Berbekal pengalaman selama 13 tahun sebagai konsultan hukum di berbagai firma, Apriliani Siregar memutuskan untuk bekerja di industri asuransi di bidang legal & compliance. Pada 2011, dia resmi bergabung dengan Manulife Indonesia sebagai Head of Legal Compliance. Tak butuh waktu lama bagi perempuan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini untuk bersinar. Setahun menjabat, dia meraih penghargaan sebagai Manulife Asia Star of Excellence.
“Saya bersyukur mempunyai mentor dan tim yang memberikan kesempatan untuk belajar, walaupun pada saat itu saya relatif masih baru di Manulife. Ketika saya bergabung sebagai Head of Legal and Compliance, saya melakukan pengembangan kapasitas tim untuk semakin maju sesuai dengan peningkatan bisnis perusahaan, dan menambahkan fungsi-fungsi baru di tim saya,” ujar perempuan yang akrab disapa April ini.
Kariernya pun terus menanjak dan pada 2011 dan dipercaya untuk berperan sebagai compliance director. Dia bertanggung jawab pada fungsi legal & compliance sekaligus mengawasi corporate secretary/ corporate governance dan business-government relations di dalam perusahaan hingga saat ini. Sebagai leader, dia menerapkan open door policy dan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada tim. Mereka dapat mengungkapkan pendapat secara terbuka dan menyampaikan kritik maupun saran kapan pun. “Setiap permasalahan yang terjadi, saya dan tim selalu berdiskusi, sehingga kami dapat menemukan solusi yang merupakan kesepakatan bersama. Seorang pemimpin baru berhasil, ketika dia melahirkan leader-leader baru. Hal tersebut yang selalu menjadi tujuan utama saya, sehingga saya bersedia melakukan investasi waktu untuk mengembangkan tim saya, agar mereka juga dapat mencapai kesuksesan dalam karier,” tuturnya dengan nada bersemangat.
April bersyukur bekerja di perusahaan yang sangat menghargai peranan perempuan di berbagai aspek. Setiap pegawai perempuan memperoleh hak cuti melahirkan selama empat bulan dan untuk mendukung peran sebagai ibu, perusahaan juga memberikan paternity leave kepada karyawan pria. Lalu, tersedia ruangan khusus untuk ibu menyusui, sehingga mereka tetap dapat melakukan peranan sebagai ibu. Di Manulife, perempuan pun dapat meraih jenjang karier yang sama dengan pria, berkompetisi tanpa membedakan gender. Top management (executive committee) yang ada saat ini tidak hanya diisi oleh para pria, tetapi juga perempuan yang berkualitas.
Namun, dia tidak memungkiri masih adanya bias yang dialami perempuan dalam industri asuransi, seperti bias posisi. “Saya sering mendengar bias terkait posisi karyawan, apabila diisi oleh perempuan, sering ditanya apakah sudah bekeluarga atau single? Padahal saya yakin, ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, apalagi sudah berkeluarga, tentunya dia sudah berkomitmen membagi waktunya antara bekerja dan menjalankan perannya sebagai karyawan. Hal-hal seperti ini yang masih sering kali saya dengar sejauh ini,” ujarnya. Salah satu bukti nyata partisipasi perusahaan dalam mewujudkan kesetaraan gender, Manulife mengusung diversity, equity, dan inclusion (DEI) secara global dan Global Women Alliance (GWA) di tingkat lokal.
“Saya bangga dapat memimpin kedua komunitas internal tersebut, sekaligus dipercaya sebagai Chairwoman GWA dan Chairwoman DEI tahun 2022 ini. Ada banyak sekali kegiatan yang akan dilakukan terutama terkait dengan menyuarakan kesetaraan peranan perempuan. Di antaranya, kami menyelenggarakan diskusi dengan topik-topik kesetaraan perempuan, mendukung organisasi perempuan melalui keterlibatan dalam berbagai acara dan CSR, maupun awareness terhadap kesehatan mental,” ujar April menerangkan tentang dukungan perusahaan terhadap peranan perempuan di tempat kerja.
Baca Juga:
Komunitas membuka pula kesempatan kepada para karyawan baik pria (male allies) yang ingin bergabung menjadi volunteer untuk bekerja sama mewujudkan visi dan misi dalam menyuarakan peranan perempuan. Dengan organisasi ini diharapkan dapat memberikan tempat aman kepada semua karyawan terlepas dari jenis kelamin, suku, agama, dan latar belakang mereka. Menyambut Hari Kartini, GWA akan mengadakan talkshow dengan topik seputar mencegah burn out yang berefek pada kesehatan fisik. Setiap orang pernah mengalami stres maupun burn out. Ini adalah sinyal bahwa kita membutuhkan jeda atau waktu untuk beristirahat. Secara pribadi, April mengatakan selalu berusaha mengatur waktu sebaik mungkin untuk mencegah hal itu terjadi. Ketika mengalaminya, dia memilih beristirahat dan memanfaatkan waktu lebih banyak bersama keluarga untuk mengisi kembali energinya.
Belajar dari Kartini, menurutnya perempuan harus berani mengungkapkan pendapat maupun visi misi yang ingin diraihnya. Sosok perempuan yang berkualitas juga terbuka dengan masukan dan kritik, sehingga dapat membangun kualitas dirinya, agar semakin hari semakin baik. Baginya ketika bekerja penting untuk memiliki tujuan yang jelas, sehingga senantiasa termotivasi setiap hari untuk mencapainya. “Kita tidak bisa bergantung kepada siapa pun, dan harus percaya kepada diri kita sendiri, memiliki komitmen kuat, bekerja keras, sehingga dapat meraih apa yang dicita-citakan,” pesannya menutup pembicaraan dengan Women’s Obsession.
(Naskah: Nur Asiah | Foto: Dok. Pribadi)