Mengagumi rasa ingin tahu dan optimisme besar yang dimiliki anak-anak mendorong Amanda Putri Witdarmono menekuni dunia pendidikan sejak muda. Terinspirasi sang guru saat bersekolah di Singapura, perempuan yang akrab disapa Amanda ini mendapatkan dukungan orangtuanya untuk menjadi seorang pengajar. Dia pun tidak ingin setengah-setengah dan memutuskan mengambil jurusan pendidikan guru sekolah dasar di Boston University, Amerika Serikat (AS). Ibarat telah bertemu dengan jodohnya, dia masih menggeluti bidang ini sampai sekarang.
Melihat peran guru sebagai pengajar dan pembentuk karakter anak sejak usia dini, Amanda menjadikannya tesis untuk meraih gelar master di bidang Education Development dari Columbia University. Dari situ pula dia kemudian menggagas We The Teachers, sebuah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan guru-guru di beberapa daerah di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2014, We The Teachers telah memberikan banyak pelatihan bagi guru-guru, pengembangan kurikulum untuk muatan lokal, dan mengupayakan distribusi peralatan sekolah seperti sepatu maupun seragam. Guru-guru yang disasar pun adalah yang banyak berada di area rural, termasuk di Lampung Barat, Bengkulu, Balikpapan, Sumba Barat Daya, hingga Kepulauan Sangihe.
Belajar dan Berguru
Kiprah Amanda memajukan peran guru membawanya bertemu dengan founder dan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS, yang mengajaknya bergabung. Kini, perempuan yang pernah menyabet gelar sebagai putri pendidikan dalam ajang Putri Indonesia 2008 ini didapuk sebagai Chief of Teachers’ Initiative Zenius. Salah satu perusahaan rintisan di sektor edtech yang baru saja memenangkan kategori Popular Vote di ajang Global EdTech Startups Awards (GESAwards) 2021.
Konsep pendidikan tradisional telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Hadir secara fisik di ruang kelas tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan belajar sejak munculnya internet dan teknologi baru, apalagi ketika pandemi melanda. Saat ini, siswa dapat mengakses pendidikan berkualitas kapan pun dan di mana pun, selama bisa online.
Tidak hanya untuk para siswa, Zenius pun menyasar para guru yang ingin mengembangkan keterampilan mereka dengan menghadirkan Zenius untuk Guru (ZenRu). Dalam forum ini para guru dimungkinkan untuk bertanya, berbagi, dan berdiskusi mengenai kesulitan saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Amanda yang sempat menjadi guru selama lima tahun, berhasil mengumpulkan lebih dari 160.000 guru di Indonesia sejak diluncurkan pada November 2020. Setiap minggunya sekitar 4000 hingga 5000 guru aktif menggunakan Learning Management Platform (LMS). Dalam perjalanannya, ZenRu banyak memberikan pelatihan melalui lokakarya yang diadakan bersama dengan Dinas Pendidikan di berbagai daerah di Tanah Air, di antaranya Provinsi Aceh, Sulawesi Selatan, dan Banten.
BACA JUGA:
Tessa Wijaya: Bangun Infrastruktur Digital
drg Deviana Maria Anastasia: Solusi Kebebasan untuk Tersenyum
Tantangan Mengajar
Bicara tentang tantangan, Amanda mengakui bahwa kendala belajar secara online adalah motivasi dari diri sendiri. “Kalau dulu pagi-pagi sudah excited bertemu teman-teman, sekarang kita berinteraksi dengan layar. Kalau tidak disertai motivasi yang tinggi, besar kemungkinan akan cepat lelah atau malah bosan. Zenius memiliki nilai fundamental yang menjadi intinya, yaitu motivasi belajar, etika belajar, tanggung jawab, dan saling menghormati. Oleh karena itu, pembelajaran online maupun offline hanya menjadi metode. Pada intinya bagaimana manusia bisa mengasah ilmu,” ujar perempuan yang sekarang bermukim di Canberra, Australia ini.
Tantangan lain yang dinilai Amanda cukup berat adalah kemampuan penyesuaian kurikulum yang dibuat pemerintah pusat dengan kearifan lokal wilayah masing-masing. Sebagai negeri yang memiliki bentang alam beragam, antara tempat yang satu dengan lainnya tentu berbeda. “Indonesia begitu luas dan beragam. Sesuatu yang berhasil di Jakarta misalnya, belum tentu bekerja di Luwu Timur. Jadi, betul-betul harus disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap daerah. Di sinilah para guru dituntut untuk selalu berpikir kreatif dan lincah,” tutup pehobi journaling yang selalu menyempatkan menulis setiap harinya kepada Women’s Obsession.
Baca artikel selengkapnya di Women's Magazine edisi Januari 2022