Titimangsa Bawa Ariyah dari Jembatan Ancol ke Panggung Teater

Membawakan nuansa berbeda, Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation kembali hadir mempersembahkan sebuah pementasan teater bertajuk ‘Ariyah dari Jembatan Ancol’. Pementasan ini mengangkat legenda urban ‘Si Manis Jembatan Ancol’ yang sudah ada sejak abad ke-19.

 

Beredar berabad abad di sekitar masyarakat Jakarta, kisah ini memiliki berbagai versi yang berkembang tentang awal mula munculnya Si Manis Jembatan Ancol. Namun, dari semua cerita yang ada terdapat satu kesamaan, yakni tokoh utama dalam cerita, Ariyah.

 

 

Baca Juga:

Musikal Ken Dedes Akan Kembali Dipentaskan

Nagita Slavina, Gabriel Prince, Hingga Shin Tae Yong Ramai Coba Susu Korea Viral

 

 

Melalui pementasan ini, penonton akan merasakan atmosfer yang mencekam dan mengenal lebih dekat sosok ikonik dari legenda urban yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

 

“Pertunjukan ini bukan hanya menggembirakan, namun juga menegangkan. Ini pertama kalinya kami membuat sebuah pertunjukan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kami ingin mencoba dan menawarkan sesuatu yang baru. Selama ini, sastra sering dimunculkan sebagai teks di atas panggung, kali ini sastra dihadirkan dengan kuat sebagai peristiwa.

 

Kalau biasanya menonton film horor itu sangat menegangkan, bayangkan bagaimana hal itu diwujudkan di atas panggung. Tidak hanya memberikan pengalaman batin, namun juga sensasi yang diterima oleh indera penglihatan, pendengaran, dan aroma yang dimunculkan di area pertunjukan,” ungkap Happy Salma selaku produser pementasan.

 

Tidak main-main, Happy menggandeng sederet nama besar untuk terlibat, di antaranya Chelsea Islan, Mikha Tambayong, Ario Bayu, Gusty Pratama, dan lain-lain.

 

 

 

 

Dibawakan dengan dua latar tahun yang berbeda, pementasan ini diawali tahun 1817-an ketika Ariyah, seorang wanita muda dijadikan jaminan hutang ibunya kepada Juragan Tambas. Namun, ketika mereka tidak bisa membayar hutang, Ariyah terpaksa menjadi istri muda si Juragan.

 

Hal ini mendapat pemberontakan dari kekasihnya, Karim, yang akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya. Mayat Ariyah dibuang dari Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya. Ariyah yang tidak pernah merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Dia juga gentayangan karena, tak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.

 

Di masa kini (2023), Ariyah yang gentayangan bertemu bersama dengan Yulia, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam akan menyita rumah mereka. Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian.

 

Selain menonton pertunjukan utama, akan diadakan pula diskusi tentang demonisasi perempuan dalam kisah horor di Indonesia, backstage tour, serta meet & greet bersama para pemain ‘Ariyah dari Jembatan Ancol’.