Tak hanya mengancam nyawa dan kesehatan fisik manusia, pandemi Covid-19 yang tak terasa sudah berjalan lebih dari setengah tahun ini juga menggerogoti kondisi mental masyarakat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Social distancing, tidak bisa bertemu untuk bebas berkomunikasi secara fisik, dan dilarang bepergian menyebabkan banyak orang menjadi frustrasi, stres, bahkan depresi dan berkeinginan bunuh diri. Apalagi, kini banyak orang yang terganggu secara finansial, bahkan terkena PHK dan bagi yang berbisnis tak sedikit mengalami kebangkrutan.
Dalam kaitan kolaborasi untuk mengukur kondisi kesehatan jiwa masyarakat selama pandemi Covid-19, Perhimpunan Dokter Spesialis kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK Indonesia) mengadakan penelitian. Kemudian mendapatkan temuan dalam melakukan layanan kepada masyarakat tentang Gambaran Masalah Psikologis Masyarakat yang Mengakses Swaperiksa Web PDKSJI dan Gambaran Masalah Psikologis Pada Masyarakat Yang Mengakses Layanan Psikologi Klinis Selama Pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Ketua Umum PDSKJI DR. Dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS mengatakan, “Sejak ditemukan kasus Covid-19 pertama kali, PDSKJI segera meluncurkan Swaperiksa Web guna mencegah kepanikan massal dalam suasana batin yang mencekam. Sekaligus, untuk membantu masyarakat menangani perasaan tidak nyaman.”
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis Indonesia DR. Indria L Gamayanti, M.Si, Psikolog menyampaikan, “Tim Satgas IPK Indonesia untuk Penanggulangan Covid-19 telah memberikan layanan penanganan psikologis sejak Maret 2020, hingga sekarang. Baik melalui layanan tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan, telekonseling, hingga layanan teks. Selama masa pandemi, IPK Indonesia melakukan pendataan terkait layanan yang diberikan psikolog klinis sesuai masalah yang dikeluhkan masyarakat dan diagnosis yang diberikan sebagai data konkrit. Untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa dan langkah-langkah penanganan psikologis ke depannya.”
Selama Oktober 2020, jumlah pengisian swaperiksa masyarakat di web PDSKJI berjumlah 5661 buah, berasal dari 31 provinsi dengan temuan 32% mengalami masalah psikologis dan 68% adalah sebaliknya. Dari 2606 swaperiksa, sebanyak 67.4% yang mengisi swaperiksa mengalami gejala kecemasan. Terbanyak ditemukan pada kelompok usia kurang dari 30 tahun. Dari 2294 swaperiksa, sebanyak 67,3% yang mengisi swaperiksa mengalami gejala depresi. Ironisnya, 48% dari responden berpikir lebih baik mati atau ingin melukai diri dengan cara apa pun. Pikiran kematian terbanyak pada rentang usia 18-29 tahun.
Lalu, dari 761 swaperiksa, terdapat 74,2% yang mengisi swaperiksa menderita gejala trauma psikologis. Terbanyak ditemukan pada kelompok usia kurang dari 30 tahun, dengan keluhan tersering berupa perasaan waspada terus-menerus dan merasa sendirian atau terisolasi. Dengan 110 swaperiksa, 68% yang mengisi Swaperiksa Bunuh Diri memiliki pemikiran tentang bunuh diri. Sebanyak 5% di antaranya mempunyai rencana matang dan telah mengambil tindakan dari hasil swaperiksa yang mengatakan memiliki pemikiran bunuh diri, 66% belum pernah mendapatkan pengobatan.
DR. Dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS menegaskan, “Untuk menindaklanjuti tingginya persentase swaperiksa yang mengalami gangguan, PDSKJI bertekad membuka jangkauan layanan yang lebih luas. Dengan mendorong para profesional kesehatan jiwa bergandeng tangan bersama dengan tujuan penemuan dan penatalaksanaan lebih dini terhadap orang dengan masalah psikologis.” Beberapa program strategis PDSKJI dalam penanggulangan kesehatan jiwa meliputi edukasi tenaga profesional kesehatan jiwa, edukasi masyarakat untuk memeriksakan diri, pendampingan jarak jauh, serta akses pelayanan yang mudah dan aman.
Mental Health for All mencakup kesehatan jiwa sebagai hak asasi manusia, sehingga semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan kesehatan jiwa yang baik, termasuk di masa pandemi Covid-19. Greater Investment mendorong masyarakat untuk terus bergerak, bekerja bersama, berkolaborasi, dan berupaya bersama dengan memberikan investasi yang lebih besar untuk kesehatan jiwa. Greater Access berusaha memastikan akses yang lebih luas dan menyeluruh untuk kesehatan jiwa. Termasuk cakupan kesehatan universal yang dimulai dari masyarakat dan layanan primer. (Elly S)