Kiprah Endang Suraningsih sebagai profesional dimulai sejak menjadi Kepala Assessment Centre LPP Yogyakarta pada 1997, hingga kini menduduki posisi direktur human capital PT Biofarma (Persero). Pengalamannya berkarier juga bukan hanya terbatas pada SDM, tetapi juga mencakup pemasaran hingga manajemen aset. Dia mengakui sebagai seorang perempuan tantangan yang dihadapi dalam menduduki top level manajemen perusahaan adalah adanya fenomena glass ceiling. Yakni fenomena ketika karyawan perempuan memiliki kesempatan menempati posisi tertinggi dalam struktur organisasi, tetapi di luar alasan kualifikasi, mereka tidak mampu mendapatkan posisi tersebut.
Selain itu, Work-Home Balance juga menjadi salah satu hambatan bagi kebanyakan perempuan dalam berkarier. Stereotip perempuan yang lekat dengan urusan domestik rumah tangga dan keluarga, sehingga dianggap kurang mampu untuk bersaing memberikan kontribusi kepada perusahaan, apalagi hingga level eksekutif.
Namun, di Biofarma sendiri budaya kesetaraan gender telah diterapkan dalam segala aspek, tidak terkecuali pada pengembangan karier. Perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam mengembangkan karier, remunerasi, dan benefit yang setara, serta mendapatkan rasa aman dan nyaman dalam bekerja. “Hal ini didukung pula dengan diterapkannya peraturan mengenai Respectful Workplace di Biofarma Group, yang menjunjung tinggi Diversity, Equity & Inclusion (DEI) dan juga menciptakan serta membangun lingkungan kerja yang saling menghargai, bebas dari diskriminasi, kekerasan, maupun pelecehan dalam bentuk apa pun,” urainya dengan tegas.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Eva Chairunnisa: Fleksibel dan Berempati dalam Memimpin
Kartini Inspiratif 2024 | Irma Gamal Sinurat: Lestarikan Budaya dan Berdayakan Perempuan
Mendorong kepercayaan diri perempuan dalam berkarier dan memimpin perubahan merupakan salah satu filosofi Kartini yang Endang jadikan teladan. Terutama di era digital seperti saat ini, perempuan bisa bekerja dengan berbagai bentuk dan cara beragam. Perempuan terdorong melawan stereotip melalui prestasi dalam ranah profesional kerja, mengembangkan potensi dalam diri. Berkarier bukan sekadar mencari uang dan perekonomian, namun menjadi teladan dan menjalankan hak asasi setiap orang.
“Dari pengamatan saya, ketika perempuan memimpin, mereka cenderung lebih fokus pada delivery, detailing strategi operasional atau yang dikenal dengan driving execution. Saya juga percaya perempuan cenderung memiliki performa yang lebih baik pada situasi krisis, seperti saat pandemi dibandingkan dengan pria,” ujarnya bersemangat.
Menjadi bagian dari Srikandi BUMN, khususnya melalui Bidang II Pendidikan dan Pengembangan, Endang bersama rekan-rekannya telah menginisiasi terlaksananya Women Leadership Development Program bagi para pemimpin perempuan di BUMN melalui dua program unggulan. Pertama, Asian Women Leadership Program (AWLP) yang ditujukan untuk memperkecil competency gap, sekaligus meningkatkan networking talenta perempuan terpilih di BUMN. Kedua, Women Development in Career (WONDER), yaitu coaching for career talenta perempuan terpilih, dengan sistem cross coaching.
Endang juga melihat karakteristik unggulan perempuan dalam wastra Nusantara yang sarat akan makna budaya, seperti batik. “Bagi saya, wastra Nusantara terutama batik memiliki arti lebih dari sekadar kain tradisional. Terkandung filosofi dalam pola batik yang merupakan harapan dan doa-doa. Batik adalah warisan budaya Indonesia yang menjadi identitas kepribadian bangsa, dan terlebih mayoritas perempuanlah yang terlibat dalam proses pembuatannya,” tuturnya mengenai dedikasi dan kontribusi perempuan dalam usaha pelestarian budaya tersebut.
Mengakhiri bincang-bincang dengan Women’s Obsession, Endang berharap seluruh perempuan Indonesia menjadi perempuan yang cerdas, mandiri, serta berjiwa tangguh, seperti sosok Ibu Kartini. Perempuan pintar akan melahirkan generasi penerus yang cerdas. Sedangkan perempuan mandiri akan mampu mengambil kendali atas hidup mereka sendiri tanpa bergantung kepada orang lain, dan lebih memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri.