Setelah berhasil membesarkan brand Samsung di Indonesia dan bekerja di sana sejak 28 tahun lalu, saat perusahaan ini masih kalah tenar dengan Nokia, Sony, dan Panasonic, Lee Kang-Hyung mantan Vice President Samsung Electronics Indonesia kemudian mendapat tantangan kedua. Dia dibajak untuk pindah ke perusahaan otomotif asal Negeri Gingseng, dengan jabatan Vice President/Chief Operation Officer Hyundai Motor Asia Pacific Head Quarter. Setelah mempertimbangkan dengan cukup matang selama delapan bulan dia pun akhirnya menerima tawaran menantang tersebut.
Seraya tertawa Lee berkata, ”Kepindahan saya ini sempat menjadi hot issue baik di kalangan teman orang Korea maupun Indonesia. Mengingat saya adalah orang lama dan sudah menjadi simbol Samsung yang turut berkontribusi membesarkan namanya menjadi nomor satu di sini. Di dunia ada dua brand terkenal dari Korea, yaitu Samsung Electronics dan Hyundai Motor. Namun, di sini selama 20 tahun beroperasi Hyundai Motor masih kurang terdengar gaungnya. Baik dari sisi brand, service, dan harganya yang masih belum sekompetitif mobil asal Jepang.”
SERIUS MENGGARAP PASAR INDONESIA
Sejak tiga tahun lalu Hyundai Motor mulai mempertimbangkan investasi yang cukup besar di sini, agar bisa meraih pasar minat konsumen. Market Indonesia dan pasar ekspor pun memang telah menarik perhatian pihak Hyundai Motor pusat. Sebagai orang Korea Lee sudah cukup mahfum akan budaya, kebiasaan masyarakat kita, dan sangat lancar berbahasa Indonesia. “Saya akhirnya ingin mempersembahkan kemampuan yang saya miliki untuk Hyundai Motor, agar bisa lebih dekat dan diminati masyarakat. Mengingat perusahaan mobil tersebut kepopulerannya di dunia masuk peringkat nomor lima dalam bidang otomotif dan sudah masuk ke era mobil listrik bertenaga hidrogen. Inilah saatyang tepat menjadi momentum bagi Hyundai untuk serius ‘berbenah diri’ di sini,” lanjutnya dengan optimis.
Investasi Hyundai Motor senilai US$1,55 miliar akan ditanamkan hingga tahun 2030, termasuk untuk biaya operasional dan pengembangan produk. Fasilitas manufaktur di Bekasi ini dimulai dibangun pada Desember 2019 dan diharapkan bisa memulai produksi komersial pada pertengahan tahun 2021. Direncanakan yang dibuat adalah Mobil SUV kompak, MPV kompak, dan mobil sedan yang sedang dirancang khusus untuk pelanggan di pasar Asia Tenggara. Digabungkan dengan fasilitas untuk stamping, pengelasan, pengecatan, dan perakitan. Hyundai Motor juga tengah menjajaki produksi electric vehicle (EV) kelas dunia di pabrik ini. Demi berkomitmen untuk membantu mengembangkan ekosistem EV Indonesia berkontribusi pada kualitas hidup masyarakat melalui kepimpinannya dalam teknologi mobilitas bersih.
Selain itu, inovasi terbaru Hyundai dengan konsep mobil terbang yang memanfaatkan ruang udara demi mengurangi kemacetan lalu lintas telah menarik perhatian masyarakat dunia. “Selain itu, dengan adanya manufacturer dan sales company sendiri di sini, urusan spare part maupun servis mobil pascajual akan bisa dilakukan dengan baik. Kami kini tengah mencari dealer-dealer mobil yang juga mempunyai service pascajual,” tambah pria yang beristri orang Indonesia dengan dua putra ini serius. Untuk urusan mobil listrik sendiri, Hyundai Motor sudah melakukan kerja sama dengan pihak Grab di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 Internasional. Walaupun baru konsumen tertentu yang bisa menikmatinya, feedback-nya mereka merasakan kenyamanan dengan desain mobil yang lebih istimewa. Memang harganya lebih mahal daripada online taxi biasa, namun karena ada kelebihannya layanan ini sudah diterima dengan baik oleh para pengguna.
MENJADI LEADER YANG BAIK
Dalam menjadi leader, Lee berusaha maksimal untuk isa mengarahkan tim dengan baik dan benar, agar mereka mengikuti sekaligus percaya akan arahannya. “Termasuk saat memutuskan hal-hal penting, menurut saya kecepatan mengambil keputusan tepat adalah hal yang utama harus dilakukan. Jadi, tidak boleh telat atau terlalu lama. Kemudian, kalau ada karyawan atau anggota keluarganya yang sakit, kita harus memberikan perhatian,” paparnya penuh perhatian.
Menurutnya, orang Indonesia bisa saja menjadi leader atau CEO di kampung halamannya asalkan mau berusaha keras berkompetisi, mempelajari bahasa maupun budaya Korea Selatan serta menerima perbedaan budaya setempat. Dunia IT di Korea Selatan sudah begitu maju dan orang Indonesia bisa banyak belajar di negeri tersebut. Dia berpendapat, “Karena alam di negara kami ada empat musim dan tidak ada hasil bumi yang sebegitu banyak seperti Indonesia, membuat orang Korea serius fighting dalam menjalankan kehidupan. Termasuk pekerjaan, banyak orang memiliki kemampuan multitasking dan ini menjadi tantangan paling besar bagi para pekerja Indonesia.”
Namun, seiring berjalannya waktu, para milenial Indonesia juga sudah mengalami perubahan, dalam bekerja mereka tidak lagi santai dan makin lama tidak beda jauh dengan pekerja negara lain. Ketika ditanya seperti apakah stress management yang biasa dia lakukan saat tengah dilanda stres? Sembari tersenyum Lee mengatakan untuk meredakannya dia suka mendengarkan musik Korea, namun bukan aliran K-Pop. “Saya kan, dari generasi yang lebih tua, jadi berbeda jenis musik kesukaannya. Selain itu, saya senang main golf dan gym di saat makan siang. Saya tidak pernah menjalani makan siang, karena malam hari biasanya suka ada dinner, baik itu urusan pekerjaan, pertemanan maupun acara makan malam keluarga. Hal ini sudah saya lakukan selama 20 tahun dan efeknya ternyata saya jadi jarang sakit,” tambahnya menutup pembicaraan dengan Women’s Obsession. Elly S | Foto: Fikar Azmy