Orang Miskin Pun Dibebankan

Lakon ‘Penagih Utang’ menjadi pertunjukan teater penutup di tahun 2019 dari rangkaian persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation, Indonesia Kita, dan Kayan Production. Diperankan oleh Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Inaya Wahid, dan kawan-kawan, drama kali ini dikemas dengan mengusung tema sosial secara apik.

 

Lakon penagih utang mengisahkan sebuah negara yang terlilit utang sangat besar. Sayangnya, negara tersebut tidak mampu membayar utang-utangnya. Satusatunya jalan dipilih adalah melibatkan warga negaranya untuk wajib ikut meringankan beban negara. Setiap warga negara yang masih dianggap kaya dan memiliki aset berharga, maka hartanya akan disita oleh negara dan digunakan untuk membayar hutang.

 

Baca Juga:

Mempertaruhkan Kejujuran dan Moralitas

Jajaki Berbagai Instalasi Seni

 

Melihat situasi tersebut, banyak orang kaya yang memilih untuk menjadi miskin, agar hartanya tidak diambil. Masyarakat kemudian membangkrutkan usaha dan bisnis mereka. Semuanya lebih memilih hidup sebagai gelandangan atau menjadi pengemis, agar tidak terlibat pelunasan hutang negara. Di masa tersebut, memiliki tampilan berantakan dan terlihat miskin malah menjadi tren baru.

 

Sayangnya, para petinggi di negara tersebut tidak lantas kehilangan akal. Orang-orang yang hidup menggelandang juga dikenakan denda, karena termasuk warga negara. Jika tidak mampu membayar, akan dianggap memiliki utang kepada negara. Mereka pun harus tetap membayar denda tidak peduli dengan cara apa pun. Utang harus dicicil sedikit demi sedikit, atau melalui sistem kredit dengan bunga yang tak tanggung-tanggung.

 

Di sanalah mulai terlihat siapa yang berada di belakang kejadian miskin masal tersebut. Ada sosok-sosok tidak terlihat yang mengambil keuntungan dari memiskinkan warga negaranya. Saat keadaan mulai runyam, tiba-tiba muncul sebuah partai. Partai Pengemis Nasional yang beranggotakan seluruh orang miskin di negara tersebut.

 

Partai ini kemudian mengadakan kongres besar dan mengundang semua pengemis, gelandangan, danorang-orang miskin di sana. Hasil kongres tersebutlah yang akhirnya menghadirkan tim ‘Pemburu Utang’. Tugasnya adalah mengambil dan menyita apa pun barang berharga yang masih tersisa saat itu. Sayangnya, dalam proses pencarian dan penyitaan, Pemburu Utang malah mengambil barang-barang jelek.