Birokrat yang lama berkarier di lingkup pemerintahan DKI Jakarta ini merupakan satu-satunya perempuan di lingkungan Pemda yang memiliki karier cemerlang. Perjalanan Sylviana Murni dimulai dari staf kemudian perlahan naik menjadi kepala sub bagian, kepala bagian, kepala biro, kepala dinas, walikota, hingga deputi. Dia begitu mahir mengurus administrasi pemerintahan, hingga mengatur warga di lapangan.
“Perjalanan karier selama mengikuti tujuh gubernur, saya naik pangkat tiga kali secara istimewa. Ada yang hanya dicapai dalam sembilan bulan, setahun, maupun dua tahun. Saya memang pensiun dini, yakni di usia 58 tahun, karena mengundurkan diri mengikuti pemilihan kepala daerah DKI. Alhamdulillah, memang skenario Allah-lah yang terbaik. Ketika berjuang lagi dalam pemilu secara independen untuk dapil DKI, saya terpilih empat besar anggota DPD RI,” paparnya kepada Women’s Obsession.
Selama bekerja, perempuan yang biasa disapa Sylvi ini mengungkapkan selama ini memiliki jabatan rangkap. Selain sebagai ASN pemerintahan, amanah sebagai plt Wali Kota Jakarta Barat, plt Kepala Satpol PP, dan plt Badan Kepegawaian Daerah, dipercayakan kepadanya. Walaupun demikian, dia tetap berorganisasi, karena itulah passion dan panggilan jiwanya. Ragamnya mulai dari organisasi sosial seperti Lions Club International maupun yang sifatnya akademis, Ketua Alumni Ikatan Keluarga Lemhanas, dewan pembina, Dewan Penyantun, dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pensiunan Provinsi DKI Jakarta. Sylvi menyebutkan memegang 20 jabatan dalam berbagai organisasi membuat dirinya kaya pengalaman, terlatih menghadapi masalah apa pun, dan mempunyai kemampuan mengendalikan diri.
Sosok yang tidak hanya mahir memanfaatkan berbagai perangkat teknologi komunikasi, tapi juga lincah bergerak di lapangan ini memiliki pandangan khusus tentang perempuan. “Saya melihat perempuan sudah diberi kesempatan, seperti kuota keterwakilan perempuan 30% di dewan perwakilan merupakan langkah positif atau affirmative action. Kesempatan sudah terbuka lebar dan kita harus merebutnya dengan cara profesional.”
Adanya era digitalisasi dan kemauan perempuan yang luar biasa terutama dalam kondisi pandemi dua tahun terakhir ini, menurut Sylvi aktualisasi diri perempuan Indonesia meningkat, apalagi di kota besar. Sementara, di kota yang relatif kecil dan terluar juga sudah mulai ada pergerakan yang signifikan, walaupun ada provinsi yang belum anggota DPD perempuan, DPR belum memiliki memenuhi kuota 30%, dan sebagainya.
“Saat ini kita menghadapi VUCA atau (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), dan BANI atau (Brittleness, Anxiety, Nonlinearity, dan Incomprehensibility), membuat keadaan menjadi tidak pasti dan tidak stabil. Inilah yang harus kita siapkan. Sesuai dengan ayat Alquran yang turun pertama kali, yakni (Bacalah). Kita harus bisa membaca fenomena dan perkembangan. Perempuan harus mau belajar,” urai lulusan S3 Manajemen Pendidikan Fakultas Kependidikan Universitas Negeri Jakarta ini.
Baca Juga:
Dukung Perempuan Berjuang Meraih Mimpi
Dia benar-benar menekankan pentingnya pendidikan. Hal ini karena bias yang terjadi selama ini merupakan akibat dari budaya patriarki, bahwa laki-laki harus selalu di depan, perempuan di belakang. Padahal dalam berbagai hal perempuan juga memiliki potensi dan perlu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berpendidikan setara, demi mengejar peluang emas. “Sadar akan pendidikan membuat perempuan setara dengan laki-laki. Inilah sumbangan terbesar dari Kartini yang membuat para perempuan jadi berpendidikan tinggi. Puji syukur, saya diberi kesempatan mencapai puncak akademis. Demikian pula dengan suami, anak-anak, dan menantu saya,” ucap perempuan asli Betawi yang tegas dan lugas ini.
Maka tak mengherankan, jika Sylviana juga menjadi sosok tangguh yang selalu menganggap kendala adalah tantangan yang harus dihadapi sebagai bagian dari lika-liku kehidupan. Dia selalu berprinsip jangan berpikir kita bisa meraih kesuksesan dengan mudah, hal itu harus diperjuangkan. Niatkan apa yang akan kita berikan kepada negeri ini, bukan semata-mata memperjuangkan untuk diri sendiri. Karenanya, penting untuk selalu berbagi ilmu, mendorong orang lain, memotivasi, dan senantiasa menginspirasi. Sejak kecil dia ditanamkan pendidikan agama sebagai pegangan, yang dia ajarkan kepada putra-putri. Sehingga dia menyadari bahwa segala rezeki dan kesempatan yang didapat tidak lain. Karena Tuhan telah mengirimkan para malaikat berwujud manusia seperti suami, anak, menantu, cucu, dan sanak keluarga sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dan membuat hidupnya penuh warna.
“Motto hidup saya adalah bekerja keras dengan cerdas, tetapi sepenuh hati dan empati serta berbasis pada 2R (Regulasi & Religi). Seperti yang diperintahkan Allah SWT, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Tidak ada waktu luang yang sia-sia, asalkan pandai menggunakan waktu, disiplin, dan rajin mengevaluasi diri, In Syaa Allah selamat dunia akhirat,” dia menekankan.
Di akhir perbincangan, pehobi membaca ini juga berbagi tips agar tetap fit di tengah kesibukan aktivitas. “Makan makanan yang bermanfaat bagi tubuh jangan asal masuk, karena lapar mata. Penuhi needs yang kita butuhkan, bukan sekadar wants. Kemudian, bagi saya yang terpenting jangan tinggalkan salat. Selain untuk memenuhi kebutuhan rohani, jika tidak sempat berolahraga, gerakan shalat termasuk gerakan olahraga, jadi Insya Allah selalu sehat,” ucapnya.
(Naskah: Angie Diyya | Foto: Dok. Pribadi)