Beralih haluan dari pekerja profesional menjadi entrepreneur bukanlah keputusan yang diambil Ida Agrina Surjomihardjo dengan mudah. Sebelumnya bekerja sebagai R&D Division Head di PT Muliakeramik Indahraya, Ida pun bertekad menjajal keberuntungannya dengan mendirikan perusahaan sendiri.
Namun, usaha terlama yang ditekuninya hingga sekarang adalah sebagai business partner Batik Chic Red Surabaya. Perkenalannya dengan brand batik lokal ini bermula dari ajakan sang adik untuk melihat-lihat baju batik di galeri Batik Chic Kemang.
Tak butuh waktu lama baginya untuk kemudian menjadi pelanggan tetap. Dia merasa cocok dengan potongan pakaian yang tersedia di galeri tersebut yang menurutnya tidak membosankan dan memberikan nuansa wastra Nusantara yang kental dengan budaya bangsa Indonesia.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Sri Sundari Kencana Ayu : Perempuan Berkarya Perempuan Berdaya
Kartini Inspiratif 2024 | Vera Arisandi Hasan : Wadahi Perempuan Belajar
Dari pelanggan menjadi teman karib, keakraban Ida dengan sang pemilik sekaligus desainer Batik Chic, Novita Yunus, membuatnya ditawari kesempatan untuk bekerja sama mengembangkan brand tersebut di luar Jakarta.
“Waktu itu Novita memilih Surabaya, karena sebagai kota besar kedua setelah Jakarta, merupakan pasar potensial yang belum tergarap. Dia memiliki satu misi, agar batik dapat dicintai di dalam negeri, tidak kalah dengan merek-merek dari luar yang telah mendunia,” kenang Ida akan awal mula menjadi rekanan bisnis Batik Chic.
Dia mengakui perjuangan pada tahun-tahun awal Batik Chic di Surabaya tidaklah mudah. Meskipun telah memiliki beberapa pelanggan, namun belum banyak yang mengenal Batik Chic. Menyediakan busana untuk perempuan usia matang, target market mereka adalah kalangan menengah ke atas.
“Kami harus bekerja ekstra keras dengan tim kecil. Target market kami sebenarnya cukup besar, tantangannya kami harus memperkenalkan bahwa produk made in Indonesia tidak kalah bagus dengan barang branded dari mancanegara. Selain mencari profit, kami juga ingin menyebarkan virus untuk menumbuhkan cinta pada wastra Indonesia. Sayangnya, keuntungan pada lima tahun pertama hanya cukup untuk menutupi biaya operasional. Kami bahkan sempat harus pindah dari gedung yang berada di daerah elit Gubeng, karena kondisi yang belum memberikan banyak keuntungan. Sampai akhirnya kami berlabuh ke galeri batik di Hotel Bumi Surabaya,” lanjut Ida.
Perempuan lulusan Chemical Engineering Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta ini berusaha memperluas pasar dengan menggunakan koneksi pertemanan. Lambat laun, Batik Chic pun mulai menemukan pelanggan loyalnya di Kota Pahlawan ini.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Sorta Marggretha : Dampingi Suami Mengabdi pada Negeri
Kartini Inspiratif 2024 | Mariani Solihah: Lead by Example dan Selalu Beri Dukungan
Dia menyampaikan hal itu tidak terlepas dari peranan Novi yang juga merupakan creative director Batik Chic. Mulai dari acara peluncuran besar-besaran, lalu ikut serta dalam berbagai event fashion, pameran, hingga mengadakan beragam acara untuk meningkatkan brand awareness yang mengundang tokoh-tokoh penting setempat.
Ida juga memanfaatkan digitalisasi dan membangun bisnis secara online dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, hingga WhatsApp. Itulah sebabnya, perempuan yang hobi menari tarian Bali di waktu senggangnya ini tak lelah mengajak para perempuan pelaku UMKM untuk terus belajar dan mengembangkan diri dengan menguasai teknologi. Seperti kata Kartini, ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’, masa depan yang cerah tidak akan berhasil diraih, jika kita hanya berpangku tangan.