Menjadikan keluarga sebagai prioritas, Hera Handayani berhenti dari posisinya sebagai Asia Pacific Knowledge Manager di Arthur Andersen Business Consultant untuk membesarkan ketiga buah hatinya. Setelah mereka cukup besar dan memasuki usia sekolah, barulah dia meminta izin untuk kembali bekerja.
Di sela kesibukannya mengurus rumah tangga, dia menyempatkan diri mengambil program magister. Seusai menjadi pengajar di Magister Manajemen Universitas Indonesia, lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memutuskan untuk kembali ke almamaternya dan menerima amanah sebagai direktur pengembangan Letmi ITB.
Ingin memperluas pengetahuannya, Hera pun mengambil sertifikasi sebagai Wakil Manajer Investasi. Dia kemudian dipercaya sebagai direktur pengembangan di Quant Kapital Investama sebelum akhirnya berlabuh di Elnusa hingga sekarang. “Waktu itu memutuskan melamar ke Elnusa, selain memang bermimpi bisa bekerja di perusahaan bonafide, juga agar bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan anak-anak, karena lokasinya dekat sekali dengan rumah,” kenang Hera.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Mariani Solihah: Lead by Example dan Selalu Beri Dukungan
Kartini Inspiratif 2024 | Sorta Marggretha : Dampingi Suami Mengabdi pada Negeri
Bertanggung jawab sebagai direktur umum dan SDM, dia mengaku perannya saat ini lebih pada mengarahkan dan mengembangkan tim supaya bisa lebih baik lagi, sekaligus menciptakan para leader yang akan menjadi penerus nantinya. Dia mengatakan, “Goals-nya untuk memastikan produktivitas karyawan melalui berbagai inisiatif dan business continuity dengan memastikan kesiapan suksesor.”
Meskipun kesehariannya disibukkan dengan pekerjaan dan keluarga, Hera tetap berusaha meluangkan waktu untuk berkontribusi bagi lingkungan. Bekerja di industri oil & gas, membuatnya sadar tentang dampak yang terjadi pada lingkungan. Melalui organisasi Bintang Ungu yang didirikan pada 2020, Hera bersama teman-temannya berusaha mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SDG) di Tanah Air. Mulai dari membagikan sembako saat pandemi Covid-19, menanam pohon-pohon di hutan, mengadakan pameran hasil karya anak-anak penderita Autis, hingga membangun sekolah di daerah terpencil. Area cakupannya juga cukup luas, dari Jakarta, Solo, Kalimantan, sampai Nusa Tenggara Timur.
“Awalnya, dari obrolan di Twitter saat pandemi, ternyata banyak perempuan sepemikiran ingin berbuat sesuatu. Dari aksi-aksi kecil dan jumlah anggota yang terbatas, sekarang kami sudah berkembang cukup besar. Latar belakang anggota pun kini kian beragam,” ungkap perempuan yang hobi membaca ini.
Sejalan dengan pemikiran Kartini yang ingin memajukan kaumnya melalui pendidikan, Bintang Ungu juga fokus pada perbaikan pendidikan untuk anak usia dini. Saat ini, organisasi telah berhasil membangun lima sekolah gratis di Cilincing, Jakarta, dan di Depok, Jawa Barat, yang muridnya anak kaum marginal di sekitar. Targetnya tidak hanya mengajarkan baca tulis saja, tetapi juga tentang mental health.
BACA JUGA:
Kartini Inspiratif 2024 | Vera Arisandi Hasan : Wadahi Perempuan Belajar
Kartini Inspiratif 2024 | Sri Sundari Kencana Ayu : Perempuan Berkarya Perempuan Berdaya
Hera menuturkan, “Anak-anak yang terpapar media sedari kecil seringkali jadi kurang adaptif dan cenderung mudah depresi, karena kurangnya penghargaan atas diri sendiri dan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Kami juga mendorong keterlibatan orang tua dari hal kecil, seperti memberikan pelukan kepada anak setiap hari sebagai tanda kasih sayang. Manfaatnya tidak hanya untuk anak, tetapi orang tua, terutama ibu, juga akan merasa dicintai saat anak balas memeluk.”
Bicara tentang wastra nusantara, penyuka batik modern ini tidak hanya menyenangi dari segi motif dan pewarnaannya saja, tetapi juga dari cerita di baliknya maupun simbol-simbol yang ditampilkan. Memakai wastra dalam keseharian juga sering dilakukan beberapa komunitas dan gerakan sosial yang peduli dengan budaya Indonesia, seperti Selasa Berkebaya misalnya.
Menutup pembicaraan dengan Women’s Obsession, Hera menyampaikan, “Moto saya adalah big dream, big impact. Jadi, kita harus selalu mempunyai mimpi, kalau tidak hanya akan terjebak pada rutinitas, seperti pergi kerja setiap hari, jalan-jalan di akhir pekan, dan terjadi berulang-ulang. Sama seperti Kartini, kita pun harus berani bermimpi, karena dengan bermimpi kita pasti akan berusaha mewujudkannya!”