, karena masih terdapat masyarakat yang paling rentan, sering kali masih tereksklusi. Tidak hanya itu, untuk menghapus kemiskinan diperlukan integrasi erat antara regulasi, kebijakan, anggaran, termasuk institusi pelaksana perlindungan sosial, agar terjalin kolaborasi berkelanjutan. Di sisi lain, Fahira juga memiliki banyak harapan untuk kota kelahirannya ini.
Dia mengatakan, “Pertama, mari kita menguatkan kembali kolaborasi dengan menjadikan warga sebagai kreator pembangunan di Jakarta untuk mewujudkan Jakarta yang berkeadilan, sejahtera dan manusiawi. Kedua, mari kita dorong terus open government (transparansi, partisipasi, dan kolaborasi) semua program pembangunan di Jakarta. Terakhir, mari kita dorong terus agar semua sumber daya yang ada di Jakarta dinikmati semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.”